ANALISIS KONSENTRASI MERKURI (Hg) DAN CADMIUM (Cd) DI MUARA SUNGAI PORONG SEBAGAI AREA BUANGAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO

Loader Loading...
EAD Logo Taking too long?

Reload Reload document
| Open Open in new tab

Download [148.69 KB]

ANALISIS KONSENTRASI MERKURI (Hg) DAN CADMIUM (Cd) DI MUARA
SUNGAI PORONG SEBAGAI AREA BUANGAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO
Rachmawatie1
Zainul Hidayah2
Indah Wahyuni Abida2
1Alumni Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
2Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo
Jl.Raya Telang PO.BOX 2 Kamal Bangkalan Madura East Java
E-mai : zain.hidayah99@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan riset ini adalah untuk meneliti konsentrasi Merkuri ( Hg) dan Cadmium ( Cd) di muara Sungai Porong
serta menentukan tingkat pencemaran logam berat di area tersebut. Analisa statistic yang digunakan adalah
ANOVA dan analisis regresi yang digunakan untuk menguji hubungan logam berat yang terdeteksi dengan
parameter penunjang. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Cd telah melewati batasan normal di area
muara. Disamping itu, Merkuri (Hg) tidak terdeteksi. Rata-Rata konsentrasi Cd dari 9 stasiun adalah 0,025 –
0,075 mg/liter. Hasil ANOVA menunjukkan rata-rata konsentrasi Cadmium (Cd) dari seluruh stasiun
pengamatan adalah berbeda nyata (p < 0,05). Selanjutnya, analisis regresi menunjukkan bahwa model regresi
dapat menjelaskan hubungan konsentrasi logam berat Cadmium (Cd) dengan beberapa parameter kualitas air
( R2 < 70%).
Kata Kunci : Cadmium, Merkuri, muara Sungai Porong
ABSTRACT
Objectives of this research were to analyze the concentration of mercury (Hg) and cadmium (Cd) in Porong
estuary as well as to determine the level of heavy metals pollution within the area. Statistical analysis, one
way ANOVA was used for data analysis. In addition, regression analysis was also used to examine the trend
and relationship of heavy metal detected with several water quality parameters. Results showed that the
concentration of Cd already exceeded the normal level in the estuary environment. On the other side, Hg was
not detected. The mean concentration of Cd from 9 locations was 0,025 – 0,075 mg/liter. ANOVA result
showed that the mean of Cd concentration from different locations was significantly different (one way
ANOVA, df1: 2, df2: 6, α < 0,05). However, regression analysis showed that the statistical model was not able
to significantly explain the correlation between Cd concentration and water quality parameters (R2
<70%).
Keywords : Mercury, Cadmium, estuary
PENDAHULUAN
Wilayah Pesisir merupakan zona
interaksi antara lautan dan daratan yang
luasnya mencapai 15% dari daratan bumi.
Wilayah pesisir di Indonesia sangat
potensial, karena merupakan lokasi
perdagangan, transportasi, perikanan
tangkap, budidaya perairan, industri,
pertambangan dan pariwisata. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan pesisir di antaranya:
pertumbuhan penduduk, kegiatan-kegiatan
manusia, sedimentasi, ketersediaan air
bersih dan pencemaran (Nontji, 2002).
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931
43
Pada tanggal 29 Mei 2006 terjadi
semburan lumpur panas di daerah Porong –
Sidoarjo akibat dari bocornya saluran pipa
pengeboran di Brantas Inc. Semburan
lumpur panas tersebut masih berlangsung
sampai sekarang. Dampak dari semburan
lumpur panas menyebabkan pemukiman,
sawah, jalan dan bangunan lainnya
terendam, sehingga menyebabkan kerugian
mencapai ratusan miliar rupiah. Luas areal
yang tergenang sampai Oktober 2008
mencapai lebih dari 450 Ha. Untuk
menanggulangi agar luas genangan lumpur
dan airnya yang terus bertambah, maka di
usulkan untuk membuang lumpur lapindo
ke laut melalui Sungai Porong. Padahal air
lumpur yang bersalinitas tinggi dan
mengandung zat-zat kimia menebar potensi
degradasi kualitas air di perairan (Badan
Lingkungan Daerah, 2007).
Salah satu kandungan senyawa yang
terdapat dalam lumpur yang di buang ke
Sungai Porong adalah logam berat
Cadmium (Cd) dan Merkuri (Hg) (Badan
Lingkungan Daerah, 2007). Apabila
kandungan logam berat Cadmium dan
Merkuri telah melebihi standar baku mutu
lingkungan, akan berpengaruh terhadap
kualitas air di Muara Sungai Porong. Kadar
Merkuri untuk standar baku perikanan
0,002 mg/liter sedangkan untuk biota laut
0,001 mg/liter (MENKLH, 2004). Untuk
melindungi kehidupan pada ekosistem
akuatik, perairan sebaiknya memiliki kadar
Cadmium sekitar 0,0002 mg/liter.
Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 standar
baku mutu logam berat Cadmium terhadap
perikanan yakni 0,01 mg/liter. Kadar
Cadmium di spillway dan sumur Banjar
Panji rata-rata berkisar 0,011 – 0,125
mg/liter (Badan Lingkungan Daerah, 2007).
Dalam penelitian ini parameter utama
yang dipantau adalah Cadmium dan
Merkuri. Senyawa ini sangat
membahayakan kelestarian ekosistem
perairan. Keberadaan logam berat cadmium
yang berada dalam lumpur di perairan
muara Sungai Porong, diduga akan
berpengaruh terhadap kualitas air di muara
Sungai Porong dan kelangsungan hidup
biota air. Mengingat daerah muara Sungai
Porong merupakan daerah pertambakan,
sehingga dibutuhkan penelitian kadar
kandungan logam berat Cd dan Hg di
perairan muara Sungai Porong. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai kadar kandungan
logam berat Cadmium dan Merkuri dan
parameter kualitas perairan lainnya di
muara Sungai Porong.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisa kandungan Merkuri dan
Cadmium di perairan muara sungai
Porong.
2. Menentukan status pencemaran merkuri
dan Cadmium di perairan muara sungai
Porong.
3. Menentukan trend konsentrasi
parameter logam berat dan parameter
kualitas air.
4.
METODE PENELITIAN
Kegiatan Penelitian dilaksanakan
pada bulan April sampai bulan Juni 2009,
dengan lokasi perairan muara Sungai
Porong yang berada diantara di daerah
pembuangan saluran semburan lumpur
Lapindo Kabupaten Sidoarjo dan perairan
Laut di Selat Madura.
Pengambilan sampel air dilakukan
pada 3 stasiun yaitu stasiun 1 yang berjarak
20 km dari pipa pembuangan lumpur
Lapindo, stasiun 2 dekat dengan area
pertambakan yang sudah tidak produktif
berjarak 1,5 km setelah stasiun 1, dan
stasiun 3 dekat dengan area penambangan
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931
44
pasir dan adanya pembentukan lahan baru
berjarak 1,5 km setelah stasiun 2.
Pengukuran dan pengambilan sampel air
dilakukan seminggu sekali sebanyak 3 kali.
Gambar 1 berikut ini adalah peta wilayah
studi
Gambar 1. Peta Area Penelitian
Pengambilan sampel air dilakukan
dengan menggunakan kemerer water
sampler pada kedalaman 20 cm dan 75 cm
kemudian dikomposit. Perlakuan
penanganan terhadap sampel air untuk uji
parameter timbal, sampel air yang sudah
diambil lalu disimpan dalam botol sampel,
diawetkan dengan 3 ml HNO3 pekat khusus
untuk sampel logam berat. Untuk TSS dan
DO, sampel air disimpan dalam botol
sampel dan didinginkan.
Analisis logam berat dilakukan di
laboratorium teknik lingkungan ITS dengan
metode AAS (Automatic Absorbance
Spektrofotometer). Sampel di bawa setelah
pengambilan sampel di lokasi penelitian.
Sedangkan untuk pengukuran parameter
penunjang yaitu pH, DO dan TSS serta
salinitas dilakukan secara langsung (in situ).
Data yang diperoleh di analisis
dengan One way ANOVA dan dilanjutkan
dengan ANOVA Uji Tukey, merupakan
salah satu metode uji statistika yang dapat
digunakan untuk mengetahui perbedaan
rata-rata sampel dari beberapa populasi
yang berbeda. Penggunaan ANOVA antara
lain untuk mengetahui perbedaan rata-rata
parameter kualitas perairan dari 3 jarak
stasiun yang berbeda. Pada penggunaan
ANOVA asumsi yang digunakan adalah
random, normalitas dan homogenitas ragam
(Hidayah, 2009).
