Jenis-Jenis Alat Tangkap Pancing

Sebagaimana kita ketahui, alat tangkap yang termasuk kepada perikanan pancing ini dapat dibedakan menjadi dua kategori :
1. Alat tangkap pancing berumpan
• Pancing tangan dan pancing ulur sederhana
• Alat pancing bergagang pancing
• Alat pancing dengan laying-layang
• Alat pancing gurita
• Alat pancing rawai (long line).

2. Alat tangkap pancing tanpa umpan
• Alat pancing tonda (troll line)
• Alat pancing huhate (pole and line)
• Alat pancing yang di tarik (drag line).

Adapun bagian-bagian pokok dari suatu alat pancing terdiri dari mata pancing, umpan dan tali pancing. Berbeda jenis alat pancingnya maka akan berbeda pula pelengkap sebagai tambahannya, seperti gagang pancing atau joran, pelampung, pemberat serta lain sebagainya. Selain itu, berbeda jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapannya, maka berbeda pula jenis alat pancing yang digunakan. Mengingat struktur alat tangkap pancing yang dapat dikatakan tidak rumit ini, maka variasi dari alat tangkap pancing ini pun akan banyak sekali, walau diatas telah dicobakan mengelompokkannya dalam dua kategori berdasarkan satu hal saja, yaitu dari segi umpan saja.

2.1.a. pancing tangan/ulur sederhana
Jenis pancing ini tersebar luas di Negara kita, bahkan dapat dikatakan tiap nelayan memilikinya paling kurang satu perangkat. Jenis ini ada yang menggunakan satu mata pancing peralat ataupun ada yang dengan beberapa mata pancing peralat. Jenis pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada di tanah air antara lain : pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain bambangan (kakap merah, snapper) ekor kuning (Caesio sp.), Caranx sp. Dan lain sebagainya.

2.1b. Pancing Berjoran (pole line)
Contoh yang dapat diketengahkan dari jenis bergagang pancing ini adalah pancing welesan. Panjang gagang dari jenis pancing ini 2-3 m lebih yang terbuat dari batang bamboo. Contoh lain adalah pancing tiger, pancing dewel, pancing sumbal, pancing pemaphav dan lainnya. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan biasanya kakap merah ekor kuning, belanak, kakap serta lainnya.

2.1c. Pancing Dengan Layang-Layang (Kite Line).
Jenis pancing yang satu ini cukup unik,karena pada pengoperasiannya menggunakan laying-layang. Jenis pancing yang banyak dijumpai di pulau seribu (Jakarta), banten, sulawesi dan maluku ini umumnya dioperasikan dari sebuah perahu ataupun kapal kecil. Sebagai laying-layangnya, nelayan biasanya menggunakan daun kiter (Polypodium quercifollum), sebagai ganti ekor laying-layang, diikatkan tali pancing tanpa mata pancing sama sekali. Sebagai mata pancing dibuatkan jerat berumpan. Nelayan mengoperasikan alat ini sama seperti halnya orang bermain laying-layang. Layang-layang tersebut dinaikkan sedemikian rupa dan diusahakan agar ujung tali (yang berjerat dan berumpan) seperti bermain diatas air. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan yang umumnya berupa ikan cendro (Tylosurus melenotes blk) akan berusaha untuk dapat menangkap umpan tadi, hingga suatu saat ikan tersebut akan masuk ke dalam jerat dan tertangkap.

2.1d. Alat pancing gurita (Octopus Jigg)
Sesuai dengan namanya, jenis alat pancing ini ditujukan untuk menangkap gurita (octopus). Kita tahu, gurita merupakan salah satu komuditi mahal bagi restoran yang menyajikan “sea foods” maupun hidangan “sabu-sabu” yang harganya cukup “waaah”.pancing gurita ini sangat spesifik, karena pada badan alat pancingnya terdapat sekian banyak mata kail yang melengkung dan mencuat ke atas. Melalui tali pancing yang panjang, maka alat pancing yang bermata banyak tersebut diturunkan pada lokasi yang diduga banyak dihuni gurita, yang umumnya pada karang bergua-gua batu, sedikit disebelah atas mata pancing tersebut ditautkan beberapa ikan umpan pada tali pancing. Manakala gurita tengah sibuk memakan umpan-umpan tadi, melalui sentakan mendadak, akan memungkinkan gurita akan tersangkut pada mata pancing.

