Tenaga Kerja Dalam Agroindustri | Sebagian besar SDM yang terlibat dalam agroindustri adalah orang-orang yang berasal dari lapisan bawah masyarakat di Indonesia kelompok masyarakat yang termarginalisasi ini mencari tempat bergantung pada usaha kecil dengan penghasilan yang pas-pasan. SDM ini memiliki keterampilan yang rendah, skill yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah. Untuk itu mereka sangat mengharapkan pembinaan untuk mengubah kemampuan sehingga SDM agroindustri ini lebih berkualitas dan memiliki kompetensi yang tinggi. Sehingga mampu menjalankan usaha lebih baik dan meningkatkan penghasilan, menjadikan mereka lebih bermartabat sebagai pekerja dan sebagai manusia (Januar, 2005).
Keragaan alokasi tenaga kerja keluarga tani secarta parsial amatlah beragam baik dilihat dari jenis pekerjaan, curahan jam kerja maupun anggota keluarga yang terlibat. Hal yang demikian dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: (1) jenis komoditas yang diusahakan, (2) sifat usaha dan sifat komoditas yang diusahakan, (3) ketersediaan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga, (4) tingkat penguasaan teknologi, (5) tingkat penguasaan modal dan (6) adat kebiasaan dan perilaku bekerja (Winarso, 2004).
Menurut Simanjuntak dalam Maulana dkk (2005) Di Indonesia, pengertian tenaga kerja sudah sering dipergunakan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang berkerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga), walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, (2004) kenyataan bahwa secara umum ada kenaikan pekerja sektor formal, sama sekali tidak mengurangi arti pentingnya sektor traditional atau informal yang mendominasi pasar kerja Indonesia. Kenyataan ini tentunya tidak dapat diabaikan dalam rancangan arus utama kebijaksanaan makro dan perencanaan tenaga kerja. Walaupun demikian dalam praktek hal itu tidak mudah diaplikasikan karena dua alasan sederhana, pertama Karakteristik pekerja sektor informasl yang serba marginal sukar diintervensi secara langsung, Kedua Kebijaksanaan yang memperhatikan kepentingan pekerja sektor formal dan pekerja sektor informal sekaligus masih sulit dirumuskan.
Januar, J. 2006. Agroindustri Peran, Strategi dan Kebijakan. Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jember.
Maulana, dkk. 2005. Dinamika Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia. Agroekonomika. XXXV. Oktober. Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, Jakarta.
Winarso,B.2004. Dinamika Pasar Tenaga Kerja Keluarga Di Bidang Pertanian Kaitannya Dengan Dampak Krisis Ekonomi Di Indonesia (Kasus Di Provinsi Jawa Barat). icaserd working paper no. 23. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2004. Rencana Tenaga Kerja Nasional 2004-2009. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta