Kerusakan Yang Disebabkan Oleh Serangan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar didunia baik ditinjau dari besar dan luas daerah nusantara maupun ditinjau dari banyaknya penduduk yang berada di daerah nusantara. Disamping itu dari begitu luas daerah nusantara sebagian besar dari daerah Indonesia ini merupakan lautan dan lahan pertanian. Dengan  begitu luasnya lahan pertanian di tanah air merupakan suatu hal yang sangat di syukuri oleh berbagai macam elemen masyarakat pertanian.

Tetapi di lain aspek dengan banyaknya lahan pertanian pastinya juga banyak hasil pertanian yang akan dihasilkan oleh sektor pertanian kita. Dalam hal ini pasti menuntut semua sektor pertanian untuk bisa mengembangkan diri agar bisa mengatasi problematika dalam bidang pertanian. Salah satu problematika tersebut adalah bagaimana proses atau perlakuan pasca panen terhadap hasil-hasil tanaman pangan dan tanaman perkebunan.

Sebut saja saja salah satu permasahan yang dihadapi adalah pada saat proses penggudangan. Pada saat proses penggudanagan beras dan jagung berbagai macam masalah yang perlu di tindak lanjuti. Pada proses penggudangan beras di ware house hama gudang dan susut merupakan kendala utama saat ini. Untuk itulah dalam hal ini perlu perlakuan khusus dan perhatian dari berbagai pihak agar masalah di ware house bisa teratasi dan di bahan pangan juga dapat di simpan dalam waku yang lebih lama tanpa ada kerusakan dan gangguan hama ware house.

1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengenal kerusakan yang disebabkan oleh serangan serangga hama gudang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perlakuan pra-simpan meliputi tindakan sejak panen dan sampai pada saat akan di simpan. Perlakuan ini bermaksud untuk mencegah dan mengurangi kerusakan pada bahan sebelum bahan tersebut di simpan. Pemanenan, perontokan, pembersihan dan pengeringan dan pengangkutan yang tidak tepat dapat menyebabkan bahan menjadi mudah rusak.pengotoran, kerusakan dan kondisi bahan ynag kurang tepat sebelum disimpan merupakan awal dari kerusakan pada bahan yang akan di gudangkan selama penyimpanan.
            Beras merupakan suatu komoditi pertanian yang di hasilkan dari gabah.pada umumnya beras bukan hanya saja menjadi makanan khas orang indonesia (bahan baku) tetapi juga menjadi sumber pangan masyarakat  Asia bahkan Dunia. Permasalahan beras sekarang menjadi perbincangan hangat pada saat hari pangan sedunia. Ada beberapa macam klasifikasi standar mutu beras berdasarkan mutu dan hama yang di timbulkan saat penyimpanan di gudang. Klasifikasi tersebut antara lain;
  1. Bebas hama dan penyakit.
  2. Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
  3. Bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan beras dapat mengapur dan timbul bakteri gudang
  4. Beras tidak boleh panas pada saat di simpan ataupun pada saat di karungkan.
Dalam melakukan penyimpanan terlebih dahulu kita harus memperhatikan perlakuan pra simpan. Hal ini di maksudkan agar selama masa simpan berlangsung material yang di simpan aman dari mikroba dan bakteri serta hama perusak yang lainnya. Salah satu yang harus betul-betul di perhatikan adalah proses pengeringan pada saat masih berbentuk gabah. Pada proses pengeringan ini gabah yang akan di jadikan beras harus di keringkan sampai pada kadar air tertentu (kadar airnya tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu sedikit). Kadar air yang terlalu tinggi di samping akan menyebabkan gabah yang di hasilkan kurang bagus, juga menyebabkan gabah yang akan di simpan berbau asam dan mudah di serang oleh mikroba-mikroba gudang. Begitu juga bila beras yang di simpan terlalu sedikit airnya akan menyebabkan beras tersebut mudah lapuk atau mudah mengapur.
Lamanya penyimpanan dalam karung yang tertutup dan lapisan karung yang terlalu tebal akan mernyebabkan beras menjadi kehilangan mutu yang sesungguhnya. Data statistik pada Dinas Pertanian NAD menunjukkan bahwa beras bantuan Jepang yang di salurkan ke rakyat miskin  (RASKIN)  telah mengalami kondisi yang kurang sempurna. Hal ini bisa ditandai dengan adanya hama dan kutu pada beras tersebut. Di samping itu juga lebih di sebab karena waktu yang terlalu lama hingga beras menjadi lapuk. Namun beras tersebut masih layak untuk di konsumsi karena dalam karung beras tersebut di beri semacam zat pengawet yang berbentuk kristal. Namun demikian beras tetap saja berkurang mutunya bila di simpan dalam limit waktu yang terlalu lama.
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
1.1  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
  • Kaca pembesar
  • Kertas putih
  • Timbangan
  • Kacang hijau
Bahan atau sampel yang kita gunakan pada praktikum di lab. Pasca penen ini adalah sebagai berikut:
  • Beras
  • Jagung
1.2  Cara Kerja
1.      Timbang bahan masing-masing sebanyak 50 gr.
2.      Lakukan sortasi memisahkan antara bahan yang masih utuh dan yang telah rusak.
3.      Catat bentuk kerusakan yang terjadi.
4.      Gambarkan bentuk kerusakan yang terjadi.
5.      Lakukan analisis dan berikan kesimpulan.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa data
            Dari hasil praktikum di laboratorium Pasca Panen Universitas Syiah Kuala terdapat data sebagai berikut :
4.2 Pembahasan
Beras merupakan komoditi utama dalam hal pemenuhan gizi baik di indonesia maupun di dunia. Oleh sebab itulah proses penghasilan beras yang di mulai sejak dari penanaman gabah sampai panen dan selanjutnya di jadikan beras harus betul-betul di perhatikan. Karena di bagian negara maju pada umumnya meraka tidak banyak bergerak di bidang pertanian tetapi lebih cenderung ke sektor industri, namun demikian bahan baku yang di gunakan pada industri pangan harus di impor dari negara berkembang. Proses pengimporan beras tentu saja dengan menggunakan proses penggudangan dan pengarungan beras.
            Dalam proses penggudangan ada banyak faktor yang harus di perhatikan, mulai dari prilaku pra simpan sampai pada proses pengudangan itu sendiri (baik pengarungan maupun hal yang lainnya). Dari hasil uji pada praktikum kemarin terlihat dengan nyata bahwa beras yang menjadi sampel adalah jenis beras yang di konsumsi oleh para masyarakat. Pada beras itu terdapat banyak beras yang rusak baik rusak karena prilaku pra panen maupun karena pengangkutan. Beras tersebut akan merusak lagi pada saat di simpan dalam gudang baik karena hama gudang maupun karena hama tikus. Untuk itu prilaku pra simpan dan proses penggudangan itu sendiri merupakan faktor yang harus di perhatikan  dalam penyimpanan beras maupun bahan pertanian yang lainnya. Agar beras itu dapat di simpan dalam waktu yang lama dan tanpa mengurangi mutu dari gabah itu sendiri.
BAB V
KISIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
  • Proses penggudangan bukan hanya saja memperhatikan proses ketika bahan pangan akan di simpan, tetapi juga di perhatikan sejak perlakuan pra simpan seperti pemanenan dan pengangkutan
  • Pada masa gabah masih diladang atau di sawah jenis pupuk juga akan menentukan kualitas simpan yang lebih rendah
  • Beras yang sekarang yang di konsumsi oleh para masyarakat yang di pasarkan di pasaran merupakan beras yang mutunya kurang bagus dimana dalam beras tersebut masih banyak terdapat beras yang rusak dan terkontaminasi oleh kotoran-kotoran dan bekas gigitan serangga dan mikroba gudang
  • Dalam penggudangan bahan-bahan hasil pertanian, kadar air dari pada bahan itu sendiri harus sangat di perhatikan karena kalau tidak bahan tersebut akan mudah di serang mikroba gudang ataupun cepat rusak dan mudah susut.
5.2 Saran
            Pada praktikum kali ini praktikan merasa sangat kecewa, di samping karena praktikum yang berkesan hanya main-main dan banyak para praktikan yang melakukan praktikum banyak yang santai  ataupun tidak tahu harus melakukan apa. Dan praktikan juga berharap dimana setelah melakukan praktikum  terasa mamfaatnya dan kalau bisa para asisten memberikan keterangan mengenai proses atau dampak dari bahan yang akan kita praktikumkan.

DAFTAR PUSTAKA

 

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Dinas Pertanian Propinsi NAD. 2002. Petunjuk Perlakuan pengudangan. Dinas pertanian NAD, Banda Aceh

 

Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Beras. Penerbit Swadaya. Jakarta.