MENINGKATKAN STATUS GIZI WANITA GUNA MEMAKSIMALKAN PRODUKTIVITAS GENERASI MUDA
Oleh :
Yusita Ika Hariyani
Vina Puspasari Budi
MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Lahir dan mati, adalah 2 hal yang dialami setiap makhluk hidup, dimana setelah kelahiran nasib dan perjalanan hidup dimulai. Setelah mereka lahir, segala pengalaman dan perjalanan hidup dimulai sampai akhirnya mereka harus kembali lagi kepada penciptanya. Begitu seterusnya. Kehidupan setelah kelahiran inilah merupakan awal pembentukan karakter seseorang, dimana menentukan seseorang tersebut menjadi manusia yang berkualitas. Pemenuhan asupan gizi adalah salah satu upayanya. Jika seseorang memiliki status gizi yang baik, tentunya kualitas SDM tersebut juga akan baik. Namun, kejadian di Indonesia akhir-akhir ini berbanding terbalik dengan yang seharusnya. Masih banyak masyarakat Indonesia saat ini belum tercukupi asupan gizinya dan berakibat timbulnya banyak pengangguran. Rendahnya tingkat pendapatan seringkali menjadi hambatan untuk mencukupi asupan gizi anak yang pada akhirnya menurunkan kualitas sumber daya manusia. Sedangkan di Era Globalisasi ini, setiap profesi yang menjanjikan membutuhkan SDM dengan kualitas dan totalitas kerja yang baik untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hal tersebut menjadi salah satu acuan bagi kita bahwa SDM yang berkualitas rendah akibat tidak tercukupinya asupan gizi sejak lahir hanya menjadi beban bagi pemerintah. Itulah hal yang tidak disadari oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
Gaya hidup merupakan bagian dari manifestasi budaya, dan budaya merupakan hasil belajar dan pengalaman sejak lahir sampai meninggal dunia. Hasil budaya ini, diteruskan sebagai pendidikan dari orangtua kepada anak dan terus ke para anggota generasi yang lebih muda di masa yang akan datang. Salah satu contoh gaya hidup budaya yang sering kita jumpai adalah pernikahan di usia muda. Seringkali hal itu dilakukan agar beban orangtua dapat berkurang tanpa melihat dampak yang ditimbulkan. Pada umumnya, pernikahan yang dilakukan dibawah umur mengakibatkan beban mental yang mungkin dialami salah satu pasangan. Terlebih lagi jika suami tidak memiliki pekerjaan dan istri hamil di usia muda.
Akhir-akhir ini, kehamilan menjadi hal yang disepelekan banyak masyarakat. Persiapan pra-kehamilan tidak menjadi prioritas utama bagi para calon ibu. Kurang energi kronik, anemia, dan BBLR seringkali menjadi hambatan bagi mereka yang hamil di usia muda. Kehamilan di usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang (Ubaydillah, 2000). Ibu yang hamil di usia muda mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, dan cacat bawaan yang kerap kali mengakibatkan kematian ibu dan anak.
Pentingnya peran ibu meliputi kesehatan dari segi makro atau mikro serta pendidikan baik mental maupun moral sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pengetahuan ibu tentang asupan gizi bagi anaknya merupakan hal yang mendasar dalam mendidik anak. Pengetahuan ibu tentang kesehatan dapat diperoleh dari berbagai media atau sarana prasarana yang lain. Misal Posyandu. Informasi yang diperoleh dari Posyandu, turut berperan dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak, seperti pemberian KMS untuk memantau tumbuh kembang anak, disertai pemberian makanan yang berkualitas dan mengandung gizi lengkap. Tak hanya itu, pengetahuan mengenai kebersihan lingkungan baik dalam skala rumah tangga hingga lingkungan sekitar akan diperoleh jika kunjungan ke balai-balai kesehatan rutin dilakukan. Faktanya, kesehatan sering tidak begitu diperhatikan oleh keluarga khususnya tingkat ekonomi rendah dan yang kurang pendidikannya. Umumnya, dengan semakin meningkatnya pendidikan masyarakat, kesadaran akan nilai kesehatan menjadi semakin meningkat pula.
