Kandungan Tanaman Kunyit

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kimia Analisis Organik . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Kimia Analisis Organik.
Dalam penyusunannya kami menggunakan data dari berbagai sumber media elektronik yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber. Makalah ini menjelaskan secara terperinci mengenai tumbuhan kunyit yang terdiri dari daun kunyit hingga sedikit mengenai rimpang kunyit itu sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca sekalian.

Bogor, Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………… i
Daftar Isi …………………………………………………………………. ii
Latar Belakang ………………………………………………………………….. iii
Tujuan ……………………………………………………………… iii
Morfologi Tanaman Kunyit ……………………………………………………. 1
Taksonomi Tanaman Kunyit ……………………………………………………. 1
Kandungan Tanaman Kunyit ……………………………………………………. 2
Manfaat Tanaman Kunyit ……………………………………………………. 3
Ekstraksi dengan Metode Maserasi …………………………………………… 7
Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit ………………………………….. 8
Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit ………………… 9
Uji Aktivitas Ektrak daun kunyit Terhadap Jamur A. flavus dan F. moniliforme ……….10
Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Daun Kunyit Terhadap Jamur A. flavus dan F. Moniliforme 11
Penetapan Kadar Minyak Atsiri ………………………………………….. 11
Isolasi Minyak Atsiri ……………………………………………………………. ……… 12
Daftar Pustaka

1. Latar Belakang
Kunyit merupakan salah satu tanaman yang banyak tmbuh di Indonesia. Ternyata tanaman ini yang sering digunakan sebagai bahan penyedap pada masakan masakan tradisional khas Indonesia juga memiliki banyak kandungan lain yag ssangat bermanfaat bagi tubuh. Oleh karena itu dari segi rimpang kunyit dan daunyit itu sendiri telah banyak orang yang telah melakukan penelitian tentang kandungannya dan berbagai teknik metode yang digunakan. Dalam upaya untuk memberikan nilai tambah dari tanaman ini salah satunya dengan dilakukan penelitian terhadap kandungan kimia serta khasiatnya. Penelitian berupa pengujian fitokimia dan uji aktivitas biologisnya perlu dilakukan. Menurut berbagai macam penelitian, flavonoid yang terdapat dalam makanan yang terkandung dalam komponen biologi memiliki banyak jenis, yang berfungsi sebagai antioksidan, antimikrobia, kemungkinan antikarsinogenik dan efek perlindungan terhadap jantung.

2. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah
a. Mengetahui berbagai kandungan senyawa aktif daun kunyit (Curcuma longa Linn)
b. Mengetahui metode dan hasil uji aktivitas biologis bahan kimia dalam daun kunyit (Curcuma longa Linn)
c. Mengetahui manfaat daun kunyit (Curcuma longa Linn).
d. Mengetahui teknik maserasi,isolasi dan analisis senyawa aktif pada daun kunyit dengan menggunakan spektrum NMR dan GC-MS.

DAUN KUNYIT
Kunyit yang memunyai nama latin Curcuma domestica Val. merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dengan stek rimpang dengan ukuran 20-25 gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga. (Sumiati , 2004.)
1. Morfologi Tanaman Kunyit
 Habitus: Semak, tinggi ± 70 cm.
 Batang: Semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, hijau kekuningan.
 Daun: Tunggal, lanset memanjang, helai daun 3-8, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm, pertulangan menyirip, hijau pucat.
 Bunga: Majemuk, berambut, bersisik, tangkai panjang 16-40 cm, mahkota panjang ± 3 cm, lebar ± 1,5 cm, kuning, kelopak silindris, bercangap tiga, tipis, ungu, pangkal daun pelindung pulih, ungu.
 Akar: Serabut, coklat muda (Depkes RI, 2002).
2. Taksonomi Tanaman Kunyit
 Kerajaan : plantae
 Divisi : Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Monocotyledonae
 Bangsa : Zingiberales
 Suku : Zingiberaceae
 Marga : Curcuma
 Spesies : Curcuma longa Linn. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)
Sinonim : Curcuma domestica Val.

3. Kandungan Tanaman Kunyit
a. Zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4% yang terdiri dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
Kurkumin
Curcumin (1,7-bis(4′ hidroksi-3 metoksifenil)-1,6 heptadien, 3,5-dion merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. yang memberikan warna kuning yang khas (Jaruga et al., 1998 dan Pan et al., 1999). Curcumin termasuk golongan senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang banyak digunakan sebagai penguat rasa pada industri makanan (Pan et al., 1999). Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung 3-5% Curcumin dan dua senyawa derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid (Tonessen dan Karlsen, 1995). Curcumin tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO). Degradasi Curcumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi netral-basa (Aggarwal et al., 2003).
Curcumin dapat mengganggu siklus sel kanker paru A549 dan menekan pertumbuhan sel. Efek penekanan tergantung pada konsentrasi. Efek tidak hanya bergantung dari sitotoksik nonspesifik, tetapi juga dari induksi apoptosis (Zhang, et al., 2004).

Struktur kimia kurkumin [1,7-bis-(4′-hidroksi-3′-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion]

b. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpendan sesquiterpen ( zingiberen, alfa dan beta-turmerone dan turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen.
c. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar
d. Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt, aluminium dan bismuth (Sudarsono et.al, 1996).

4. Manfaat Tanaman Kunyit
Rimpang Kunyit
Bagian yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang; untuk, antikoagulan, antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik. Kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai antihepatotoksik (Kiso et al., 1983) enthelmintik, antiedemik, analgesic. Selain itu kurkumin juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dan antioksidan (Masuda et al., 1993). Menurut Supriadi, kurkumin juga berkhasiat mematikan kuman dan menghilangkan rasa kembung karena dinding empedu dirangsang lebih giat untuk mengeluarkan cairan pemecah lemak. Minyak atsiri pada kunyit dapat bermanfaat untuk mengurangi gerakan usus yang kuat sehingga mampu mengobati diare. Selain itu, juga bisa digunakan untuk meredakan batuk dan antikejang.
Berikut adalah manfaat rimpang kunyit secara lebih merinci:
a. Anti Inflamasi (peradangan)
Kandungan minyak volatile dalam kunyit telah menunjukkan aktivitas anti-inflamasi yang signifikan dalam berbagai model eksperimental dan penelitian. Bahkan lebih kuat dari minyak atsiri, hal ini dikarenakan pigmen kuning atau oranye dari kunyit yang disebut curcumin. Curcumin dianggap agen farmakologis utama dalam kunyit. Dalam banyak penelitian, efek anti-inflamasi curcumin ini telah terbukti sebanding obat hydrocortisone dan fenilbutazon sebagai zat anti-inflamasi seperti Motrin. Berbeda dengan obat-obatan, yang berhubungan dengan efek toksik yang signifikan (pembentukan ulkus, penurunan jumlah sel darah putih, pendarahan usus), curcumin tidak menghasilkan toksisitas.
b. Rheumatoid Arthritis (peradangan sendi kronis)
Studi klinis telah membuktikan bahwa kurkumin dalam kunyit juga diberikannya efek antioksidan yang sangat kuat. Sebagai antioksidan, kurkumin mampu menetralisir radikal bebas, bahan kimia yang dapat dalam tubuh dan menyebabkan berbagai kerusakan pada sel-sel sehat dan membran sel. Hal ini penting dalam banyak penyakit, salah satunya adalah radang sendi, di mana radikal bebas merupakan penyebab peradangan sendi yang menyakitkan dan kerusakan pada sendi.
Kandungan kunyit yang dapat memberikan efek antioksidan dan anti-inflamasi menjelaskan mengapa banyak orang dengan penyakit sendi terasa sangat lega ketika mengkonsumsi herbal ini. Dalam sebuah penelitian terbaru tentang pasien dengan rheumatoid arthritis (peradangan sendi kronis), kurkumin dibandingkan dengan fenilbutazon akan menghasilkan perbaikan yang sebanding dalam durasi singkat seperti kaku pada pagi hari dan mengurangi pembengkakan sendi.
c. Pencegahan Kanker
Kandungan antioksidan kurkumin ini memungkinkan untuk melindungi sel-sel usus besar dari radikal bebas yang dapat merusak DNA. Proses ini sangat bermanfaat khususnya bagi usus besar yang mana pergantian sel cukup pesat, yang terjadi kira-kira setiap tiga hari. Karena replikasi sel ini sering terjadi, mutasi DNA pada sel usus dapat menyebabkan pembentukan sel-sel kanker jauh lebih cepat. Curcumin juga membantu tubuh untuk menghancurkan sel-sel kanker, sehingga mereka tidak dapat menyebar ke seluruh tubuh yang dapat membuat kerusakan yang lebih parah.Cara utama kurkumin melakukannya adalah dengan meningkatkan fungsi hati.
Mekanisme lain yang dilakukan oleh curcumin (zat pembentuk kuning/orange pada kunyit) yang dapat melindungi dari perkembangan kanker adalah dengan menghambat sintesis protein dianggap berperan dalam pembentukan tumor dan mencegah perkembangan suplai darah tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan sel kanker. Kunyit lebih ampuh dari pada manfaat daun serai dan mungkin sama baiknya dengan manfaat daun sirsak dalam membasmi kanker. Kanker apa saja yang ampuh di cegah melalui kunyit yaitu: Kanker hati,Kanker usus besar,Kanker darah,Kanker prostat.
d. Meningkatkan Antioksidan
Kandungan curcumin merupakan salah satu antioksidan kuat yang dapat menetralkan radikal bebas karena struktur kimianya yagn dimilikinya. Selain itu kurkumin juga meningkatkan aktivitas enzim antioksidan di dalam tubuh sendiri. Dengan cara ini, curcumin memberikan perlawanan / membunuh radikal bebas.
e. Meningkatkan Fungsi Hati
Penelitian yang dilakukan dengan objek studi tikus yang dilakukan untuk mengevaluasi efek kunyit pada kemampuan hati untuk mendetoksifikasi xenobiotik (beracun) bahan kimia, kadar dua enzim detoksifikasi hati sangat penting (UDP glucuronyl transferase dan glutathione-S-transferase) secara signifikan meningkat pada tikus yang diberi makan kunyit dibandingkan dengan yang tidak. Para peneliti berkomentar, “Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunyit dapat meningkatkan sistem detoksifikasi selain sifat anti-oksidan”
f. Mengurangi Resiko Leukimia
Penelitian yang dipresentasikan pada konferensi mengenai leukimia yang diselenggarakan di London, memberikan bukti bahwa mengonsumsi makanan dibumbui dengan kunyit bisa mengurangi risiko terkena leukimia. Menurut Prof. Moolky Nagabhushan dari Loyola University Medical Centre, Chicago, IL yang hampir 20 tahun melakukan studi ini. Dalam studinya ia mengatakan bahwa curcumin dalam kunyit dapat :
 Menghambat mutagenisitas hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) (bahan kimia karsinogenik yang diciptakan oleh pembakaran bahan bakar berbasis karbon termasuk asap rokok)
 Menghambat radiasi kerusakan kromosom
 Mencegah pembentukan amina heterosiklik berbahaya dan senyawa nitroso, yang terdapat pada makanan olahan tertentu, seperti produk daging olahan yang mengandung nitrosamin.
 Menghambat perbanyakan sel leukemia dalam kultur sel
g. Perlindungan kardiovaskular (Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah).
Curcumin mungkin dapat mencegah oksidasi kolesterol dalam tubuh. Karena kolesterol teroksidasi dapat merusak pembuluh darah dan menumpuk di plak yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke, mencegah oksidasi kolesterol baru dapat membantu mengurangi perkembangan aterosklerosis dan penyakit jantung.
Kunyit merupakan sumber vitamin B6 yang diperlukan untuk menjaga tingkat homocysteine agar tidak terlalu tinggi. Asupan B6 merupakan salah satu asupan tinggi vitamin B6 dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Indian Journal of Physiology and Farmakologi, ketika 10 relawan yang sehat mengkosumsi 500 mg kurkumin per hari selama 7 hari, tidak hanya melakukan menurunkan tingka oksidasi darah sehingga menurunkan kolesterol sebesar 33%, tetapi total kolesterol mereka turun 11.63%, dan HDL mereka (kolesterol baik) meningkat sebesar 29%! (Soni KB, Kuttan R).
h. Mencegah Alzaimer
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kurkumin, konstituen biologis aktif dalam kunyit, dapat mencegah penyakit Alzheimer dengan mengaktifkan gen yang mengkode produksi protein antioksidan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal Biokimia Italia (Desember 2003) membahas peran kurkumin dalam induksi dari jalur oxygenase heme, sistem pelindung, bila dipicu dalam jaringan otak, menyebabkan produksi bilirubin antioksidan menjadi lebih kuat, yang melindungi otak melawan oksidatif (radikal bebas) dan cidera.
Oksidasi tersebut diduga menjadi faktor utama dalam penuaan dan menyebabkan gangguan neurodegenerative termasuk demensia seperti penyakit Alzheimer. Penelitian lain yang dilakukan bersama oleh tim Italia dan Amerika Serikat dan dipresentasikan pada konferensi tahunan American Physiological Society tahun 2004 di Washington, DC, menegaskan bahwa kurkumin berperan penting menginduksi gen, yang disebut hemeoxygenase-1 (HO-1) di astrosit dari wilayah hippocampus otak.
i. Mencegah Depresi
Depresi juga berkaitan dengan menurunnya fungsi neurotropik yang diturunkan dari otak dan menyusutnya hippocampus, area otak yang berperan dalam belajar dan memori. karena kandungan kunyit memiliki fungsi untuk membantu proses neurotropik ini membuatnya dapat memberikan efek anti depresi.

