LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) LABORATORIUM BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS 1 MEDAN

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)
LABORATORIUM BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS 1 MEDAN

OLEH
KELOMPOK I
Ketua : Andrian

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES ACEH
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

Laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) kelompok I di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan, tanggal 19-29 November 2012 telah disetujui pada:
Hari/tanggal : Senin/ 03 Desember 2012
Waktu : 09.00 WIB s/d Selesai
Penulis : Kelompok I

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan indonesia. Adapun tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat adalah meningkatkan kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal dan terciptanya masyarakat indonesia yang di tandai oleh penduduk dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mempunyai kemampuan untuk mencapai kesehatan yang bermutu secara merata, serta memiliki kesehatan yang optimal.
Usaha peningkatan kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Usaha – usaha tersebut dilakukan secara menyeluruh, terpada dan berkesinambungan serta perlunya peningkatan pengamatan penyakit, pengkajian cara penanggulangan secara terpadu dan penyelidikan tentang penularan penyakit. Dalam mewujudkan upaya – upaya di atas, maka akan tercapai bila didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang handal.
Dalam upaya mewujudkan kesehatan yang optimal, ada beberapa mempengaruhi. Status kesehatan di pengaruhi oleh: lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan merupakan kedua paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan manusia sehingga pemerintah melalui Direktorat Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia berupaya keras untuk menekan angka kesakitan dan kematuan yang bersumber dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta pengawasan terhadap kesehatan lingkungan.
Praktek Belajar Lapangan adalah proses belajar kerja agar mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan teknis dengan cara melibatkan diri dalam pekerjaan pada suatu organisasi / instansi khusus yang dikelola, baik pemerintah maupun pihak swasta. Salah satu Instansi Pemerintah adalah Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL & PP) Medan.
BTKL & PP Medan adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknik (UPT) dibidang pelayanan kesehatan lingkungan yang secara teknis dibina Direktorat PP_PL yang membidangi teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan indonesia. BTKL & PP mempunyai tugas melaksanakan pemecahan masalah dibidang kesehatan lingkungan melalui pengkajian dampak kesehatan lingkungan, penafsiran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dibidang kesehatan lingkungan dan pengembangan teknologi tepat guna dibidang kesehatan lingkungan yang berbaasis laboratorium.
Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasi teori yang didapatkan di bangku kuliah ke dunia kerja.
Untuk melaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di BTKL & PPM (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular) Medan, sesuai dengan bidang ilmunya.
Meningkatkan hubungan kerja antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui struktur organisasi dan program kerja BTKL & PPM Medan.
Untuk mengetahui alat – alat teknologi laboratorium kimia, biologi dan kimia fisika udara dan gas di BTKL & PPM Medan.
Ikut serta dalam kegiatan pemerikasaan sampel di laboratorium
Dapat melakukan analisa dan interpretasi hasil pengukuruan / kegiatan
Manfaat Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Adapun manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan adalah sebagai berikut:
Bagi Mahasiswa
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar mahasiswa di lapangan mengenai kesehatan lingkungan.
Untuk lebih mengenal alat – alat teknologi laboratorium yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungna dan mengaplikasikannya sesuai dengan cara kerja yang berlaku.
Sebagai proses pengenalan dan pembelajaran mahasiswa tentang peran dan fungsi dengan cara kerja yang berlaku.
Bagi Lembaga Pendidikan (POLTEKKES KEMENKES ACEH)
Terjalinnya hubungan kerja sama antara POLTEKKES KEMENKES ACEH sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi dengan dunia kerja (BTKL &PPM Medan).
POLTEKKES KEMENKES ACEH dapat meningkatkan mutu lulusannya dengan menghubungkan pengetahuan di pengekuliahan dengan pengetahuan di lapangan.
Sebagai masukan bagi dunia pendidikan apa yang kuran dan penting sebagai pendukung peningkatan mutu pendidikan.
Menambah dokumentasi laporan Praktek Belajar Lapangan yang akhirnya juga menambah pengetahuan bagi mahasiswa yang membaca laporan ini.
Bagi BTKL & PP Medan
Adanya kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia kerja sehingga BTKL & PP Medan deikenal oleh akademis.
Sebagai bahan masukan perbaikan dari sistem kinerja menuju yang lebih efektif dan efisien.
Sebagai bahan masukan bagi BTKL & PP dalam rangka memajukan pembangunan di bidang pendidikan.

