Model Pembelajaran Interaktif

Menurut Holmes (Ratumanan, 2001: 28) model pembelajaran interaktif didasarkan pada dua premis mayor, yakni: (1) pemahaman berkembang sebagai suatu proses informasi dan konstruksi ide-ide secara mental. (2) pemecahan masalah sangat penting untuk menstimulasi pemikiran.

Model pembelajaran interaktif menekankan pada adanya interaksi sosial baik antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan bahan ajar pada aktivitas pemecahan masalah. Menurut Vygotsky (Ratumanan, 2001: 33), interaksi sosial merupakan suatu wahana untuk belajar, dimana siswa mampu untuk menyelesaikan masalah tertentu secara kooperatif sebelum mereka siap untuk menyelesaikan masalah yang sama secara mandiri. Dengan memperhadapkan siswa baik secara individu maupun secara kelompok pada aktivitas pemecahan masalah, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Hal ini diperkuat oleh pendapat Maier (Ratumanan, 2001: 23) bahwa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, tidaklah cukup memberikan mereka contoh pemecahan masalah saja. Yang menentukan adalah bahwa siswa secara mandiri dan aktif menghadapi dan menggarap masalahnya.

Model pembelajaran interaktif memungkinkan guru dan siswa saling mempengaruhi pola pikir masing-masing. Guru membuat tugas yang memancing siswa mengkonstruksi konsep-konsep, membangun aturan-aturan dan belajar strategi pemecahan masalah. Dalam model pembelajaran interaktif, peran siswa cukup besar, pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lain. Setelah itu, siswa melakukan kegiatan yang telah ditentukan oleh guru. Hasilnya kemudian didiskusikan. Guru sebagai pemimpin diskusi menyampaikan pertanyaan: mengapa, apakah atau bagaimana yang bertujuan untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa atau mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau aturan-aturan tertentu. Dengan kondisi ini, siswa akan lebih memahami tentang apa yang mereka pelajari sehingga materi pelajaran yang diperolehnya tidak mudah begitu saja dilupakan.

Holmes (Ratumanan, 2001: 30) mengklasifikasikan pelaksanaan pembelajaran interaktif dalam lima tahap, yaitu: (1) pengantar, (2) aktivitas atau fase pemecahan masalah, (3) fase saling membagi dan diskusi, (4) fase meringkas dan (5) penilaian belajar unit. Kelima fase ini, lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Interaktif

No. Fase Aktivitas
1. Pengantar a.      Mengorganisasi kelas untuk belajar (kerja individu atau kerja kelompok).

b.      Menyampaikan kepada siswa tentang apa yang akan mereka lakukan: menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, melanjutkan mempelajari suatu topik atau mengerjakan tugas (proyek).

c.      Menentukan masalah atau aktivitas. Jika perlu, mintakan siswa untuk mencatat pekerjaan mereka.

2. Aktivitas atau Fase Pemecahan Masalah Siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat melakukan manipulasi, investigasi, eksperimen dan penyelesaian masalah. Saat siswa bekerja menyelesaikan tugas-tugas, guru berkeliling di antara siswa, mengamati dan mendengar, serta bertanya dan memberi komentar. Siswa dapat diberikan pertanyaan open-ended sebelum diskusi kelas.
3. Saling Membagi dan Diskusi a.       Siswa melaporkan penyelesaian masalah mereka sendiri atau kelompok atau hasil dari aktivitas, atau mendiskusikan jawaban mereka tehadap jawaban open-ended.

b.      Guru memimpin diskusi. Menyampaikan pertanyaan “apa”, “mengapa” dan “bagaimana” sehingga siswa mencapai tujuan pembelajaran. Pertanyaan akan memungkinkan siswa untuk menggunakan berpikir tingkat tinggi dan menghubungkan model-model pada representasi simbolik, jika sesuai untuk pelajaran.

4. Meringkas a.       Siswa memeriksa kembali apa yang telah mereka lakukan atau yang mereka pelajari.

b.      Siswa mendemonstrasikan belajar (seperti memunculkan masalah mereka sendiri, menyelesaikan masalah yang diajukan guru, saling bertukar ide dengan pasangan, atau membuat laporan tertulis tentang apa yang telah dipelajari).

5. Penilaian Belajar Unit a.       Sebelum, selama dan setelah pembelajaran digunakan berbagai penilaian, seperti: observasi, wawancara, jurnal siswa atau buku harian, melengkapi tugas, konstribusi kelompok, proyek, portofolio, kuis dan tes.

b.      Menekankan pada penilaian siswa sendiri.

Ratumanan, G. Tanwey. 2001. Pengajaran Interaktif: Alternatif Perbaikan Pengajaran dan Hasil Belajar Matematika. Matematika; Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, VII(1): 26 – 42.