Nyamuk A. aegypti menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita DBD sebelumnya, selama periode ini, nyamuk A. aegypti yang telah terinfeksi virus dengue ini akan tetap infektif selama hidupnya dan potensial menularkan virus dengue kepada manusia yang rentan lainnya (Ginanjar, 2007). Penelitian secara in vitrodengan metode clotting assayditemukan bahwa didalam air liur A. aegyptimengandung faktor Xa spesifik yang berfungsi sebagai antikoagulan (Strak dan James, 1995). Hal ini membantu A. aegypti dalam proses penghisapan darah pada manusia guna mempertahankan populasinya. Interaksi antara suhu dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan dengue, karena makin dingin suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa, jadi mempengaruhi laju penularan. Lebih jauh lagi, keadaan tersebut dapat sekaligus mempengaruhi pola makan dan reproduksi nyamuk dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk A. aegypti. Nyamuk ini bersifat diurnal, yaitu aktif pada pagi dan siang hari serta memiliki jarak terbang maksimum 50-100 m (Asih, 1999). Penularan penyakit ini dilakukan oleh nyamuk betina yang menghisap darah. Hal ini dilakukannya untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin, adrenalin, dan serotonin yang mampu merangsang kelenjar di dalam otak nyamuk untuk membentuk hormon gonatropin guna merangsang terjadinya ovulasi. Untuk menjadi kenyang, nyamuk betina memerlukan 2-3 kali hinggap (multiple bitters). Berbeda dengan nyamuk betina, nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh sumber energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan (Ginanjar, 2007; Agoes, 2009).
Tempat perindukan utama A. aegyptiadalah tempat-tempat bersih yang berada di dalam rumah atau berdekatan dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 m dari rumah. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia, seperti tempayan/gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, tangki/menara air, talang hujan, jambangan/pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau dikebun yang berisi air hujan, juga berupa tempat perindukan alamiah, seperti kelopak daun tanaman (keladi, pisang), tempurung kelapa, tebasan tonggak bambu, dan lubang pohon yang berisi air hujan (Agoes, 2009). Di Asia dan Amerika A. aegypti berkembang biak terutama pada wadah yang dibuat manusia sedangkan Afrika lebih berkembang biak baik pada wadah alamiah. Di tempat perindukan A. aegypti, sering ditemukan jentik A. albopictusyang hidup bersama-sama (Asih, 1999).
Aedes aegyptiberada di dalam ordo diptera yang merupakan insekta yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabolus; telur, larva, pupa, dewasa) (Oosterbroek et al, 1998). Nyamuk A. aegypti, seperti halnya Culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk A. aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100 butir yang dihasilkan dari perkawinan yang dilakukan sekali seumur hidup (Soedarto, 1995; Ginanjar, 2007). Telur yang baru diletakkan berwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam berubah menjadi hitam. Bila telur yang diletakkan itu tidak mendapat sentuhan air atau kering masih mampu bertahan hidup antara tiga bulan sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan lingkungan yang cocok pada musim hujan untuk menetas. Telur itu akan menetas antara 3-4 jam setelah mendapat genangan air menjadi larva. Larva yang keluar dari telur tersebut mengapung dibawah permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya menjulurkan alat pernafasan yang disebut sifon untuk mencapai permukaan air guna mendapatkan oksigen untuk bernafas (Agoes, 2009).
Larva A. aegyptiterdiri dari 4 stadium (instar) dan mengambil makanan dari tempat perindukannya berupa bakteri, diatom, dan organisme mikroskopik lainnya yang melayang dipermukaan air (Boles, 2005). Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu sekitar 6-8 hari, kemudian tumbuh menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman (inaktif,tidur). Pada fase ini pupa tidak makan tetapi masih memerlukan oksigen yang diambilnya melalui corong pernapasan (breathing trumpet) dan lebih aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Pupa ini berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan permukaan air. Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, tetapi dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Oleh karena itu, kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhikondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan (Soegijanto, 2004;Ginanjar, 2007; Agoes, 2009; Sembel, 2009).Siklus hidup nyamuk A. aegypti dapat dilihat dalam gambar 2.4.