Daun kunyit (Curcuma domestiva val) diduga memiliki aktivitas antioksidan yang kuat seperti halnya rimpang kunyit yang mampu menangkal efek negatif dari radikal bebas. Hal ini diketahui dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol.

5. Ekstraksi dengan Metode Maserasi
Daun kunyit yang segar dikeringanginkan. Sampel diblender kering hingga menjadi simplisia. Simplisia direndam dalam metanol selama 3 hari pada suhu ruangan. Maserat kemudian disaring, filtrat dipisahkan dan ampasnya direndam kembali ke dalam metanol yang baru, maserasi diulangi sebanyak ± 5 kali hingga diperoleh maserat berwarna jernih. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dalam rotary evaporator ( 40oC) atau pada suhu didih (Ginting, 2008), hingga diperoleh ekstrak kental pada masing-masing sampel. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam botol vial dan dikeringkan dalam desikator hingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak metanol yang kering sebanyak 1,4 g tanaman dicampur dengan 2 mL dimethilsulfoxyde (DMSO) sehingga diperoleh larutan induk dengan konsentrasi 70 % lalu dilakukan pengenceran untuk mendapatkan ekstrak 60, 50, 40, 30, 15, 10 dan 5 %. Ekstrak yang diperoleh disimpan dalam botol vial pada suhu refrigerator.

6. Uji Skrining Fitokimia Ekstrak daun kunyit
Uji srining fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid dengan menggunakan metode Harboune (1987), yaitu:

A. Uji Flavonoid
Daun kunyit yang telah dikeringkan, dihaluskan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi metanol. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi 1 ditetesi FeCl3, tabung reaksi 2 ditetesi MgHCl, tabung reaksi 3 ditetesi H2SO4 (p), tabung reaksi 4 ditetesi NaOH 10%. Diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung dan dicatat hasilnya, pada tabung 1 menghasilkan larutan berwarna hitam, tabung 2 menghasilkan larutan berwarna biru violet, tabung 3 menghasilkan larutan berwarna merah jambu, dan tabung 4 menghasilkan larutan berwarna orange kekuningan.

