TUNGAU DEBU RUMAH SEBAGAI PENYEBAB DERMATITIS ATOPIK.

  1. TAKSONOMI TUNGAU DEBU RUMAH
TDR termasuk ke dalam filum Artropoda, kelas Arachnida, ordo Acari, subordo Astigmata, dan famili Pyroglyphidae terdiri dari 16 genus dan 46 spesies. Tiga belas spesies dapat ditemukan pada debu rumah, tiga diantaranya adalah sumber alergen TDR yaitu D.pteronyssinus, D.farinae,dan Glycypahgus destructor. Beberapa tungau yang dikelompokkan sebagai domesticmite yaitu jenis tungau yang hidup di lingkungan manusia adalah TDR (famili Pyroglyphidae), tungau gudang (famili Acaredai, Glyiphagidae dan Chortoglyphidae) dan tungau predator (famili Cheyletidae).

  1. MORFOLOGI

Tungau debu rumah merupakan binatang sejenis kutu yang ukurannya sangat kecil, yakni 250-300 mikro sehingga baru terlihat di bawah mikroskop dengan pembesaran minimal 20x. Binatang super mini ini tak dapat dilihat dengan mata biasa, melainkan harus menggunakan mikroskop. Ukurannya sangat kecil, namun dapat menyebabkan banyak penyakit. Reaksi alergi akibat si tungau itu dapat mengenai mata hingga kulit. Bila dilihat dari sisi fisiknya, bentuk binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8 buah. Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata “debu” di belakang namanya karena hidupnya dari debu. Debu sebenarnya tumpukan dari bermacam-macam partikel yang salah satunya adalah sel kulit mati. Sesuai dengan nama latinnya, Dermatophagiodes (dermato = kulit manusia, phagoid = makanan), sumber makanan TDR adalah serpihan kulit manusia. Hal tersebut terkait langsung dengan habitat tempat TDR berkembang biak. “Setiap hari kulit manusia mengelupas, terutama saat berbaring. Maka tak heran bila TDR paling banyak ditemukan di tempat tidur atau karpet. Selain yang lembab dan tentunya berdebu, seperti tumpukan buku tua, benda berbulu, selimut, sofa, dan sebagainya.


  1. Epidemiologi
Di Jakarta Pusat, Aulung et al telah memeriksa 5.237 gram debu rumah yang berisi 343 tungau. Setelah diidentifikasi ditemukan 6 genus dan didominasi Glycyphagus sebanyak 149 tungau (42,6%). Pada penelitian lanjutannya dilaporkan dari 5.411 gram debu rumah diperoleh 876 tungau yang terdiri atas 7 genus dan yang terbanyak adalah Glycyphagus (352 tungau). Pada penelitian Sundaru di Jakarta dari 32,6 gram debu rumah yang berasal dari 20 rumah penderita asma, didapatkan tungau sebayak 1.480 yang terdiri atas 10 genus. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Glycyphagus sebanyak 582 tungau. Manan et almelaporkan pada 10 penderita rumah penderita asma ditemukan 9 genus dan tungau yang terbanyak adalah Glycyphagus. Di Kolombia genus Glycyphagus juga merupakan TDR yang dominan. Cuthbert, at al yang melakukan penelitian di gudang hasil pertanian juga mendapatkan bahwa tungau yang terbanyak adalah genus Glyphagus.
 Di dalam rumah TDR paling banyak dijumpai pada perabot kamar tidur (582 tungau) dan paling sedikit pada hiasan rumah (186 tungau). pada perabot rumah yaitu meja, kursi, rak buku dan lemari didapatkan 349 tungau sedangkan pada lantai rumah didapatkan 363 tungau. Pada penelitian yang dilakukan di daerah perumahan BTN Pamulang dilakukan pemeriksaan terhadap 156,03 gram debu kasur kapuk didapatkan jumlah TDR rata-rata 147 tungau per gram debu kasur dengan jumlah total tungau 26.470 yang terdiri dari 5 genus yaitu D.pteronyssinus, D.farinae, G.destructor, Suidasia medinensis, Cheiletus eredutus dan didominasi oleh  D.pteronyssinus serta G.destructor.
Keberadaan tungau pada perabot kamar tidur erat kaitannya dengan makanan tungau. Skuama merupakan makanan pokok TDR dan di tempat tidur banyak tersedia skuama karena manusia menghasilkan skuama 0,5g – 1, g per hari sehingga TDR dapat tumbuh subur. Selain itu perabot kamar tidur yang terdiri atas kasur, selimut, gorden, seprei banyak mengandung serat-serat yang lebih mudah menampung debu dari pada perabot rumah lainnya. Oleh karena itu dapat dimengerti mengapa TDR banyak ditemukan di perabot kamar tidur.
Faktor-faktor fisik seperti suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme dalam rumah. Tungau sangat peka terhadap kelembaban relatif. pada kelembaban 60% atau lebih rendah populasi TDR ditemukan sangat sedikit atau mati. Secara umum suhu optimal bagi perkembangan TDR adalah 25o-30oC dan kelembaban relatif 70-80 %. Perkembangbiakan TDR akan terganggu pada suhu diatas 32oC dan jika tungau dipanaskan selama 6 jam pada suhu 51oC dengan kelembaban udara 60 % mka tungau akan mati.
  1. Patogenesis
Prof. Heru menjelaskan, alergi yang ditimbulkan oleh TDR mengikuti hukum alergi pada umumnya. Reaksi alergi hanya akan timbul bila seseorang memiliki kecenderungan alergi yang didapatkan dari keturunan dan alergen (zat yang menimbulkan alergi). Bila tidak terdapat salah satu dari dua hal tersebut, maka tidak akan timbul keluhan. Reaksi alergi akan terjadi langsung apda beberapa menit setelah terpajan dengan alergen dan bertahan beberapa jam atau lebih lama bila tidak segera menjauhi dari alergen tersebut.
Saat TDR terhirup melalui hidung, maka protein yang terkandung di dalam tubuhnya akan menimbulkan sensitisasi (rangsangan pada system imun / sistem pertahanan tubuh) sehingga akan dihasilkan zat anti alergi. Bila orang tersebut kontak lagi dengan TDR, maka alergen tersebut akan berikatan dengan zat Anti alergi menghasilkan zat kimia lainnya, seperti histamine, yang akan beredar ke seluruh tubuh lewat aliran darah sehingga menimbulkan reaksi alergi di beberapa organ yang berbeda. Di hidung, histamine menyebabkan hidung terasa gatal dan merangsang bersin-bersin dan pilek. Di saluran napas, histamine menyebabkan otot dinding saluran napas mengkerut, saluran napas membengkak, sel radang berkumpul di saluran napas, dan meningkatkan produksi lendir. Hal itu akan menyebabkan batuk, sesak dan mengi (asma). Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering (xerosis). Kekeringan kulit diperberat oleh udara yang lembab dan panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang berasal dari sabun. Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, sehingga dengan rangsangan yang ringan seperti iritasi wol, rangsangan mekanik, dan termal akan mengakibatkan rasa gatal.