BAB II
DESKRIPSI DAN STRUKTUR ORGANISASI BTKL – PPM KELAS I MEDAN

Serjarah berdirinya BTKLPP Medan
Pada mulanya BTKLPP bernama Laboratorium Kesehatan Lingkungan (LKL), yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1909 di Manggarai, Jakarta. Pada tahun 1946 LKT pindah ke yogyakarta dan pada tahun 1978 LKT berganti nama menjadi Balai Tektik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dibawah pimpinan direktorat Jendral Pelayanan Medis Kesehatan Lingkungan (Dirjen Yanmed Depkes). Kemudian pada tahun 1998 BTKL dibawah pimpinan Direktorat Jendral Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan (Dirjen PP – PL Depkes), BTKL Medan resmi didirikan pada tahun 1998 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan 392/Menkes/SK/V/1998 dan beroperasi pada tahun 1999. Pada tahun 2011 BTKL Medan berubah nama menjadi BTKLPP Medan. Saat ini lokasi BTKLPP Medan terletak di Jl. K.H Wahid Hasyim No. 15 Medan. Kepala BTKLPP Medan saat ini adalah Ibu Dr. Dra. Indah Anggraini, M.Si.
Visi dan Misi BTKLPP Medan
Visi
Visi BTKLPP Medan adalah menjadi institut yang mampu memberikan pelayanan secara paripurna kepada masyarakat dalam pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan mitra.

Misi
Misi BTKLPP Medan adalah:
Memantau kualitas kesehatan lingkungan (tanah, air dan udara) dari polutan yang dihasilkan oleh kegiatan manusia dan alam,
Melaksanakan surveilans kesehatan lingkungan dan masyarakat,
Memberikan bantuan pemecahan kesehatan lingkungan bagi pemerintah, maupun swasta,
Mengembangkan metode analisis specimen dibidang kesehatan lingkungan dalam rangka meningkatkan monitoring kualitas lingkungan,
Memberikan pelayanan peningkatan pengetahuan dan ketercintaan kepada semua kalangan.

Kedudukan dan Klasifikasi BTKLPP Medan
Kedudukan BTKLPP Medan
BTKLPP Medan merupakan Unit Pelaksanaan Unit (UPT) bidang teknik kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular adalah unit pelaksanaan teknik di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan tanggung jawab Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Unit pelaksanaan teknik kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular masing – masing dipimpin oleh seorang kepala.
Tugas dan Fungsi BTKL & PP Medan
Unit pelaksana teknis bidang teknik kesehatan lingkungan mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan penelitian, pengembangan model dan teknologi tepat guna, serta kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan marta.
Dalam melaksanakan tugas unit pelaksanaan teknis bidang kesehatan lingkungan menyelenggarakan fungsi:
Melaksanakan surveilans epidemiologi
Pelaksanakan analisa dampak kesehatan lingkungan
Pelaksanaan laboratorium rujukan
Pelaksanaan perkembangan model dan teknologi tepat guna
Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi
Pelaksanaan penelitian dan respon cepat kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB wabah dan bencana
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pemberantasan penyakit menular kesehatan lingkungan dan kesehatan marta
Pelaksanaan ketatausahaan dan lerumahtanggaan BTKL & PP Medan
Klasifikasi BTKLPP Medan
Unit pelaksanaan teknis bidang kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular diklasifikasikan dalam 3 kelas, antara lain:
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit kelas I (BTKLPP) Medan,
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas II (BTKLPP Kelas II).
Unit pelaksanaan teknik bidang kesehatan lingkungan dan pemberantasan menular (BTKLPP) Medan termasuk kedalam klasifikasi kelas I.
Wilayah Kerja BTKLPP Medan
Wilayah kerja BTKLPP Medan mencakup provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatra Utara dan Sumatra Barat, dengan kondisi spesifik berikut:
Daerah agrobisnis daerah tujuan wisata,
Daerah industri kimia, semen, pupuk, insektisida, dan makanan – makanan ringan,
Daerah yang berbatasan dengan negara lain,
Pusar perekonomian di regional.
Struktur Organisasi
Berdasarkan PERMENKES RI No.2349/Menkes/PER/XI/2011 tenteng organisasi dan tata kerja unit pelaksanaan teknis di bidang teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, maka BTKL berubah menjadi lingkungan BTKLPP. BTKLPP adalah unit pelaksanaan teknik (UPT) dibidang pelayanan kesehatan lingkungan secara teknis dibina oleh Direktorat Jendral Departemen Kesehatan RI.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1251/Menkes/SK/VIII/2005 tentang susunan jabatan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I terdiri dari:

Kepala Balai,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi,
Kepala Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium
Kepala Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan,
Kelompok Jabatan Fungsional yang ada di BTKLPP, yaitu:
Epidemiologi Kesehatan
Sanitarian
Pranata Labkes
Jabatan Fungsional Belum Berakreditasi, yaitu:
Entomologi
Bendaharawan
Operator Komputer
Pengadministrasi Umum
Tenaga honor di BTKLPP Medan
Uraian Tugas Struktur Organisasi
Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan antara lain penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, dan laporan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga.
Seksi Surveilans Epidemiologi
Seksi surveilans epidemiologi mempunyai tugas melaksanaan pelaksanaan perencanaan dan evaluasi dibidang surveilans epidemiologi, advokasi, fasilitas kesiapan, dan penanggulangan KLB, kajian dan diseminasi informasi kesehatan lingkungan, kesehatan mitra, kemitraan, dan jejaring kerja, serta pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi.
Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium
Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi, pengembangan dan penapisan teknologi dan laboratorium, kemitraan dan jejaring kerja, kesehatan lingkungan, kesehatan mitra, serta pendidikan dan pelatihan bidang pengembangan teknologi dan laboratorium pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.
Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas membuat perencanaan dan evaluasi analisis lingkungan fisik dan kimia serta dampak lingkungan biologi, pendidikan, dan pelatihan di bidang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan.
Bagian Instalasi
Instalasi adalah suatu bagian yang terdapat pada BTKLPP yang merupakan fasilitas penyelenggara kesehatan lingkungan dibawah pimpinan seorang kepala dan memenuhi secara hukum untuk mengadakan, menyediakan dan mengelola seluruh bagian penyediaan pembekalan kesehatan lingkungan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Ada beberapa instalasi di BTKLPP antara lain:
Berhubungan dengan laboratorium
Instalasi Laboratorium kimia
Mempunyai fungsi menerima, menangani dan melaksanakan pemeriksaan sampel yang kemudian dicatat dalam buku penerimaan sampel seperti parameter yang akan diperiksa, tanggal sampel, objek (tempat sampel, jumlah sampel, dan nama petugas yang memeriksa sampel).
Instalasi Bagian Biologi Lingkungan
Mempunyai fungsi menerima, menangani dan melaksanakan pemeriksaan sampel biologis yang berkaitan di bidang parasitologi dan mikrobiologi.
Instalasi Laboratoirum Fisika, Udara dan Radiasi (FUR)
Menerima, menangani dan melaksanakan pemeriksaan sampel di bidang kimia, fisika dan gas berupa ambient dan emisi, kebisingan, getaran, radiasi elektromagnetik, radiasi panas, dan radiasi sinar gamma.
Instalasi Laboratorium Entomologi
Mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit menular, mengidentifikasi nyamuk, membuat preparat dan awetan nyamuk. Selain itu juga melakukan pemberantasan nyamuk yang mengakibatkan penyakit menular pada suatu lingkungan.
Beberapa Instalasi lain yang terdapat di BTKLPP:
Instalasi Pelayanan Teknologi
Instalasi Diklat dan Perpustakaan
Instalasi Teknologi Tepat Guna
Instalasi Pemeliharaan Alat, Uji Mutu, dan Kalibrasi
Instalasi Penanggulangan Bencana dan Pengungsi.
Instalasi Penyakit Tidak Menular.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Biologi
Pengetahuan kualitas air secara microbiologis menurut ALPHA (American Public Health Association) dan WHO (World Health Organization) dilakukan berdasarkan analisis kehadiran jasad indikator – indikator, yaitu bakteri golongan Coli Fecal yang selalu ditemukan didalam tinja manusia atau hewan berdarah panas, baik yang sehat maupun yang sakit. Selain itu, prosedur pengujian kualitas air menggunakan Coli Fecal bersifat sangat spesifik, artinya pengujian tidak memberikan hasil positif yang salah dan bersifat sangat sensitif, yang artinya kualitas air sudah dapat ditentukan meskipun Coli Fecal tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat kecil, misalnya ditemukan 1 sel per mililiter sampel air.
Golongan Bakteri Coli merupakan indikator alami baik didalam air yang tampak jernih maupun tampak kotor, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: berbentuk batang, garam negatif, tidak membentuk spora, pada temperatur 37oC dapat memferfentasikan laktosa dengan membentuk asam dan dalam 48 jam dapat membentuk gas.
Bakteri Coli terdiri dari:
Kelompok Escherichia, misalnya Escherichia Coli, Escherichia Freundil dan Escherichia Intermedia.
Kelompok Aerobacter, misalnya Aerobacter Aerogenes, A. Cloacea
Kelompok Klebsiela Pneumonie
Dari ketiga kelompok tersebut, kelompok Escherichia khususnya Escherichia Coli merupakan bakteri yang paling tidak dikehendaki kehadirannya didalam air minum maupun makanan. Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti Coli Fecal, tetapi tidak dapat hidup pada suhu diatas 37oC dan lebih sering dijumpai didalam tanah dan air daripada didalam saluran pencernaan makanan manusia. Umumnya genus – genus tersebut tidak patogen. Oleh karena itu kelompok Aerobacter dan Klebsiela disebut kelompok Bakteri Coli non Fecal ( Non – Fecal Coliform Bacterial/Non-FCB).
Bakteri Escherichia Coli
Escherichia mula – mula ditemukan oleh Escherichia pada 1885 dari feses seorang bayi. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Escherichia juga banyak ditemukan pada saluran pencernaan makanan manusia dewasa dan hewan – hewan berdarah panas. Bakteri ini dapat hidup pada suhu 42oC. Dari sekitar 100 – 150 gram feses yang setiap hari dikeluarkan oleh seorang manusia, ternyata didalamnya mengandung sekitar 3×1011 (300 milyar) sel Bakteri Coli. Oleh sebab itu, kelompok Escherichia lebih dikenal dengan sebutan kelompok Bakteri Coli Fecal (Fecal Coliform Bacteri/FCB). Sejak saat itu, bila sumber air ditemukan bakteri Coli Fecal maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa air tersebut telah mencemari pencemaran oleh feses manusia atau hewan berdarah panas.
