Pengertian Perilaku

Pengertian Perilaku | Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting dan perlu dipahami secara baik.  Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia.  Perilaku manusia tidak berdiri sendiri.  Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku (attitude).  Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia.  Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi.  Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula negatif.  Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespon atau menanggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu.  Selain pengertian tersebut di atas pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek biologis.  Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.  Perilaku manusia itu sendiri adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus dan respon dikemukakan ada dua respon yakni respondent respons ialah respon yang timbul oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan operant respons ialah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu yang memperkuat respon yang telah dilakukan (reinforcing stimuli).

Sedangkan menurut Herijulianti, et.al (2002) secara operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon seseorang terhadap stimulus dari luar, respon ini ada dua macam, yaitu bentuk pasif yang tidak dapat dilihat dari luar terjadi dalam diri manusia (pengetahuan, persepsi dan sikap) dan bentuk aktif yang dapat dilihat secara langsung yaitu tindakan yang nyata atau praktek

 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam Bidang Kesehatan

Notoatmodjo (2003) membagi faktor yang mempengaruhi manusia menjadi dua, dimana kedua faktor tersebut adalah faktor keturunan atau genetik dan faktor lingkungan (enviromental).  Perspektif yang berpusat pada pesona mencakup faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.

Faktor genetik merupakan bawaan dari seseorang yang melekat pada dirinya sebagai warisan dari orangtua, termasuk dalam faktor ini antara lain emosi, kemampuan sensasi, kemampuan berfikir (kecerdasan). Sedangkan faktor lingkungan merupakan tempat seseorang berada dan tinggal, dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan bermain dan lingkungan sekolah bagi usia sekolah serta lingkungan kerja bagi yang telah bekerja.  Kedua faktor ini saling mempengaruhi dalam perilaku yang sifatnya menetap pada anak.  Perlu dipahami pula individu yang sejak kecil sudah dibiasakan untuk melakukan setiap tindakan atau aktivitas sesuai dengan kebiasaan yang baik umumnya akan lebih mudah diarahkan/dibina dibandingkan dengan anak yang sejak kecil sudah terbiasa dengan perilaku yang semaunya (Notoatmodjo, 2003).

Faktor biologis memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh warisan biologis dari kedua orangtua.  Wilson mengatakan bahwa perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.  Selain itu, faktor sosiopsikologis mengatakan karena manusia merupakan makhluk sosial maka perilakunya dipengaruhi oleh proses sosial.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku pada hakikatnya identik dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan individu.  Faktor yang dimaksud dapat berupa faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah, faktor lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan faktor waktu yaitu saat-saat tibanya masa peka atau kematangan.  Ketiga faktor tersebut dalam proses berlangsungnya perkembangan individu berperan secara interaktif.

Proses Perubahan Perilaku

Suhila, et.al. (2001) menerangkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Pengubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.  Hasil pengubahan perilaku yang diharapkan melalui proses pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah perilaku sehat.  Perilaku sehat dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyata dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Sedangkan menurut Azwar (1996) proses perubahan perilaku dapat mengubah tingkah laku individu atau masyarakat sangat diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus karena untuk mengubah tingkah laku individu atau masyarakat, selalu melibatkan proses perubahan mental.  Selain itu menurut paham yang dicetuskan oleh seseorang akan menganut tingkah laku yang baru, haruslah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

  1. Tingkat kesadaran

Untuk mencapai tahap ini, seseorang perlu mengetahui terlebih dahulu tentang sesuatu hal sebelum ia berbuat sesuatu untuk hal tersebut.

  1. Tingkat perhatian

Setelah seseorang sadar ia mempunyai keinginan untuk mengetahui apakah gagasan itu, bagaimana gagasan tersebut, dan adakah keuntungannya bila gagasan tersebut diterima untuk dirinya maupun keluarganya. Dalam tingkat ini diperlukan data dan informasi yang lengkap, sehingga ia akan mencari keterangan atau informasi lebih lanjut tentang gagasan lebih lebih lanjut.

  1. Tingkat evaluasi

Dalam tingkat ini apabila seseorang merasakan bahwa gagasan itu baik, ia akan mempertimbangkan masak-masak keuntungan dan kerugiannya dipandang dari beberapa hal, serta bagaimana kesan atau pandangan orang terhadap tindakannya itu.  Dalam tingkat ini seseorang memerlukan dukungan moril dari orang lain yang lebih berpengalaman serta perlu contoh nyata untuk mencapai tingkat selanjutnya.

  1. Tingkat Percobaan

Setelah melalui tingkat percobaan ia akan mencoba gagasan baru tersebut.  Misalnya orang itu setelah datang ke poliklinik gigi  mencoba untuk memdapatkan perawatan giginya.  Dalam tingkat ini diperlukan informasi berupa pengalaman positif dan adanya komunikasi yang baik antar-personal.

  1. Tingkat adopsi

Bila pengalaman dalam tingkat percobaan cukup menyenangkan, ia akan menerima gagasan tersebut.  Pembinaan yang teratur sangat diperlukan agar makin mantap dengan gagasan serta memperkuat keyakinannya. Misalnya, orang itu mau mengikuti tingkah laku yang baru dengan tidak segan-segan mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan. (Notoatmodjo, 2003).