B. Uji Alkaloid
Daun kunyit yang telah dikeringkan, dihaluskan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi metanol. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi 1 ditetesi Meyer, tabung reaksi 2 ditetesi Wagner, tabung reaksi 3 ditetesi Bouchard, tabung reaksi 4 ditetesi Dragendorf. Diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung dan dicatat hasilnya, pada tabung 1 menghasilkan endapan berwarna putih, tabung 2 menghasilkan endapan berwarna coklat tua, tabung 3 menghasilkan endapan berwarna coklat muda dan tabung 4 menghasilkan endapan berwarna merah bata.

C. Uji Steroid
Daun kunyit yang telah dikeringkan, dihaluskan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi N-heksan. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi 1 ditetesi CeSO4 1%, tabung reaksi 2 ditetesi Salkwosky, tabung reaksi 3 ditetesi Libermen-Bouchard. Diamati perubahan warna yang terbentuk pada masing-masing tabung dan dicatat hasilnya, pada tabung 1 menghasilkan larutan berwarna coklat, tabung 2 menghasilkan larutan berwarna merah, tabung menghasilkan larutan berwarna hijau kebiruan.

D. Uji Terpenoid
Daun kunyit yang telah dikeringkan, dihaluskan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi kloroform. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan kedalam 3 buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi 1 ditetesi CeSO4 1%, tabung reaksi 2 ditetesi Salkowasky, tabung reaksi 3 ditetesi Libermen-Bouchard. Diamati perubahan warna yang terbentuk pada masing-masing tabung dan dicatat hasilnya, pada tabung 1 menghasilkan larutan berwarna coklat, tabung 2 menghasilkan larutan berwarna merah, tabung 3 menghasilkan larutan berwarna hijau kebiruan.

7. Hasil uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit
Hasil uji skrining fitokimia kandungan metabolit sekunder ekstrak dan daun kunyit dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
Jenis Metabolit Sekunder Pereaksi Daun Kunyit
Alkaloida Meyer –
Wagner –
Bouchard –
Dragendorf –
Flavonoida FeCl 1% +
NaOH 10% –
MgHCl –
H2SO4 –
Steroida CeSO4 1% dalam H2SO4 10% +
Salkowsky +
Liebermen-Bouchard –
Terpenoida CeSO4 1% dalam H2SO4 10% +
Salkowsky +
Liebermen-Bouchard –

Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kunyit mengandung senyawa steroid, terpenoid dan flavonoid dalam jumlah yang berbeda-beda. Pengujian senyawa steroid dan terpenoid dengan menggunakan pereaksi CeSO4 1% dalam H2SO4 10%, Salkowsky dan Liebermen-Bouchard ditandai dengan perubahan warna pada masing-masing pereaksi sehingga menunjukkan hasil positif sedangkan senyawa flavonoid dengan menggunakan pereaksi FeCl3 1% menunjukkan hasil positif. Adanya hasil positif dan negatif pada setiap pereaksi ditandai dengan kepekaan/kesensitifan setiap pereaksi yang menunjukkan ada atau tidaknya steroid maupun terpenoid dan disebabkan karena kandungan senyawa metabolit sekunder dalam tanaman bervariasi.
Menurut Harboune (1987), terpenoid bersifat larut dalam lemak, salah satu golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba adalah triterpenoid. Sedangkan steroid adalah golongan lemak dan merupakan bagian dari triterpenoid. Ekstrak kunyit dan bawang putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Salmonella typhimurium karena adanya senyawa-senyawa metabolit berupa alkaloid, flavonoid, sterol/triterpenoid, minyak atsiri, dan tanin (Sunanti, 2007).

