Komunikasi Tradisional

Manfaat dan Bentuk-Bentuk Komunikasi Tradisional

Komunikasi tradisional sangat penting dalam suatu masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerja sama untuk mengimbangi tekanan yang datang dari luar. Komunikasi tradisional mempunyai dimensi sosial, mendorong manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama menantang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan bersama. Komunikasi tradisional terdiri dari beberapa bentuk, antara lain adalah:

  1. Lambang Isyarat

Pada awalnya, orang menggunakan anggota badannya untuk berkomunikasi “bahasa badan” dan bahasa non-verbal. Contohnya dengan gerak muka, tangan, mimik.

  1. Simbol

Simbol-simbol dalam komunikasi tradisional dapat dilihat pada saat pembukaan Olimpiade yang ditunjukkan dengan penyalaan obor.

  1. Gerakan

Gerakan-gerakan dalam semaphore disampaikan dengan menggunakan bendera, yang bertujuan untuk menyampaikan sebuah pesan/informasi.

  1. Bunyi-bunyian

Bentuk komunikasi tradisional dalam hal ini berupa tanda bahaya yang disampaikan dengan sirine atau kentongan.

Media Komunikasi Tradisional

Pengenalan media komunikasi tradisional berdasarkan bentuk medianya terdiri dari berbagai macam. Media komunikasi ini berasal dari bermacam-macam daerah yang memiliki fungsi berbeda dalam penyampaian informasi. Berikut bentuk media komunikasi tradisional:

  1. Kentongan

Kentongan sebagai media komunikasi tradisional masih memegang peranan yang cukup penting terutama di daerah-daerah. Walaupun di masa sekarang ini telah terjadi perkembangan teknologi yang cukup pesat, namun kentongan masih memiliki banyak kegunaan, misalnya di bidang keamanan (sebagai sarana ronda malam) dan bidang informasi (sebagai petunjuk waktu yang dipukul setiap jam dan sarana menginformasikan berbagai peristiwa yang terjadi, seperti kebakaran, bencana alam Indonesia, misalnya masyarakat di Bali menyebutnya dengan Kulkul dan sebagainya. kentongan hampir terdapat di seluruh pelosok kepulauan.

  1. Wayang

Wayang merupakan salah satu media komunikasi yang biasanya digunakan sebagai sarana hiburan dan sarana pendidikan. Sebagai sarana hiburan wayang menyajikan berbagai cerita yang bersifat menghibur. Sebagai sarana pendidikan wayang menyajikan cerita-cerita yang sarat makna dan memberikan berbagai pelajaran bagi masyarakat. Bahkan saat ini sudah banyak dikembangkan berbagai media pembelajaran anak-anak menggunakan media-media tradisional salah satunya dengan wayang. Selain itu wayang juga berfungsi sebagai media sosialisasi pada masyarakat. Wayang digunakan sebagai alat untuk mensosialisasikan berbagai persoalan-persoalan dalam masyarakat agar mudah dimengerti dan dicari jalan keluarnya. Penggunaan wayang sebagai alat komunikasi tradisional dinilai efektif karena mampu menarik perhatian masyarakat. Salah satu contoh nyatanya, tanggal 14 Desember 1977 di Kota Bandung pernah digelar pertunjukan wayang golek yang mengangkat tema Keluarga Berencana. Pertunjukan ini bertujuan untuk mensosialisasikan program Keluarga Berencana kepada masyarakat.

  1. Burung Merpati

Burung merpati merupakan media komunikasi tradisional setelah manusia mengenal tulisan serta kebudayaan berkirim surat, sebelum munculnya jasa pos.

Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Tradisional

Keberadaan komunikasi tradisional yang media-medianya biasa dipertukarkan dengan seni tradisional atau seni pertunjukan, menjadikan bentuk komunikasi ini lebih menarik, sederhana, dan mudah dimengerti oleh komunitas sasarannya. Hal itulah yang membuat media komunikasi tradisional melekat erat dengan kehidupan masyarakat dan berdampak pada perkembangan proses sosial masyarakat seperti memupuk rasa persaudaraan. Kekurangan dari komunikasi tradisional ialah ketidakmampuannya menjangkau ruang dan waktu serta audiens yang lebih luas. Karena keterbatasan itulah komunikasi ini sering dianggap tidak efektif dan kalah bersaing dengan media komunikasi modern yang lebih canggih.

Daftar Pustaka

Pawito, Ph.D . 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta. Puslitbang. 2007. Definisi Perkebunan [online]. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/?p=3507. [19 Maret 2013]. Wiryanto. 2004. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Grasindo. Wiryanto. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. Hidayat, Cecep. 2009. Peluang Penggunaan Kulit Singkong Sebagai Pakan Unggas. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterner. 655-665. Simanjuntak, Dahlia. 2006. Pemanfaatan Komoditas Non Beras Dalam Diversifikasi Pangan Sumber Kalori. Jurnal Penelitian. 4(1) :45-54. Widjaja, H. A. W. 2000. Ilmu komunikasi pengantar studi.  Jakarta: Rineka Cipta. Cangara, H. Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Anin. 2011. Mengenal Karakter Umbi. [Serial Online] http://id.shvoong.com/exact-sciences/1806341-mengenal-karakter-umbi/. [26 Maret 2013]. Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mardikanto, Totok.2010. Komunikasi Pembangunan. Surakarta : UNS Press. Peterson, Jay W Jensen dan William L. Rivers. 2009. Media Massa Masyarakat Modern. Jakarta : Prenada Media. Putri, Windi Rosnia, Cristie Deborah R, dan Anita. 2012. Komunikasi Tradisional. [Serial Online] http://windyrosnia23.blog.esaunggul. ac.id/2012/07/07/komunikasi-tradisional/. [27 Maret 2013].