Pencemaran bakteri Fecal sangat baik diharapkan. Pada suatu kadar tertentu bakteri Escherichia Coli terbukti dapat menyebabkan berbagai infeksi, antara lain diare, infeksi pada saluran kencing dan meningitis. Escherichia Coli tidak menimbulkan penyakit kecuali apabila bakteri ini hidup dan berkembang dalam jumlah yang sangat banyak Escherichia Coli menyebabkan diare akut dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:
Echerichia Coli Enteropatogenik
Echerichia Coli Enteropatogenik menyebabkan gastroenteristis pada bayi yang baru lahir hingga umur 2 tahun sehingga terjadi kegagalan pertumbuhan pada bayi, khususnya di negara – negara berkembang. Echerichia Coli ini menyebabkan lesu melalui pengikisan permukaan usus.
Echerichia Coli Enteroinflasive
Serotipe – serotipe Echerichia Coli tertentu enteropatogenik, ditemukan sebagai penyebab diare akut pada anak – anak yang lebih berbadan orang dewasa. Echerichia coli ini menyerang sel – sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang mirip dengan sindrom yang diakibatkan oleh Shigella, yaitu demam, diare, muntah dan kram. Galur ini dikenal sebagai enteroinfalsive, virulensi terhadap epitel usus dan penularan didukung dengan sanitasi yang buruk.
Echerichia Coli Enterotoksigenik
Echerichia coli enterotoksigenik merupakan penyebab utama travellers diarrhed (diare pelancong) yang menyerang bayi – bayi di negara yang berkembang. Galur – galur enterotoksigenik menghasilkan satu atau dua macam enterotoksin yang berbeda. Beberapa galur menghasilkan toksin yang tahan panas (TP), sedangkan yang lain merupakan toksin yang tidak tahan panas (TTP). Kedua macam toksin ini menyebabkan diare pada orang dewasa dan anak – anak.

Echerichia Coli Enterohermoganik
Echerichia coli enterohermoganik sering dijumpai pada makanan yang tercemar feses sapi. Coli jenis ini menghasilkan toksin hemoragik dan dapat berkembang menjadi uremik hemofilik dan gagal ginjal akut.
Metode Most Probable Number (MPN)
Metode Most Probable Number (MPN) menggunakan pendekatan “pengenceran berganda hingga punah” telah dibuktikan sangat baik untuk memperkirakan populasi mikroba, terutama jika mikroba ada dalam jumlah yang sangat sedikit dalam makanan dan sampel air. Selain echerichia coli saat ini metode MPN juga dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroba Salmonella, Taphylococcus dan fecal coliform lainnya.
Metode MPN didasarkan pada pembagian sampel menjadi 3 macam pengenceran. Akurasi dari satu kali pengujuan tergantung dari jumlah tabung yang digunakan untuk tiap pengenceran. Lazimnya, digunakan sistem 5 tabung atau 3 tabung untuk setiap pengenceran. Informasi yang sangat memuaskan akan diperoleh apabila semua tabung dengan pengenceran rendah menunjukkan tidak adanya pertumbuhan. Pengambilan sampel, pengiriman dan pemeriksaan sampel air harus dilakukan dengan cara aseptis dan dapat mewakili air yang diperiksa. Penggunaan alat – alat, media dan reagensia serta pelaksanaan pengujian harus sesuai dengan jenis bakteri yang akan ditentukan.
Dalam pengujian sampel, disarankan untuk menggunakan satu set tabung dari setiap pengenceran sebagai kontrol yang tidak diinokulasi. Contohnya, jika menggunakan metode MPN 5 tabung, maka perlu ditambahkan 1 set berisi 5 tabung lagi harus diinkubasi sebagai kontrol untuk meyakinkan bahwa medium yang digunakan benar – benar steril. Selain itu temperatur inkubator juga harus dikontrol. Pengenceran sampel dengan menggunakan metode MPN identik dengan prosedur untuk perhitungan koloni. Tabung yang positif dari setiap kelompok pengenceran dicatat dan hasilnya dalam bentuk nilai MPN/100 ml. Hasilnya tersebut perlu dikonversikan menjadi nilai nyata, sehingga dapat diketahui jumlah sel yang sebenarnya / ml sampel, dengan rumus sebagai berikut:
= nilai MPN 10/(volume tes terbesar)
Analisa kehadiram golongan Bakteri Coli secara kualitatif dilakukan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut:
Tes Pendugaan (Presumtif Tes)
Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Bakteri coliform menggunakan laktosa sebagai sumber kerbonnya. Tes ini dikatakan positif jika setelah inkubasi 37oC selama 24 jam laktosa yang telah difermentasikan akan berubah warna dan berbentuk gas yang ditampung oleh tabung durham yang diletaklan terbalik.