Memerangi masalah kesehatan merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Akan terasa mudah jika objek dapat bekerja sama dengan subjek. Artinya, masyarakat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan kesehatan dan mau bekerja sama dengan ahli kesehatan. Masalah kematian ibu dan anak sebagai salah satu contohnya. Tingginya angka kematian ibu dan anak menjadi sebuah permasalahan besar bagi pemerintah. Banyak ditemukan ibu hamil dengan kondisi yang tidak baik, seperti mengalami kekurangan zat besi (Fe), Hipertensi, dan KEK. Tak lain penyebabnya adalah tidak terpenuhinya asupan gizi secara baik di masa lampau atau pola hidup yang tidak sehat, entah dari faktor makanan atau lingkungan. Meskipun beberapa masalah kesehatan didapat dari faktor gen atau keturunan yang dibawa oleh orang tua, namun dengan pola konsumsi dan gaya hidup yang sehat, timbulnya masalah kesehatan tersebut dapat diminimalisir. Mengingat bahwa wanitalah yang melahirkan seorang anak, maka sangat diperlukan usaha untuk meningkatkan status gizi wanita. Pemenuhan zat gizi secara maksimal tidak akan memberikan dampak yang maksimal pula jika dilakukan pada wanita dengan kondisi kesehatan dan status gizi yang tidak cukup baik. Kehidupan masa lampau dimana mungkin tidak tersedianya cukup makanan untuk dikonsumsi dan terbatasnya pendapatan keluarga untuk membeli jenis bahan makanan yang berkualitas dan mengandung zat gizi menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya status gizi wanita tersebut. Terlebih lagi jika pendidikan orang tua yang rendah atau hanya lulusan SD dimana pentingnya pola hidup sehat tidak terpikirkan sama sekali.
Gizi yang baik pada masa kehamilan akan sangat membantu ibu dan bayi untuk tetap sehat. Perlu diperhatikan bahwasanya kebutuhan akan nutrisi tertentu pada masa kehamilan seperti kalsium, zat besi dan asam folat meningkat. Wanita sebagai calon ibu harus didorong untuk makan makanan yang banyak mengandung zat gizi, serta rutin mengontrol berat badan selama masa kehamilan. Disinilah peran balai-balai kesehatan sangat dibutuhkan. Makanan sebagai sumber asupan zat gizi bagi tubuh, memiliki peran yang penting dalam membantu proses metabolisme tubuh. Memilih makanan, perlu diketahui bahwa jenis makanan sehat sangat bervariasi, pemilihan makanan yang tepat akan sangat berpengaruh bagi tubuh, tak hanya untuk wanita yang sedang hamil, makanan yang berkualitas juga dibutuhkan manusia dari segala umur. Banyak sekali produk olahan makanan yang dibuat pabrik dengan label-label terkemuka dimana di dalam makanan olahan tersebut sudah difortifikasi dengan zat-zat gizi yang menunjang kebutuhan tubuh akan zat gizi. Mungkin, bagi kebanyakan masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah keatas mampu membeli produk-produk tersebut yang notabene memiliki harga cukup tinggi. Sedangkan masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah kebawah, bisa jadi tidak mampu menjangkau produk-produk hasil fortifikasi tersebut. Ada banyak cara untuk mendapatkan asupan gizi yang baik untuk kesehtan tubuh. Bahan-bahan makanan seperti beras, kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan segar, susu sapi, ikan, dan daging merupakan sumber zat gizi baik makro maupun mikro yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan zat-zat penunjang lainnya yang secara garis besar dapat dijangkau oleh segala kalangan. Sehat memang tidak harus mahal, bahan makan pengganti seperti singkong ketika beras tidak ada dan tempe yang menggantikan daging juga mengandung zat gizi yang tak kalah berkualitas. Akan tetapi, suplemen asam folat sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi sebelum masa konsepsi dan pada saat trimester pertama, guna membantu menurunkan resiko kelainan janin seperti cacat pada tabung syaraf (spinabifida).