Analisis Regresi Linear Sederhana
(RLS) digunakan untuk melihat trend
konsentrasi parameter logam berat dan
parameter kualitas air. Analisis yang
digunakan adalah dengan menggunakan
persamaan garis lurus Y = a + bX. Selain
mencari nilai a dan b pada persamaan RLS
(Y = a +bX), output dari analisis ini adalah
signifikansi model (dari uji F), koefisien
korelasi (r) dan koefisien determinasi (R2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini kadar merkuri
tidak terdeteksi di muara sungai porong.
Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yakni Badan Lingkungan
Daerah (2006), menyatakan kadar merkuri
terdeteksi rata-rata 0,009 – 0,012 mg/liter
baik di spillway (Desa Mindi) dan di kolam
Banjar Panji rata-rata 0,02 mg/liter (dekat
sumur Banjar Panji 1).
Berdasarkan Harahap (1991), logam
berat merkuri mudah larut dan mengubah
kestabilan dari bentuk karbonat menjadi
hidroksida yang membentuk ikatan partikel
pada perairan, kemudian mengendap
membentuk lumpur. Penyebab logam berat
merkuri tidak terdeteksi di permukaan
perairan karena merkuri memiliki sifat yang
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931
45
mudah mengikat bahan organik dan
mengendap di dasar perairan. Logam berat
merkuri yang bersatu dengan sedimen
menyebabkan kadar logam berat di dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan di
perairan.
Cadmium (Cd) bersama dengan Hg
dan Pb merupakan logam yang hingga kini
belum jelas peranannya bagi tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya. Tetapi di dalam
suatu perairan Cadmium terdapat dalam
jumlah yang sangat sedikit (renik) dan
bersifat tidak larut dalam perairan.
Cadmium (Cd) selain bersifat esensial juga
toksik terhadap organisme yang hidup di
air. Oleh karena sifat tersebut, dalam
berbagai penelitian logam berat, logam
berat Merkuri dan Cadmium tersebut selalu
mendapat prioritas untuk dianalisis dan
dievaluasi. Cadmium adalah logam toksik
yang umumnya ditemukan dalam
pekerjaan-pekerjaan industri, logam
Cadmium digunakan secara intensif dalam
proses electroplating (Pagoray dalam
Surtipanti , 2002).
Nilai rata-rata Cadmium pada stasiun
ke- 1 yaitu 0,001 mg/liter. Sedangkan pada
stasiun lainnya berkisar antara 0,025 –
0,075 mg/liter. Nilai rata – rata konsentrasi
logam berat Cadmium pada pengambilan
stasiun yang berbeda adalah berbeda nyata
(p<0.05). Kandungan parameter Cadmium lebih tinggi pada lokasi ke-3, karena lokasi ini dekat dengan area penambangan pasir dan kondisi tepi laut sudah dibentuk lahan baru berupa daratan sehingga banyak endapan sedimen yang terkandung di perairan ini. Karena kandungan Cadmium memiliki sifat mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 standar baku nilai logam berat Cadmium untuk perikanan adalah 0,01 mg/liter. Kriteria baku mutu logam berat Cadmium untuk biota laut menurut Menteri Lingkungan Hidup (2004) adalah 0,001 mg/liter. Kandungan parameter Cadmium di lokasi ke- 2 dan ke- 3 di muara sungai porong nilainya melebihi standar baku, sehingga kondisi perairan ini tidak sesuai untuk kegiatan perikanan dan habitat biota laut. Analisis regresi linier dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara parameter suhu terhadap konsentrasi logam berat Cadmium. Hasil diagram pencar (scatter plot) untuk analisa regresi linier Cadmium dengan suhu disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan hasil analisa regresi linier, didapat model dugaan konsentrasi Cadmium (mg/liter) = – 0,239 + 0,009* suhu perairan (0C). Nilai koefisien determinasi (R2) dari hubungan parameter Cadmium dan suhu adalah 8,9 %. Berdasarkan uji- F untuk model dugaan, bahwa model dugaan didapatkan tidak bisa menjelaskan hubungan antara parameter suhu dan logam berat Cadmium (sig>
0,05). Hasil RLS untuk parameter Cd dan
suhu menunjukkan tren yang meningkat
(Gambar 2). Berdasarkan Palar (2004),
kenaikan suhu air akan mengurangi adsorpsi
senyawa logam berat pada partikulat. Suhu
air yang lebih dingin akan meningkatkan
adsorpsi logam berat ke partikulat untuk
mengendap di dasar. Sementara saat suhu
air naik, senyawa logam berat akan melarut
di air karena penurunan laju adsorpsi ke
dalam partikulat. Logam yang memiliki
kelarutan yang kecil akan ditemukan di
permukaan air selanjutnya dengan