MONITORING KARANG DENGAN CARA MANTA TOW

Pemantauan terhadap terumbu karang harus senantiasa dilakukan secara benar dan tepat untuk dapat diambil kesimpulan yang diperlukan dalam mengambil kebijakan dan langkah-langkah strategis terutama bagi pengelola dan pihak-pihak terkait lainnya. Mengingat begitu pentingnya fungsi terumbu karang baik secara ekologis dan ekonomis, maka kondisinya pada saat sekarang maupun perkembangannya dari waktu ke waktu perlu selalu dimonitoring dan dilakukan penelitian(assessment).
Ada dua macam tipe umum monitoring, yaitu monitoring ekologi dan monitoring sosial-ekonomi. Parameter-parameter yang digunakan dalam kedua macam monitoring tersebut seringkali berhubungan sangat dekat, sehingga monitoring ekologi dan sosial-ekonomi dapat dilakukan pada tempat dan waktu yang bersamaan.
Monitoring merupakan kegiatan pengambilan data dan informasi pada ekosistem terumbu karang atau pada manusia yang memanfaatkan sumberdaya terumbu karang tersebut. Idealnya, seorang pengelola terumbu karang harus menguasai dasar-dasar monitoring yang terdiri dari berbagai macam parameter yang dapat atau tidak berubah sepanjang waktu.
Manta Tow adalah metode yang tepat untuk mendapatkan deskripsi umum area terumbu karang yang luas atau perubahan-perubahan dalam kelimpahan dan distribusi organisme tertentu serta gangguan skala luas (badai, COTS dan bleaching). Metoda Manta Tow telah digunakan di beberapa tempat di kawasan Asia Tenggara sebagai satu dari beberapa metoda pemantauan terumbu karang yang ada. Metoda ini dapat dimodifikasi dan disesuaikan penggunaannya sebagai suatu metoda pemantauan masyarakat yang membantu membangun kesadaran masyarakat tentang lingkungan pesisir mereka, alam, dan akibat aktivitas manusia yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kondisi terumbu karang, dan mambantu masyarakat mempertimbangkan cara-cara dimana mereka dapat peduli dan melindungi terumbu karang yang ada di lokasi mereka (Hill J, 2004).
Terumbu karang atau coral reefs adalah habitat sistem kehidupan biota laut yang hangat, jernih, tidak dalam, yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Struktur terumbu karang merupakan salah satu ekosistem tertua di dunia. Telah ada sejak kira-kira 459 juta tahun yang lalu, mulai dari terbentuknya algae hijau-biru kemudian sponge dan coral. Great Barier Reef yang terkenal merupakan gugus terumbu karang yang relatif muda, terbentuk hanya sekitar 18 juta tahun yang lalu. Daerah habitat karang mempunyai produktivitas dan ke-anekaragaman jenis fauna yang tinggi. Di samping itu ekosistem terumbu karang juga merupakan tempat hidup, tempat mencari makan (feeding ground), daerah asuhan (nursery ground) dan tempat memijah (spawning ground) untuk berbagai biota laut yang antara lain adalah ikan karang. Ikan karang banyak dimanfaatkan sebagai makanan maupun dijadikan ikan hias laut.
Penggunaan metode survei dalam menggambarkan kondisi terumbu karang biasanya disajikan dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri dari data: persentase tutupan karang hidup, persentase tutupan karang mati, jumlah marga, jumlah jenis, jumlah koloni, ukuran koloni, kelimpahan frekuensi kehadiran, bentuk pertumbuhan, indeks keanekaragaman jenis (Suharsono, 1994).
Terumbu karang terdiri atas polip-polip karang dan organisme-organisme kecil lain yang hidup dalam koloni. Bila polip karang mati, ia meninggalkan struktur yang keras membatu terdiri atas bahan mineral mengandung kalsium (limestone). Terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung (shelter) untuk berbagai fauna yang hidup di dalam kompleks habitat terumbu karang ini seperti sponge (sponges), akar bahar, kima, berbagai ikan hias, ikan kerapu (grouper), anemone, teripang, bintang laut, lobster (crustacea), penyu laut, ular laut, siput laut, moluska dan lain-lain.