Tercukupinya kebutuhan zat besi (Fe) sebelum atau pada saat masa kehamilan akan mengurangi resiko ibu terkena anemia. Kebutuhan akan zat besi, akan meningkat ketika masa kehamilan. Janin yang sedang berkembang mengambil sejumlah zat besi dari ibunya hingga 5-6 bulan setelah lahir. Kehilangan zat besi pada masa kehamilan cenderung menurun karena pada masa tersebut wanita tidak mengalami menstruasi, sehingga dapat menyerap zat besi dari usus dengan lebih baik. Kendati faktanya seperti itu, masih saja banyak ditemukan wanita hamil yang kekurangan zat besi dan pada akhirnya berujung pada kematian ibu dan anak. Konsumsi makanan yang minim kandungan Fe bisa jadi menjadi penyebab kejadian tersebut. Oleh karena itu makanan sumber zat besi seperti daging merah, bayam, dan sumber vitamin C akan membantu penyerapan zat besi yang otomatis meningkatkan status gizi seseorang.
Budaya dan kepercayaan yang dianut masyarakat dimana terdapat pantangan-pantangan untuk mengonsumsi jenis makanan tertentu dan membatasi jumlahnya, menjadi salah satu kendala yang menurunkan fungsi dari makanan untuk kesehatan tubuh. Sulitnya mengubah kebiasaan masyarakat dengan ciri khas seperti itu, berakibat rendahnya SDM yang dihasilkan dan menjadikan masyarakat tersebut semakin tertinggal. Pentingnya peran ahli kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan informasi seputar keberagaman pangan dapat memberikan dampak positif untuk generasi mendatang, karena pada dasarnya tidak ada satupun makanan yang mengandung gizi lengkap. Diversifikasi makanan menjadi hal utama dalam pemenuhan zat gizi. Melimpahnya SDA di negeri kita, hendaknya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, terutama para wanita.
Sumber daya manusia yang berkualitas, menjadi tujuan pemenuhan status gizi masyarakat secara maksimal. Dengan status gizi yang meningkat, akan didapatkan kesehatan yang baik pula. Semua itu akan didapatkan jika didukung dengan pengetahuan yang cukup. Semakin tinggi pengetahuan, maka kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan menjadi maksimal. Kualitas sumber daya manusia yang baiklah yang sangat dibutuhkan negara ini saat ini. Produktivitas kerja yang tinggi akan menguntungkan dan meringankan beban pemerintah sehingga pengangguran tidak akan terjadi. Dukungan terhadap akses untuk pemenuhan pangan adalah hal utama yang harus dipikirkan. Semakin mudah mendapatkan bahan pangan maka semakin mudah pula meningkatkan status gizi sehingga semakin mudah pula menciptakan generasi penerus yang berkualitas. Infestasi generasi muda yang handal akan lebih menguntungkan karena merekalah yang akan menggerakkan laju bangsa ini. Sudah saatnya SDM menjadi devisa negara dan mendatangkan banyak keuntungan. Tidak ada alasan lagi bagi kita untuk hidup dalam krisis kesehatan. Pepatah mengatakan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jelas sekali bahwa dengan tubuh yang sehat, akan mendekatkan kita pada pemikiran yang positif dan kondisi mental yang sangat baik.
Kondisi sosial, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan mungkin bukan menjadi prioritas utama pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan. Kematian ibu dan anak akibat kesalahan di masa lampau tidak dijadikan tolok ukur untuk memperbaiki status gizi masyarakat. Perlu diadakannya usaha preventif yang mendasar, dimana akar dari permasalahan benar-benar di atasi. Sehingga tidak timbul masalah-masalah kesehatan terutama kematian ibu dan anak di masa yang akan datang. Mengurangi angka kematian akan terwujud jika tingkat kesehatan semakin baik. Dukungan yang terus menerus dari pemerintah adalah motivasi terbesar bagi masyarakat agar usaha preventif yang diinginkan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya, menjaga kesehatan sejak dini dengan pemenuhan gizi seimbang diimbangi dengan pendidikan mental dan moral baik dibidang sosial ataupun pendidikan umum rasanya akan lebih menguntungkan dan berdampak positif untuk masa yang akan datang, daripada mengobati dan mengatasi ketika masalah telah terjadi. Generasi sehat adalah kunci kesuksesan dan investasi bagi bangsa.