Pengertian Tingkat Bunga | Dalam teori klasik, tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan untuk jangka waktu tertentu. Harga disini sama dengan harga barang apabila jumlah dana yang ditawarkan kreditur lebih besar dari dana yang diminta oleh debitur, maka harga cenderung turun. (Boediono, 1992, 75)
Keynes berpendapat bahwa tingkat bunga adalah biaya penggunaan dana yang dinyatak dalam prosentase persatuan waktu. Dalam teori ini disebutkan bahwa keputusan untuk melakukan investasi atau tidak meakukan investasi tergantung perbandingan atau persentase besarnya keuntungan yang diperoleh, hal ini sering disebut Marginal Eficiency of capital (MEC).
Teori tingkat bunga berdasarkan jangka waktu.
Menurut Boediono 1992, teori tingkat bunga ada tiga macam :
- Liquidity Prefence.
Tingkat suku bunga akan selalu naik, dengan semakin lama kita pinjam atau meminjami. Dalam hal ini, teori Keynes mengatakan bahwa seseorang ingin liquid dengan hal inilah yang mendorong seseorang atau masyarakat untuk menanamkan sebagian pendapatannya kedalam bentuk simpanan.
- The Prefered of Habit Market Theory (Tori Kebebasan Pasar)
Bahwa naik turunnya tingkat suku bunga ditentukan oleh kebebasan pasar, sehingga masing – masing jangka waktu simpanan mempunyai pasar tersendiri atau dengan kata lain tingkat bunga lebih dipengaruhi oleh Demand dan supply dari masing – masing jangka waktu, teori ini didasari oleh teori J. M. Keynes.
- Rational Expectation ( Harapan Masa Depan Yang Rasional)
Teori ini diilhami oleh teori klasik, bahwa seseorang harus dapat memprediksi atau meramalakan arah atau keadaan masa depan yang sewaktu – waktu bias berubah atau tidak pasti.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bunga.
Dalam laporan tahunan Bank Indonesia beberapa tahun terakhir terdapat sorotan yang cukup tajam terhadap perkembangan dari tingkat suku bunga dalam negeri yang cukup tinggi. Hal ini dianggap wajar jika dilihat dari kepentingan pengusaha yan melaksanakan kegiatannya pada umumnya menggunakan dana yang berasal dari kredit Perbankan. Namun disisi lain, para deposan berkepentingan dengan suku bunga simpanan berjangka yang cukup menarik selain itu Selain itu mempertahankan daya beli dari uang yang disimpan, suku bunga menurut kaca mata deposan harus cukup menarik jika dibandingkan dengan alternatif penanaman dana lainnya.
Dengan Demikian, dalam sistem perekonomian di Indonesia sejak bulan juni 1983 sumber dana yang terjadi pada dasarnya merupakan refleksi dari permintaan dan penawaran dana dari masyarakat. Selain itu perlu dikemukakan bahwa ketersediaan simpanan pada masyarakat dan kebutuhan investasi (Investment Saving Gap) yang bersifat strukural dan tercermin dari perkembangan transakasi berjalan yang umumnya mengalami defisit. Untuk menutupi defisit transaksi berjalan tersebut dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, Indonesia harus hutang modal tambahan dana dari luar negeri. Dalam Kondisi seperti inilah yang sebebarnya menjadi refleksi terhadap suku bunga.
Perkembangan dari tingkat suku bunga dalam negeri dipengeruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari luar negeri seperti suku bunga internasional, maupun yang berasal dari dalam negeri seperti, ekspektasi inflasi, kondisi perbankan, serta tindakan otoritas moneter yang sangat penting. Bank Indonesia selalu berupaya agar tingkat suku bunga harus merefleksikan faktor – faktor fundamentalyang disebutkan terdahulu dan sisi lain suku bunga diupayakan dapat menunjang pencapaian sasaran – sasaran ekonomi makro yang ditetapkan pemerintah.
Hubungan tingkat bunga dan simpanan dijelaskan dengan teori loanable funds, yaitu merupakan sisi supply dari loanable funds menerangkan hubungan positif antara tingkat bunga dan simpanan, dimana hubungan kedua variabel tersebut bersifat positif. Semakin besar tingkat bunga maka akan maningkatkan kesedian masyarakat untuk menyimpan dananya pada lembaga perbankan, sehingga jumlah simpanan masyarakat pada lembaga perbankan akan naik.
Daftar Pustaka lihat di artikel ini : Pengertian Tabungan