2.1e. Alat pancing rawai (Long Line)
Ayodhyoa (19720, Sainsbury (19680, Von Brandt (1972) maupun Nedeleo (1990) mengetengahkan bahwa jenis alat tangkap pancing yang di Indonesia ini umum dikenal sebagai pancing perawe ataupun prawe ini, bila dilihat dari segi teknisnya dan beragam alat Bantu yang digunakan, sangatlah berkembang dengan pesat. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk dioperasikan baik dilaut selasar benua maupun di laut lepas. Selain itu, ikan yang menjadi tujuan penangkapan utamanya adalah jenis ikan ekonomis penting, utamanya adalah jenis-jenis ikan tuna. Tidak mengherankan bahwa bila yang kita maksudkan adalah longlinemaka secara ototmatis diartikan “Tuna long line”. Hasil tangkapan yang diperoleh sebenarnya tidaklah mutlak jenis tuna semata, karena tidak jarang tertangkap juga jenis-jenis ikan lain seperti cucut, pari, layaran, setuhuk, ikan pedang atau ikan todak serta lain sebagainya.
Sehubungan dengan jenis alat tangkap ini, ternyata terdapat sejumlah variasi baik dalam hal ukuran, struktur maupun besar-kecil serta jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapannya. Berdasarkan besar-kecilnya alat tangkap long-line ini, Anonimous (1971) Membedakannya menjadi :
a. Onawa (long line besar). Long line besar ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis tuna berukuran besar dengan kisaran bobot 30-100 kg seperti jenis bluefin tuna, tuna mata besar (Bigeye tuna), Madidihang (Yellowfin Tuna) serta lainnya ;
b. Tombonawa (Albacore long line) yang sesuai dengan namanya, lebih banyak dikhususkan untuk menangkap jenis ikan albakora. Jenis ikan albakora yang menjadi sasaran penangkapan umunya dengan kisaran bobot tubuh 10-20 Kg.
c. Meijinawa (Meiji Long line). Sasaran penangkapan adalah jenis-jenis tuna berukuran bobot tubuh lebih kecil daripada kedua jenis long line terdahulu, yaitu yang berbobot antara 3-10 Kg. jenis long line ini pada dasarnya hamper tidak berbeda dengan jenis tombonawa (Albacore long line), bahkan dikarenakan banyak memperoleh perbaikan maka umum juga dikenal sebagai “improved long line”. Selain berbeda dalam hal ikan yang menjadi tujuan utamanya, juga berbeda dalam hal jumlah branch line atau tali cabang yang digunakan.
Pengklasifikasian long line lainnya ada yang mendasarkannya pada faktor kedalaman perairan tempat mengoperasikannya. Sehubungan dengan hal ini, maka dikenal :
a. jenis long line yang dioperasikan pada lapisan di bawah permukaan (sub-surface layer) ataupun pada perairan dangkal. Jenis long line ini diduga biasa dikenal sebagai “Albacore type long line” ;
b. jenis long line yang dioperasikan pad perairan dalam. Jenis ini dikenal sebagai “Black tuna type long line”. ( Shapiro, 1950 dalam tambunan 1964).
Pembagian jenis long line lainnya, adapula yang mendasarkan pada cara bagaimana long line tersebut dioperasikan, apakah perentangannya ditetapkan dengan adanya pelampung dan jangkar ataukah jenis long line tersebut dibiarkan terhanyut di ayun dan dihanyutkan oleh adanya arus. Berdasarkan hal ini maka pembagiannya adalah :
a. Jenis long line yang ditetapkan (Set long line) ;
b. Jenis long line hanyut (Drift long line) (Ayodhyoa, 1972 ; Sainsbury, 1968 ; von Brandt, 1972 ; Nedelec and Prado, 1990).
Walau dikatakan bahwa jenis long line sangatlah berfariasi baik dalam hal ukurannya, cara pengoperasiannya, daerah penangkapannya, jenis ikan yang menjadi tujuan maupun tradisi lokal, sainbury (1968) membedakan long line utamanya pada lapisan kedalaman tempat alat tersebut dioperasikan. Beliau menggklasifikasikannya menjadi :
a. sub surface long line. Long line ini leluasa dioperasikan pada lapisan air dibawah permukaan menurut kedalaman yang dihendaki berdasarkan pengetahuan kedalaman renang ikan yang menjadi tujuan penangkapan ;
b. Bottom long line. Long line ini direntang dekat maupun didasar perairan.
kecenderungan daerah asal long line mendasari penggolongan long line yang di tempuh oleh von Brandt (1972) :
a. Long line Eropa yang ditujukan untuk belut dan sidat Eropa ;
b. Long line dengan rangkaian lampu pada jarak tertentu ;
c. Jenis long line Portugis, long line ini diatur sedemikian rupa sehingga posisi long line ini terangkat dari dasar perairan.
2.2 . Alat tangkap pancing tanpa umpan
a. Alat pancing tonda ( Troll line )
b. Alat pancing huhate ( Pole and line )
c. Alat pancing yang ditarik ( Drag line )
2.2.a. Pancing tonda ( Troll line )
Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan palagis yang biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai kualitas daging setengah mutu tinggi. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain jenis ikan bonito ( Scomberomerous sp. ), tuna, salmon, cakalang, tengiri dan lainnya. Melalui bagian belakang maupun samping kapal yang bergerak tidak terlalu cepat, dilakukan penarikan sejumlah tali pancing dengan mata-mata pancing yang umumnya tersembunyi dalam umpan buatan. Ikan-ikan akan memburu dan menangkap umpan-umpan buatan tersebut, hal ini tentu saja memungkinkan mereka tertangkap.
Sainsbury ( 1986 ) menegaskan bahwa kunci keberhasilan penangkapan umumnya banyak ditentukan oleh :
– Kemampuan pendugaan tempat-tempat pengkonsentrasian daerah yang banyak didiami jenis-jenis ikan menjadi tujuan penangkapan ;
– Kesiapan ikan-ikan untuk memekan umpan ;
– Kemampuan untuk mengetahui keadaan suhu dan gradiasi suhu maupun termoklin yang ada di daerah penangkapan tersebut, karena ikan-ikan pelagis yang hidup dekat permukaan ini umumnya sangat sensitif terhadap hal ini ;
– Bunyi yang dihasilkan baik oleh mesin maupun propeler kapal dapat mengganggu dan mengusir ikan-ikan yang membuntuti kapal yang sedang dioperasikan. Sehubung dengan hal ini, perahu atau kapal yang digerakan oleh tenaga layar tampaknya justru akan lebih baik.