Kaitan Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional

Secara nasional, pembangunan yang sedang berjalan dewasa ini dicirikan oleh berbagai tujuan, sebagaimana tersirat di dalam setiap Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tujuan pembangunan nasional tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu;

  1. Aspek pertumbuhan ekonomi
  2. Aspek pemerataan pendapatan masyarakat
  3. Aspek kesempatan kerja serta kelestarian sumber daya potensial.

Sejalan dengan kerangka tujuan pembangunan nasional tersebut di atas, maka upaya pembangunan sumber daya  dapat dipandang sebagai bagian integral dalam pembangunan nasional tersebut. Selain itu, seyogyanya pembangunan nasional juga memperhatikan aspek-aspek tujuan pembangunan nasional itu sendiri (Wibowo, 2000).

  1. Pembangunan pertanian diarahkan antara lain pada;
  2. Peningkatan pendapatan
  3. Kesejahteraan masyarakat
  4. Pemberdayaan
  5. Kapasitas
  6. Kemandirian
  7. Akses masyarakat pertanian

Hal tersebut dilakukan dengan cara;

  1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
  2. Distribusi keanekaragaman hasil pertanian untuk mengembangkan agroindustri dan agribisnis
  3. Pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri
  4. Perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha

Kegiatan pembangunan nasional Indonesia pada umumnya, dan pada khususnya pembangunan pertanian, telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini dapat dicermati dari peran serta pertanian dan sektor non-pertanian, khususnya sektor industri pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, jasa dan perdagangan yang terus meningkat dengan cepat. Dengan meningkatnya sektor industri pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, jasa dan perdagangan, diharapkan mampu meningkatkan pendapatan untuk menanggulangi kemiskinan, serta meningkatkan penyediaan lapangan pekerjaan (Solahudin, 1998).

Menurut Wibowo (2000), visi pembangunan pertanian kedepan adalah, terwujudnya pertanian yang modern, tangguh dan efisien menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera. Adapun misi dari pembangunan pertanian adalah;

  • Menggerakkan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumber daya pertanian secara optimal dan menerapkan teknologi tepat serta spesifik lokasi dalam rangka membangun pertanian yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan,
  • Memberdayakan masyarakat pertanian menuju masyarakat agribisnis yang mandiri, maju dan sejahtera.

Mewujudkan visi dan misi tersebut sesuai dengan rumusan GBHN 1999-2003, 2 (dua) fokus kebijakan yang ditempuh dalam periode lima tahun kedepan adalah;

  • Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada kemampuan produksi, keragaman sumber daya bahan pangan serta kelembagaan dan budaya lokal.
  • Mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan membangun keunggulan kompetitif produk-produk daerah berdasarkan kompetensi dan keunggulan komparatif sumber daya lahan dan sumber daya manusia daerah bersangkutan.

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pembangunan pertanian adalah melalui pendekatan sistim agribisnis, yang mencakup berbagai sub sektor, mulai dari pra-produksi sampai dengan pemasaran hasil pertanian. Secara konseptual, sistim agribisnis dapat diartikan  sebagai, semua aktivitas atau kegiatan mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sampai dengan pemasaran produk yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri yang terkait. Dengan demikian, sistim agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu ;

  1. Sub sistim pengadaan dan penyaluran sarana produksi
  2. Sub sistim budidaya dan usahatani
  3. Sub sistim pengolahan hasil pertanian atau agroindustri
  4. Sub sistim pemasaran hasil pertanian
  5. Sub sistim prasarana
  6. Sub sistim pembinaan (Wibowo, 2001).

Kedudukan agroindustri dalam sistim agribisnis adalah salah satu sub sistim yang bersama-sama sub sistim lain membentuk sistim agribisnis. Dengan demikian pembicaraan mengenai pembangunan agroindustri tidak bisa dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan. Pengembangan agroindustri akan dapat meningkatkan permintaan hasil pertanian, sehingga dapat meningkatkan produksi, harga hasil pertanian, dan pendapatan petani  (Masyuri, 2000).

Agroindustri dapat diartikan dalam 2 (dua) hal penting, yaitu;

  • Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Agroindustri dalam konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang berbahan baku utamanya adalah produk pertanian. Menurut FAO (Hicks, 1996), suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan disebut dengan “agroindustri”.
  • Agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan yang merupakan kelanjutan pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri (Soekartawi, 2000).

