Status Gizi Balita

A. Pengertian

Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun. Kelompok anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang intensif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya (Khomsan, 2003). Lima tahun pertama dari kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi seluruh kehidupan di dunia. Sumber daya manusia yang berkualitas baik fisik, psikis, maupun intelegensianya berawal dari balita yang sehat. Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun 11 bulan (Depkes, 2005).

Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2002). Jadi, status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (William, 2010).

Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2002).

Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap (Arisman, 2009).

B. Faktor Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu :

1. Faktor Genetik

Faktor genetik ditentukan oleh pembawa faktor keturunan (gen) yang terdapat dalam sel tubuh. Gen akan diwariskan orang tua pada keturunannya. Orang tua yang bertubuh besar akan mempunyai anak yang posturnya menyerupai dirinya sebaliknya orang tua yang bertubuh kecil akan memiliki anak yang tubuhnya relative kecil. Hal ini disebabkan oleh gen yang diturunkan orang tua kepada anaknya.

Kelainan genetik pada wanita yang mengganggu pertumbuhan adalah sindrom turner, keadaan ini disebabkan kehilangan satu kromosom X. Wanita normal memiliki kromosom seks XX dengan jumlah kromosom 46, namun pada penderita sindrom turner hanya memiliki kromosom X0 dan total kromosom 45. Wanita sindrom turner memiliki kelenjar gonad yang tidak berfungsi dengan baik dan dilahirkan tanpa ovari atau uterus. Gejalanya yaitu rahang bawah kecil, langit-langit sempit, kelopak terkulai, tangan pendek, pembengkakan pada tangan dan kaki terutama saat kelahiran, bertubuh pendek, kehilangan lipatan kulit disekitar leher dan wajah menyerupai anak kecil (Mufida, 2013).

2. Faktor Lingkungan

  • Nutrisi

Balita yang mendapatkan asupan gizi yang seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya meliputi air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral akan memperoleh energi yang cukup untuk pertumbuhan yang akan mempengaruhi peningkatan pada berat badannya.

Kekurangan salah satu nutrisi seperti yodium berdampak serius terhadap pertumbuhan balita yaitu balita dapat mengalami kretinisme. Kretinisme yaitu perawakan pendek akibat kurangnya hormone tiroid dalam tubuh. Hormone tiroid diproduksi oleh kelenjar tiroid (gondok) terutama sel folikel tiroid. Penyebab paling sering dari kekurangan hormone tiroid adalah akibat kurangnya bahan baku pembuat. Bahan baku terpenting untuk produksi hormone tiroid adalah yodium yang biasanya terdapat pada garam yang beryodium (Setyawan, 2011).

  • Tingkat kesehatan orang tua

Balita yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang sehat dan senantiasa dijaga kesehatannya, akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik/normal. Namun bagi balita yang memiliki penyakit bawaan dari orang tuanya atau sedang sakit maka gizi yang dimakannya akan digunakan terlebih dahulu untuk mengatasi berbagai penyakit tadi. Kemudian sisanya baru digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga balita tertentu terhambat dalam peningkatan berat badannya / tumbuh kembangnya.

  • Status ekonomi sosial

Tubuh balita atau anak yang dibesarkan dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang cenderung akan lebih kecil dibandingkan dengan balita-balita yang kondisi sosial ekonominya cukup terjamin.

  • Suku bangsa

Suku bangsa akan mempengaruhi variasi ukuran tubuh individu, balita di Amerika lebih besar dan tinggi dibandingkan dengan balita Indonesia.

  •  Pendidikan ayah / ibu

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang balita. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara perawatan anak yang baik.

  1. Jenis kelamin

Anak laki – laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan anak perempuan. Akan tetapi jenis kelamin bagi balita 0 – 1 tahun belum menunjukkan perbedaan yang nyata karena sistem hormonalnya belum tumbuh baik.

  • Umur

Umur yang paling rawan adalah pada masa balita, oleh karena pada masa itu mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.

  • Tempat tinggal

Balita yang tinggal ditempat yang udaranya segar (cukup oksigen) dapat melakukan proses pembakaran yang lebih baik dibandingkan dengan balita yang tinggal ditempat yang udaranya penuh dengan polusi. Demikian pula, apabila suhu panas / dingin dan tidak terlalu lembab / kering akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan berat badan pada balita (Widyastuti, 2009).

3. Infeksi

  • Diare

Angka kematian yang tinggi pada bayi, balita, ibu melahirkan, menurunnya daya kerja fisik, terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan jika ditelusuri adalah akibat langsung maupun tidak langsung dari kekurangan gizi. Penyebab langsung adalah tidak sesuainya jumlah zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh, serta adanya penyakit infeksi. Diare menyebabkan anoreksia atau kurangnya nafsu makan, sehingga dapat mengurangi asupan gizi, di samping itu diare mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan, sehingga mempengaruhi status gizinya (Nugraha, 2013).

  • ISPA/Pneumonia

Penyakit infeksi seperti ISPA/pneumonia menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang “ISPA berat” bahkan serangannya lebih lama (Rochimah, 2013).

Penyakit infeksi lainnya menyerang sistem pernafasan yaitu primer kontak tuberkulosis (PKTB). Penyakit TB pada anak merupakan penyakit sistemik yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, baik organ paru maupun ekstra paru. Keadaan ini menyebabkan  nafsu makan menurun sehingga mengakibatkan gizi kurang. Penyakit TB pada anak di dapatkan dari penularan oleh orang dewasa. Penularan dari orang dewasa yang menderita TB ini, biasanya melalui inhalasi butir sputum penderita yang mengandung kuman TB, ketika penderita dewasa batuk, bersin atau berbicara (Rahmawati, dkk (2008).

  • Kelainan Bawaan

Kelainan bawaan dapat mempengaruhi status gizi balita, hal ini berhubungan dengan kemampuan balita dalam mengolah makanan maupaun kemampuan tubuh untuk menyerap makanan. Menurut Judarwanto (2013) kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu bibir sumbing. Bibir sumbing terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya.

C. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung dibagi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.

1. Antropometri

  • Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

  • Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

2. Klinis

  • Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

  • Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3. Biokimia

  • Pengertian

Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan melakukan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, seperti darah, urine, tinja, jaringan otot, hati.

  • Penggunaan

Penggunaan metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4. Biofisik

  • Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

  • Penggunaan

Metode ini secara umum digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

D. Standar Penilaian Status Gizi

Penilaian Status Gizi (PSG) adalah sebuah metode mendeskripsikan kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan makanan yang dikonsumsi dengan penggunaannya oleh tubuh, yang biasanya dibandingkan dengan suatu nilai normatif yang ditetapkan (WHO, 2005).

Status gizi balita diukur dengan indeks antropometri BB/U, TB/U, dan BB/TB. Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran statu gizi. Meningat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2002).

  1. Menurut Supariasa (2002) kelebihan menggunakan BB/U yaitu.
  2. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum
  3. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
  4. Berat  badan dapat berfluktuasi
  5. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
  6. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

Menurut Soekirman (2000 dalam William 2010) untuk menilai status gizi balita dengan menggunakan indeks BB/U yang dikonversikan dengan baku rujukan WHO-NCHS, status gizi dapat dibagi menjadi empat kategori:

  1. Status gizi lebih, bila nilai Z-Score >+2 SD
  2. Status gizi baik, bila nilai Z-Score terletak antara -2 s/d +2 SD
  3. Status gizi kurang, bila nilai Z-Score terletak antara -3 < -2 SD
  4. Status gizi buruk, bila nilai Z-Score terletak < -3 SD

Sedangkan menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

  1. Gizi Buruk  ( Sangat Kurus)    : <-3 SD
  2. Gizi Kurang (Kurus)                : -3 SD s/d <-2 SD
  3. Gizi Baik (Normal)                  : -2SD s/d + 2SD
  4. Gizi Lebih (Gemuk)                : >+2 SD

Cara penghitungan rumus Z skor / Standar Deviasi sebagai berikut.

Rumus perhitungan Z-skor:

Nilai individu subyek – nilai median baku rujukan

               Nilai simpangan baku rujukan

Keterangan:

Nilai simpangan baku rujukan untuk BB/U adalah 11% dari nilai median baku rujukan, simpangan baku rujukan untuk BB/TB adalah 10% dari nilai median baku rujukan, serta simpangan baku rujukan untuk TB/U adalah 5% dari nilai median baku rujukan. Berikut tabel baku rujuan BB/U.

Tabel. 2.6 Tabel Baku Rujukan Penilain Status Gizi Anak Perempuan dan Laki-laki usia 48-59 Bulan Menurut Berat Badan dan Umur (BB/U)

Umur(bulan) Median Berat Badan Anak Laki-Laki (kg) Median Berat Badan Anak Perempuan (kg)
48                    16,7                     16,0
49                    16,9                     16,1
50                    17,0                     16,2
51                    17,2                     16,4
52                    17,4                     16,5
53                    17,5                     16,7
54                    17,7                     16,8
55                    17,9                     17,0
56                    18,0                     17,1
57                    18,2                     17,2
58                    18,3                     17,4
59                    18,5                     17,5

Sumber: Supariasa (2002)

Daftar Pustaka Lihat di Artikel ini : Hubungan Pola Pemberian Makanan Dengan Status Gizi Balita Usia 4-5 tahun