KOMPAKSI PADA TANAH PERTANIAN

A. Terjadinya Kompaksi Pada Tanah Pertanian.
Bila diberi tekanan, tanah cenderung menjadi memadat, yang berarti bahwa tanah akan menjadi naik kerapatannya, secara hipotesis kita dapat membayangkan beberapa mekanisme terjadinya penekanan tanah atau perapatan tanah. Salah satu mekanisme yang tampaknya tidak mungkin adalah partikel tanah itu sendiri dapat ditekan atau dapat ditumburkan satu sama lain. Kita dapat mengabaikan kemungkinan ini daya tekan komponen fase padatan (mineral tanah) adalah terlalu rendah untuk dapat ditekan, dan kekuatan fase padatan terlalu besar untuk dapat dihancurkan pada kisaran tekanan yang biasa terdapat atau digunakan pada praktek pertanian dan teknik.

Besarnya tekanan yang diberikan pada permukaan tanah oleh kendaraan beroda atau berantai tergantung pada berbagai sifat daerah permukaan tanah dan roda rantai tersebut. Bagaimana tekanan itu terdistribusi di dalam tanah, dan deformasi yang disebabkan oleh tekanan, sebaliknya tergantung pada pola tekanan permukaan dan pada sifat mekanis atau rheologis tanah pada kedalaman tertentu.

Tekanan diteruskan ke tanah tidak saja oleh kendaraan yang berjalan di atas permukaan tanah, tetapi juga oleh alat pengolahan tanah yang bekerja di bawah permukaan tanah. Saat alat dengan berbagai macam rancangan di masukkan ke dalam dan melaewati tanah, berbagai pengaru yang berbeda bias terjadi secara serentak saat tanah dipotong, ditekan, di geser, diangkat, dipindahkan, serta dicampur. Pada kenyataanya beberapa bagian tanah didorong ke depan oleh alat yang bergerak delawan tahanan statis badan tanah, sehingga tanah terpadatkan. Ruangan dalam tanah tidak lagi mengizinkan adanya distribusi tekanan lebih besar yang disebabkan oleh berbagai tipe alat dan peralatan (seperti bajak singkal, subsoiler, bulldozer, cultivator, rototiller, dan seterusnya).

B. Akibat Kompaksi Pada Tanah
Yang terutama merusak adalah praktik pengolahan tanah pada tanah liat dengan peralatan berat saat tanah dalam kondisi basah dan kekuatan tanah rendah. Bila tanah sangat padat dan kokoh, pertumbuhan akar secara keseluruhan hanya terpusat pada retakan dan bidang belahan. Dalam mencari retakan semacam ini, akar tumbuhan tidak sebagai pelaku pasif, karena akar melakukan penyusutan total melalui ekstraksi lengas dari daerah yang memilki daya penetrasi besar.

C. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengendalikan Kompaksi Tanah Pertanian
pendekatan paling jelas terhadap pencegahan pemadatan tanah adalah mencegah semua hal kecuali yang benar-benar berkaitan dengan operasi yang mengakibatkan tekanan. Hal ini memerlukan pengurangan jumlah operasi pada pengolahan tanah primer dan sekunder (pembajakan dan penggaruan), dengan menggunakan peraltan paling efisien pada saat tepat sehingga diperoleh konsdisi tanah yang paling diinginkan dalam satu lintasan saja, bukan dalam beberapa ulangan lintasan. Telah lama diketahui bahwa manipulasi tanah secara berlebihan dari kebutuhan untuk mempersiapkan tempat tumbuh tanaman dan pengendalian gulma, akan menyebabkan kehilangan hasil dan kerusakan struktur tanah .
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh para perancang alat untuk mendistribusikan beban lebih merata di atas permukaan lintasan, bukan mengkonsentrasikan beban di bawah roda belakang dan menyediakan tenaga tersendiri untuk peralatan (lewat PTO-power take off maupun mesin terpisah) seperti yang terdapat pada rotarytiller.

            Akhir-akhir ini, perhatian yang meningkat terhadap bahaya bahaya erosi menghsilkan pengembangan suatu system pengelolaan lahan baru yang bersifat radikal. System ini biasa disebut dengan beberapa istilah seperti tanpa pengolahan lahan, pengolahan tanah minimum, atau pengolahan tanah konservasi. System baru semacam ini akan mengurangi jumlah operasi, mencegah pembalikan lapisan tanah atas yang yak perlu, dan umumnya meninggalkan residu tanaman sebagai mulsa pelindung di atas permukaan tanah. Karena lalu lintas secara acak di atas lahan oleh mesin mesin besar merupakan penyebab utama pemadatan tanah system budi daya dianjurkan terpusat pada lalu lintas kendaraan pada daerah jalan permanent yang sempit, dan mengurangi bagian areal yang ditimpa oleh roda menjadi lebih kecil dari 10% dari areal permukaan lahan jika memungkinkan.