8. Uji Aktivitas Ektrak daun kunyit Terhadap Jamur A. flavus dan F. moniliforme
Untuk uji ekstrak metanol daun kunyit, digunakan kertas cakram kosong (Oxoid, Inggris) dengan diameter 6 mm dimasukkan ke dalam cawan Petri kosong steril. Larutan ekstrak metanol yang telah diencerkan dalam DMSO dengan konsentrasi 0 sebagai kontrol, 5, 10, 15, 30, 40, 50, 60 dan 70 %. Masing-masing dipipet sebanyak 10 μL dan diteteskan pada permukaan cakram, ditunggu hingga larutan berdifusi. Dituangkan sebanyak 10 mL media potato dextrose agar (PDA) ke dalam cawan Petri steril dan dibiarkan memadat. Dicelupkan cotton bud steril pada suspensi konidia dan diusapkan pada permukaan media secara merata, kemudian dibiarkan sampai mengering selama beberapa menit. Cakram yang telah ditetesi dengan konsentrasi yang berbeda diletakkan secara teratur pada permukaan media uji. Untuk pembanding digunakan 2 mL DMSO dan 100.

9. Hasil Uji Aktivitas Ektrak Daun Kunyit Terhadap Jamur A. flavus dan F. Moniliforme

Hasil uji antifungi ekstrak metanol daun kunyit menunjukkan bahwa diameter zona hambat berbeda-beda pada masing-masing konsentrasi selama 3 hari. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kunyit mampu menghambat pertumbuhan kedua jamur tersebut, yaitu A. flavus dan F. Moniliform. Menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kunyit pada konsentrasi 0 % tidak dapat menghambat jamur A. flavus Sedangkan konsentrasi tertinggi 70 % pada hari ke-2 memiliki daya hambat 4,87 mm dan konsentrasi terendah yang mampu menghambat adalah 5 % pada hari ke-2 (0,82 mm). Pada hari ke-3 pertumbuhan jamur semakin menurun, hal ini disebabkan karena ekstrak metanol daun kunyit mengalami penguapan sehingga metabolit sekunder yang terdapat pada daun kunyit tidak mampu membunuh jamur, tetapi hanya bersifat fungistatik. Pengaruh ekstrak metanol daun kunyit terhadap F. moniliforme memiliki daya hambat tertinggi pada konsentrasi 70 % (5,75 mm) dan daya hambat terendah adalah 40 % (1,68 mm) sedangkan pada hari ke-3 mengalami penurunan. Lebar zona hambat pertumbuhan ekstrak daun kunyit semakin lama semakin mengalami penurunan, hal ini menunjukkan efektifitas zat fungistatik yang dimiliki daun kunyit juga semakin menurun, bahkan hilang sama sekali.

10. Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan alat Stahl.Sebanyak 10 g simplisia rimpang kunyit dimasukkan kedalam labu alas bulat berleher pendek, tambahkan air suling sebanyak 300 ml, letakkan labu dalam pemanas listrik. Hubungkan labu dengan pendingin dan alat penampung berskala, isi buret dengan air hingga penuh dan dididihkan isi labu dengan pemanas yang sesuai untuk menjaga agar pendidihan berlangsung lambat tetapi teratur sampai minyak atsiri terdestilasi sempurna dan tidak bertambah lagi dalam alat penampung berskala. Setelah penyulingan selesai tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b (Depkes RI,1979). Percobaan ini dilakukan lagi untuk simplisia daun kunyit dengan berat 20 g.

11. Isolasi Minyak Atsiri
Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan metode penyulingan uap (steam distillation). Sebanyak 150 g sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat berleher panjang 2 L yang telah dirangkai dalam perangkat alat destilasi uap. Destilasi dilakukan selama 5-6 jam. Minyak atsiri yang diperoleh ditampung dalam corong pisah lalu dipisahkan antara minyak dengan air. Kemudian minyak atsiri yang diperoleh ditambahkan Na2SO4 anhidrat, dikocok dan didiamkan selama 1 hari. Minyak atsiri dipipet dan disimpan dalam botol berwarna gelap (Ketaren,1985).
Skema isolasi minyak atsiri dalam daun kunyit

Hasil spektrum massa minyak atsiri dari daun kunyit

Waktu tambat dan konsentrasi komponen minyak atsiri Daun Kunyit hasil analisis GC-MS