Tes Konfirmasi (Confirmed Tes)
Merupakan tes selanjutnya dari tes pendugaan. Dari tabung yang positif pada tes pendugaan, dilakukan tes menggunakan mediumm BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) yang dapat menghambat pertumbuhan pertumbuhan bakteri gram negatif seperti coliform, selain itu dilakukan pula indokulasi pada cawan petri yang berisi media EMB – agar (Eosine Matylene Blue) atau endo agar. Jika setelah inkubasi 37oC dalam 24 jam, tumbuh koloni yang tampak hijau berkilap logam pada EMB – agar maka tes dinyatakan positif. Bila menggunakan Endo agar yang mengandung pewarna fuchsin merah muda akibat adanya kandungan asam yang dihasilkan oleh coliform, disekitar koloni Echerichia coli.
Tes Penentu atau Pelengkap (Completed tes)
Untuk menentukan hasil pemeriksaan benar – benar positif, maka mikroba dari hasil tes konfirmasi hasil yang positif diinokulasikan pada kaldu laktosa kembali. Selain itu ditumbuhkan pula pada agar miring. Jika timbul gas pada kaldu laktosa, maka tes penentu dinyatakan positif.
Jumlah koliform dapat dihitung dengan menggunakan tabel Hopkins yang dikenal dengan metode JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) atau MPN (Most Probable Number).
Kimia
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanam pada segenap pengguna air.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber air meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.
Sifat Air
Air memiliki yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
Pada kisaran suhu yang sesuai dengan kehidupan, yakni 0oC (32oF) – 100oC, air berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing polut) dan suhu 100oC merupakan titik didih (boiling poin) air
Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air
Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai senyawa kimia.
Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.
Air merupakan satu – satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah dari pada air. Dengan demikian, es akan mengapung didalam air.
Penggolongan Air
Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
Tujuan Pemantauan Kualitas Air
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut:
Enviromental Surveillence, yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemaran terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemaran tersebut dihilangkan.
Establishing Water – Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara perunahan sebab akibat antara perunahan variabel – variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan mutu kualitas air
Apparsial of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada suatu tempat secara umum

Parameter Air
Suhu
Suhu suatu bahan air yang dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude) ketinggian permukaan laut (altitude), waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perunahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga dapat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai pada pertumbuhannya.
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya. Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10oC menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat. Namun peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatkan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20oC – 30oC.

Warna
Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan – bahan kimia terlarut. Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan – bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi.
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus, dan ion – ion logam (misalnya besi dan mangan), serta bahan – bahan lain. Adanya oksidasi besi menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman, kadar besi sebanyak 0,3 mg/liter dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/liter sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan. Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan – bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.
Bahan organik
Semua bahan organik mengandung karbon (C) berkombinasi dengan satu atau lebih elemen lainnya. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama sebagai berikut:
Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid, selulosa, kanji gula dan sebagainya.
Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diperoleh oleh manusia
Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibioka, dan asam, yang semuanya diperoleh melalui aktifitas mikroorganisme.
Karakteristik bahan organik:
Mudah terbakar
Memiliki titik beku dan titik didih rendah
Biasanya lebih sukar larut dalam air
Bersifat isomerasasi: beberapa jenis bahan organik memiliki rumus molekul yang sama
Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan terjadi dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul
Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1000
Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri.
Besi dan Mangan
Besi dan mangan yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Kedua macam bahan ini berasal dari larutan batu – batuan yang mengandung senyawa Fe atau Mn seperti pyrite, kematit mangan dan lain – lain. Dalam limbah industri, besi berasal dari korosi pipa – pipa air, material logam sebagai hasil reaksi elektrokimia yang terjadi pada permukaan. Air yang mengandung padatan terlarut mempunyai sifat menghantarkan listrik dan ini mempercepat terjadinya korosi.
Klorida
Klorida banyak dijumpai dalam pabrik institut kaustik soda. Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain – lain. Chlorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai Chlor bebas berfungsi desinfektans, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa – pipa instalasi (Agusnar, H.2008).
Phosfat
Kandungan phosfat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan organisme lainnya. Phosfat kebanyakan berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phosfat. Dalam industri, kegunaan Phosfat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan. Maka pada saat penggantian air ketel, buang ketel ini menjadi sumber phosfat.
Pengukutan kandungan phosfat dalam air limbah industri berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosfat sehingga tidak merangsang pertumbuhan tumbuh – tumbuhan dalam ait. Sebab pertumbuhan subur akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh – tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya. (Agusnar, H.2008).

Nitrogen
Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan oleh bakteri berubah menjadi amonia. Dalam kondisi aerobic dan dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrat dapat digunakan oleh alga dan tumbuh – tumbuhan lain untuk membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk protein hewan, perusakan protein tanaman dan hewan oleh bakteri menghasilkan ammonia.
Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi. Nitrit merupakan hasil reaksi dan menjadi ammonia atau dioksidasi menjadi nitrit. Kehadiran nitrogen ini seringkali dijumpai sebagai nitrogen nitrit. Cadmium ditemukan dalam ruangan industri tekstil, elekto plating, pabrik kimia. Chromium dijumpai dalam dua bentuk yaitu chrom valensi 6 dan chrom valensi 3. Chrom valensi 6 ditemukan dalam ruangan pabrik aluminium dan chad, sedang chrom trivalen ditemukan pada pabrik tekstil, industri gelas dan keramik. Logam ini dengan konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia. (Agusnar, H.2008)
Pengubahan dari nitrogen bebas diudara menjadi nitrat dapat dilakukan secara biologis maupun kimia. Transformasi ini disebut fiksasi (pengikatan) nitrogen. Halilintar menyebarkan fiksasi kimia nitrogen. Ledakan petir yang melalui udara memberikan cukup energi untuk menyatukan oksigen dan nitrogen membentuk nitrogen dioksida, NO2. Gas ini bereaksi dengan air membentuk asam nitrat, NO3. (Kristanto,P.2002)
Ammonia merupakan hasil tambahan penguraian (pembusukan) protein tanaman atau hewan, atau dalam kotoran. Jadi jika ammonia dalam air, ada kemungkinan kotoran hewan masuk. Juga dapat terbentuk jika urea dan asam urine dalam urine mengurai. Pupuk buatan juga mengandung ammonia dan senyawanya, sehingga serbuk yang terbawa air dapat terurai dan memberikan ammonia.
Amoniak dalam air tidak terlalu berbahaya jika air itu diberikan Klor. Nitrit amat beracun dalam air, tetapi tidak dapat lama tahan. Jika kandungan nitrat sudah menjadi 45 bbj akan berbahaya untuk diminum. Nitrat ini akan berubah menjadi nitrat dalam perut. Keracunan akan menimbulkan muka biru dan kematian. Dapat terjadi didaerah pertanian yang menggunakan pupuk nitrar. (Sastrawijaya,T.2001)
Sulfur
Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Sulfure dioxide dibutuhkan pada sintesa. Pada industri kausit soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfide pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfide diubah menjadi hydrogen sulfida. Dalam suasana anaerob hydrogen sulfide teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfide. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada prosos digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan metana CH4 dan CO2 akan bersifat korosis.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen adalah gas yang berwarna, tak berbau, tak berasa, dan hanya sedikit larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makhluk yang tinggal di air, baik tanaman maupun hewan bergantung kepada oksigen yang terlarut ini. Jadi penentuan kadar DO dapat dijadikan untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada DO sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm). Selebihnya bergantung kepada tekanan organisme derajat keaktifannya, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya. Umumnya laju konsumsi kelarutan oksigen dalam air, jika udara yang bersentuhan dengan permukaan air itu bertekanan 760 mm dan mengandung 21% oksigen. Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air.
Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada suhu, kehadiran tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air, jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air, seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri. Penentuan oksigen terlarut harus dilakukan berkali – kali, berbagai lokasi, pada tingkat kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama. (Sastrawijaya,T.2001)
Biochemical Oxigen Demand (BOD)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang, dan lain – lain yang cenderung menyerang oksigen. Oksigen tersebut digunakan untuk menguraikan senyawa organik, akhirnya kadar oksigen dalam air buangan menjadi keruh dan kemungkinan berbau.
Pengukuran terhadap nilai BOD adalah kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada temperatur 20oC dan waktu 5 hari. Oleh karena itu, satuanya biasa dinyatakan dalam mg/liter atau kg. (Kristanto,P.2002)
Chemical Oxigen Demand (COD)
Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang sukar dihancurkan secara oksigen. Oleh karena itu kebutuhan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih kecil dari pada nilai COD diukur pada senyawa organik yang dapat diuraikan maupun senyawa yang tidak dapat terurai (Kristanto,P.2002)
Nilai pH
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6 – 8, sedangkan pH air yang tercemar, misalnya air limbah (buangan), berbeda – beda tergantung pada jenis limbahnya.
Perubahan keasaman pada air limbah, baik arah alkali (pH naik) maupun kearah asam (pH turun), akan mengganggu ikan dan hewan air. Selain itu, air limbah yang mempunyai pH yang rendah. Suatu asam lemah mempunyai keasaman yang tinggi, aritnya mempunyai potensi untuk melepaskan hidrogen. Contohnya adalah asam karbonat, asam asetat, dan asam organik lainnya. (Kristanto,P.2002)
Kesadahan
Kesadahan air dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
Kesadahan sementara (temporer), dan
Kesadahan tetap (permanen)
Kesadahan sementara disebabkan karena garam – garam karbonat (CO3-) dan di karbonat (HCO3-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Garam karbonat merupakan garam yang larut. Oleh karena itu, semakin tinggi konsentrasi karbondioksida di udara, semakin tinggi kelarutannya, dalam bentuk reaksi dalam berikut:
CaCO3 + CO2 + H2O —– Ca (HCO3)2
Tidak larut terlarut
Kesadahan air ini bersifat sementara, karena dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tidak larut dan mengendap, sehingga dapat dihilangkan dengan mudah.
Ca (HCO3)2 —– CaCO3
Dipanaskan mengendap
Kesadahan tetap disebabkan adanya garam – garam klorida (Cl-) dan sulfat (SO4) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kesadahan karena garam – garam tersebut bersifat tetap dan sangat sukar dihilangkan. (Kristanto,P.2002)
TDS dan TSS
Padatan yang tersispensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, kotoran hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan, dan limbah industri. Padatan tersuspensi total suatu contoh air ialah jumlah bobot bahan tersuspensi dalam suatu volume air tertentu. Biasanya diberikan dalam mg/L atau bagian perjuta (bbj) turbiditas diukur dengan alat turbidiuster yang mengukur kemampuan cahaya untuk melewati contoh air itu partikel yang tersuspensi itu akan menghamburkan cahaya yang datang. Sehingga menurunkan intensitas cahaya yang ditransmisikan.
Suatu kenaikan yang mendadak padatan tersuspensi dapat ditafsirkan karena erosi tanah akibat hujan lebat atau pabrik pembakaran sampah kota kapasitasnya menurun jika ada hujan lebat. Padatan sampah lebih berat masalahnya dibanding pengotoran tanah karena emosi. Sampah yang kebanyakan zar organik ini banyak memerlukan oksigen selama diuraikan.
Padatan terlarut total mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam suatu contoh air, juga dinyatakan dalam mg/liter atau dalam bagian juta. Misalnya suatu contoh air dengan padatan terlarut total 200 artinya dalam satu liter air terdapat 200 mg padatan terlarut.
Padatan terlarut dan tersuspensi mempengaruhi ketransparan dan warna air. Sifat transparan ada hubungan dengan produktivitas. Transparan yang rendah menunjukkan produktifitas tinggi. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan tersuspensi tinggi. Warna air juga ada hubungan dengan kualitas air. (Sastrawijaya,T.2001)
Fisika Udara dan Radiasi
Udara adalah campuran gas secara mekanis dan bukan merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfir, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi.
Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas methane, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrogen oksida mempunyai kadar yang berbeda – beda tergantung daerah / lokasi. Umumnya konsentrasi methana, ammonia, hidrogen sulfide, karbon monoksida sangat tinggi di areal rawa – rawa atau industri kimia.
Sampling Gas dan Uap
Mekanisme penangkapan kotaminan di udara berbentuk uap dan gas sangat bergantung pada sifat kimiawi kontaminan. Pada dasarnya terdapat empat mekanisme utama yang dapat terjadi untuk menangkap kontaminan udara gas dan uap, yaitu:
Adsorpsi, kontaminan gas dan uap ditangkap pada permukaan suatu media sorben padat (solid sorbent)
Absorpsi, kontaminasi gas dan uap dilewatkan melalui suatu cairan atau bereaksi dengan reagent untuk menghasilkan derivative
Reaksi antara kontaminan gas dan uap dengan reagent yang terdapat pada suatu filter (reagent coated on filter)
Garb sampling, kontaminan yang dalam udara ditarik kedalam container di lanjutkan dengan analisis selanjutnya.(Lestari,F.2007)
Ozon (O3)
Merupakan bentuk allopotik dari unsur oksigen, mempunyai kemampuan oksidasi yang kuat sekali
Sifat fisik
Ozon dalam bentuk gas tampak biru cerah, berbau tajam sekali.
Dalam bentuk cair atau padat, tampak biru kehitaman dengan tidak tembus cahaya (opaque) seperti warna tinta.
Masa jenis gas pada 0oC tekanan udara atmosfer 2,154 gr/liter
Massa jenis bentuk cair pada -111,9oC adalah 1,354 gr/ml dan pada -183oC adalah 1,573 gr/ml.
Titik didh pada tekanan udara 1 atm : -111,9oC
Titik lebur dari bentuk padat : -192,5oC
Sifat kimia
Ozon terdiri dari 3 atom oksigen
Mempunyai daya oksidasi sangat kuat dengan menimbulkan panas. Dipakai sebagai pembasmi hama (bacik bakteri atau virus) lebih cepat dan kuat dari hydrogen peroksida (H2O2), klorin atau sulfur oksida (SO2)
Dipakai untuk teatment air siap diminum.
Menghilangkan rasa bau dan rasa yang tidak enak dari bahan hidrokarbon.
Besi dan senyawa mangan yang memberi warna pada air dapat dihilangkan dengan memakai ozon.
Sumber ozon
Ozon terdapat di atmosfer bumi : dekat permukaan bumi, kadar ozon sekitar 0,02-0,03 ppm, kalau ada kabut kadar ozon akan berkurang.
Pada ketinggian 20 km pada atmosfer bumi, ozon dibentuk melalui proses fotokemis yaitu oksigen berubah menjadi ozon.
Kadar ozon tertinggi pada ketinggian 30 km.
Ozon terbentuk oleh pengaruh ultra violet dari sinar matahari.
Hidrogen Sulfida (H2S)
Hidrogen sulfide merupakan gas yang sangat sedikit sekali jumlahnya di dalam atmosfer.
Sifat fisik gas H2S
Gas ini berbau seperti telur busuk
Gas berwarna kekuningan
Terbentuknya H2S
Ada beberala cara terbentuknya H2S, yaitu:
Memalui aksi bakteri, tanaman dan hewan yang disuplai dengan sulfur secara kontinyu maka sulfur akan bersenyawa didalam tubuh hewan dan tanaman kemudian di sintesis menjadi asam amino dan protein. Proses ini terjadi karena hasil kerja bakteri sulfur. Kemudian apabila tanaman atau tanaman mati, atas perilaku bakteri anaerob maka bakteri tanaman atau hewan akan menghasilkan gas H2S dan selanjutnya akan bereaksi dengan logam besi.
Melalui proses di atmosfer
Sulfur hasil letusan gunung berapi berada di atmosfer akan bersenyawa dengan hydrogen pada tem2peratur yang cukup tinggi.
2H2 + S2 -> 2H2S
Demikian pula sulfur hasil olahan industri akan melayang di dalam atmosfer dan bereaksi dengan hidrogen pada temperatur yang cukup tinggi.
Sumber H2S
Berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati (materi organic)
Berasal dari letusan, muntahan gunung berapi.
Berasal dari limbah atau bangunan industri.
Nitrogen Oksidasi
Nitrogen terdapat 78% didalam atmosfer bumi, oleh pengaruh organisme, sinar kosmik, cahaya fikasi nitrogen atau bersenyawa berbagai elemen berbentuk senyawa nitrogen yang berguna bagi tumbuh – tumbuhan dan hewan dalam pertumbuhan.
Nitrogen yang berada di dalam udara bereaksi dengan oksigen membentuk 3 macam senyawa, yaitu:
N2O (nitrous oksida), merupakan gas yang tidak berwarna, tidak bereaksi terhadap ozon, oksigen maupun hydrogen, merupakan gas alam dengan konsentrasi pada atmosfer sebesar 0,15 ppm
NO (Nitrit Oksida), merupakan gas yang beracun, adanya NO disebabkan pembakaran temperatur yang tinggi dan tekanan yang tinggi sehingga nitrogen yang terdapat di atmosfer akan berubah menjadi nitrit oksida (NO). Nitrit oksida oleh pengaruh oksigen atau ozon akan berubah menjadi nitrogen dioksidasi (NO2)
NO2, nitrogen dioksida merupakan gas yang beracun yang berwarna coklat kemerah – merahan dan berbau pedas seperti asam nitrat
Asam dari nitrogen dari dalam atmosfer
Asal dari pembakaran sarana transportasi; motor, diesel, kereta api
Asal dari pembakaran, kayu, minyak, batu bara, hutan
Asal dari sampah padat
Asal dari tanaman/arang yang terbakar
Asal dari proses industri
Efek yang disebabkan senyawa nitrogen:
Nitrogen Oksida (N2O) merupakan gas alam yang tidak berefek apa – apa terhadap manusia maupun lingkungan
Nitrit oksida (NO) merupakan karbon bonoksida mempunyai sifat menghalangi sel darah mengangkut oksigen. NO di dalam udara akan beraksi dengan uap air sehingga membentuk asam nitrat.
2 NO + O2  2 HNO2
NO2 berasal dari NO akan bereaksi dengan oksigen di dalam udara
2 NO + O2  2NO2
Gas NO menyebabkan iritasi mata, hidung, saluran pernafasan dan paru –paru.
Sulfur Oksida
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Kedua jenis gas ini dikenal dengan SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Perbandingan antara konsentrasi H2SO4 dan SO2 dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah:
Jumlah uap air di udara
Selang waktu dimana kontaminan sulfur terdapat di udara
Jumlah partikel kualitik yang terdapat di udara
Intensitas sinar matahari
Jumlah pengendapan
SO2 jika bereaksi dengan kabut yang berisi uap air akan membentuk asam sulfat. Kedua zat ini berbahaya bagi kehidupan manusia, disamping juga menimbulkan korosi pada logam. Akibat utama dari polutan SOx terhadap manusia adalah terjadinya iritasi pada sistem pernapasan. (Kristanto,O.2002)
Ammonia (NH3)
Gas ammonia dihasilkan pabrik pencelupan, eksplorasi minyak dan pupuk. Gas ini berbahaya bagi pemanfaatan dan baunya sangat merangsang. Pada konsentrasi 25% mudah meledak.