Agroindustri sebagai penggerak pembangunan pertanian, diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan pembangunan nasional. Peranan tersebut disebabkan oleh karena kegiatan agroindustri mempunyai manfaat ekonomi, khususnya industri pengolahan produk pertanian yang berlokasi di pedesaan dengan berdasar pada sumber daya yang ada, yaitu ;

  1. Meningkatkan kerja di pedesaan
  2. Meningkatkan nilai tambah
  3. Meningkatkan pendapatan petani
  4. Meningkatkan mutu dari hasil produksi pertanian yang pada gilirannya nanti dapat memenuhi syarat untuk memasuki pasar luar negeri.

Hal terpenting dari kegiatan agroindustri adalah terjalinnya kaitan antara sektor perekonomian yang meliputi sektor pertanian, sektor perdagangan dan transportasi serta sektor lain yang mendukung (Soeharjo, 1996).

Agroindustri mempunyai prospek yang cerah dalam sistim agribisnis,  mengingat sangat erat kaitannya dengan sumberdaya alam (pertanian), sumberdaya manusia yang tersedia, dan peluang pasar yang besar baik dalam negeri maupun ekspor. Permintaan pasar akan program agroindustri diperkirakan akan terus meningkat secara mantap. Harapan dilakukannya pengembangan agroindustri adalah;

  • Peningkatan permintaan terhadap output sektor pertanian. Hal ini merupakan insentif yang kuat untuk petani meningkatkan efisiensi, terutama dalam perbaikan budidaya tanaman melalui teknologi tepat guna. Apabila manfaat ekonomi dari perbaikan tersebut dapat diraih petani berarti pendapatan bersih yang diterimanya akan meningkat. Peningkatan pendapatan ini akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan petani terhadap barang dan jasa industri sehingga pada tahap awal sektor industri akan mendorong pengembangan sektor pertanian dan selanjutnya pengembangan sektor pertanian akan mendorong sektor industri.
  • Adanya peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja. Apabila pengembangan agroindustri tersebut berlangsung di wilayah pedesaan, maka sebagian surplus tenaga kerja sektor pertanian dapat diserap. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat yang digarap oleh sektor industri adalah output sektor pertanian, sehingga perbedaan norma kerja sektor pertanian dengan sektor industri tidak akan terlalu menjadi permasalahan (Priatno, 1991).

Karakteristik agroindustri tidak jauh berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya. Industri pengolahan hasil pertanian beroperasi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Ketersediaan bahan baku, ukuran dan kualias yang merata harus terjamin. Di samping itu, volumenya juga harus disesuaikan dengan kapasitas pabrik dan kemampuan mesin. Produk harus disesuaikan dengan permintaan pasar dan selera konsumen. Lokasi industri dekat dengan sumber bahan baku dan dekat dengan fasilitas air, listrik dan transportasi.

Hambatan utama dalam agroindustri adalah, ketersediaan bahan baku yang tidak sesuai dengan persyaratan produk pertanian yang dihasilkan secara musiman dan sangat bervariasi serta kualitas yang sangat heterogen. Hambatan lainnya adalah adanya limbah agroindustri yang dihasilkan dalam frekuensi besar dan tidak mudah untuk dikendalikan serta dapat mencemari lingkungan. Selain itu teknologi pengembangan produknya masih terbatas dan lambat berkembang. Pemakaian energi untuk agroindustri cukup besar dan biaya investasi yang cukup tinggi.

Wibowo, R. 2000. Pertanian dan Pangan: Bunga Rampai Pemikiran Menuju Ketahanan Pangan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Masyhuri. 2000. Pengembangan Agroindustri Melalui Penelitian dan Pengembangan Produk yang Intensif dan Berkesinambungan. Dalam Agroekonomi Vol. VII. No. 1. Yogyakarta: UGM.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soeharjo, A. 1996. Agroindustri (Bahan Penataran Desa dalam Rangka Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta). Bogor: IPB

Priatno, N. 1991. Agroindustri Peluang Pilihan Bidang Profesi Kewirausahaan Pasca Pendidikan Tinggi Pertanian dan Seminar Kewiraswastaan. Jember: Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia Senat Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jember.