Tiga Macam Siklus Belajar | Lawson dalam Dahar (1989:198) mengemukakan tiga macam siklus belajar yakni: deskriptif, empiris-induktif dan hipotesis-deduktif. Ditinjau dari segi penalaran, siklus belajar deskriptif menghendaki hanya pola-pola deskriptif (misalnya seriasi, klasifikasi, konservasi), sedangkan siklus belajar hipotesis-deduktif menghendaki pola-pola tingkat tinggi (misalnya mengendalikan variable, penalaran kolerasional, penalaran hipotesis-deduktif). Siklus belajar empiris-induktif bersifat intermediat, menghendaki pola-pola penalaran deskriptif, tetapi juga umumnya melibatkan pula pola-pola tingkat tinggi.
Dalam siklus belajar deskriptif para siswa menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi), guru memberi nama pada pola itu (pengenalan konsep); kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep). Bentuk siklus belajar ini disebut deskriptif sebab siswa dan guru hanya memberikan apa yang mereka amati tanpa usaha untuk melahirkan hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan hasil pengamatan mereka. Siklus belajar deskriptif menjawab pertanyaan, Apa?, tetapi tidak menimbulkan pertanyaan, Mengapa?.
Dalam siklus belajar empiris-induktif para siswa juga menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya pola itu. Hal ini membutuhkan penggunaan penalaran analogi untuk memindahkan atau mentransfer konsep-konsep yang telah dipelajari dalam konteks-konteks lain pada konteks baru ini (pengenalan konsep). Konsep-konsep itu dapat diperkenalkan oleh para siswa, guru atau kedua-duanya. Dengan bimbingan guru para siswa menganalisis data yang dikumpulkan selama fase eksplorasi untuk melihat apakah sebab-sebab yang dihipotesiskan sesuai dengan data dan fenomena lain yang dikenal (aplikasi konsep). Dengan kata lain, pengamatan-pengamatan dilakukan secara deskriptif tetapi bentuk siklus ini menghendaki lebih jauh, yaitu mengemukakan sebab dan menguji sebab itu.
Bentuk siklus belajar yang ketiga yaitu hipotesis-deduktif, dimulai dengan pernyataan berupa suatu pertanyaan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban (hipotesis-hipotesis) yang mungkin terhadap pertanyaan itu. Selanjutnya para siswa diminta untuk menurunkan konsekuensi-konsekuensi logis dari hipotesis-hipotesis ini, dan merencanakan serta melakukan eksperimen-eksperimen untuk menguji hipotesis-hipotesis itu (eksplorasi). Analisis hasil-hasil eksperimen menyebabkan beberapa hipotesis ditolak sedangkan yang lain diterima, dan konsep-konsep dapat diperkenalkan (pengenalan konsep). Akhirnya konsep-konsep yang relevan dan pola-pola penalaran yang terlibat dan didiskusikan, dapat diterapkan pada situasi-situasi lain dikemudian hari (aplikasi konsep). Merumuskan hipotesis-hipotesis melalui deduksi logis dengan hasil empiris diperlukan dalam siklus belajar ini, karena itu diberi nama hipotesis-deduktif.
Berdasarkan uraian ketiga siklus belajar di atas, maka penelitian dengan strategi pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar) ini, lebih mengarah pada siklus belajar empiris-induktif. Dimana siswa nantinya diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, menemukan konsep-konsep baru, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui serangkaian kegiatan/praktikum. Disini guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang mereka temukan dalam kegiatan/praktikum dengan kalimat mereka sendiri dan mengarahkan kegiatan diskusi. Guru juga harus mampu menghubungkan atau mengaitkan konsep baru siswa dengan konsep sebenarnya. Selanjutnya siswa menerapkan konsep dengan menyelesaikan soal-soal berkaitan dengan materi.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga