Tindakan Isolasi Sosial pada Pasien Skizofrenia

Skizofrenia  (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut Nancy Andreasen (1984) dalam Broken Brain, The Biological Revolution in Psychiatry, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan  Skizofrenia  merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik (Yosep, 2010). Pada fase akut Skizofrenia  kebanyakan penderita dikucilkan, menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dalam lingkungannya. Sedangkan pada fase kronis penderita kehilangan karakter dalam kehidupan sosial yang dapat mengakibatkan Isolasi Sosial. Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

Skizofrenia  merupakan bahasan yang menarik perhatian pada konferensi tahunan The American Psychiatric Association/APA di Miami, Florida, Amerika Serikat, Mei 1995. Angka pasien Skizofrenia  di Amerika Serikat cukup tinggi mencapai 1:100 penduduk, sebagai perbandingan di Indonesia bila pada PJPT I angkanya adalah 1:1000 penduduk maka proyeksinya pada PJPT II, 3:1000 penduduk bahkan bisa lebih besar lagi. Berdasarkan data di AS setiap tahun terdapat 300.000 pasien Skizofrenia  mengalami episode akut. Prevalensi Skizofrenia  lebih tinggi dari penyakit alzheimer, multipel skelosis, pasien diabetes yang insulin dan penyakit otot. Pasien Skizofrenia  dengan jumlah 20%-50% melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% diantaranya mati bunuh diri dan berhasil, selain itu angka kematian akibat Skizofrenia  8 kali lebih tinggi dari angka kematian penduduk umumnya (Yosep, 2010). Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. 0,3-1% biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun.

Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia , dimana sekitar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia . Pada penyakit gangguan jiwa berat (Skizofrenia ) terdapat bermacam-macam tipe. Menurut data yang diperoleh dari Ruang Jiwa B Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada tahun 2013 bulan April sampai dengan Juni didapatkan jumlah pasien 72 orang dengan masalah utama aktual Isolasi Sosial dengan jumlah sebanyak 34 orang (47,2%).

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah. Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial seseorang. Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamanaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan.

Pada orang dengan gangguan Skizofrenia  terdapat kerusakan fungsi otak secara perlahan yang dapat menimbulkan kegagalan berfikir. Beberapa penderita dengan Skizofrenia  kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan dari lingkungannya. Hal ini yang mendorong seseorang melakukan tindakan Isolasi Sosial pada lingkungannya. Pada penderita Skizofrenia  fase kronis seseorang akan kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan sosialnya.

Untuk mengatasi hal itu maka perawat perlu melakukan intervensi yang antara lain, membina hubungan saling percaya dengan klien, membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu klien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain, membantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan kasus Isolasi Sosialmelalui proses asuhan keperawatan yang komprehensif dan professional yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa yang optimal.

Referensi

Yosep, Iyus (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Nancy C.Andreasen ( 1984) The Broken Brain: The Biological Revolution in Psychiatry. Harper & Row