Tanin adalah senyawa fenol yang memiliki berat molekul 500-3000 daltons (Da). Tanin diklasifikasi atas dua kelompok atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik,yaitutanin terkondensasi (condensed tannin) dan tanin yang dapat dihidrolisis (hyrolyzable tannin) (Hagerman, 2002).
Tanin hidrolisis adalah tanin pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat menghasilkan asam galat atau asam elagat. Tanin terkondensasi adalah tanin pada pemanasan dengan asam klorida menghasilkan phlobaphenes seperti phloroglucinol (Browning, 1966).
Kulit kayu Rhizophora apiculata yang diekstrak dengan air panas mengandung 20-40% tannin mentah yang terdiri dari 10-25 % tannin terhidrolisis dan 10-15 % tannin terkondensasi. Kedua jenis tanin ini mampu bertindak balas dengan ion ferrik menghasilkan komplek ferrik-tannat yang stabil ( Noordin, 2001).
Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan, baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda. Sumber tanin antara lain diperoleh dari jenis bakau-bakauan atau jenis-jenis dari tumbuhan seperti akasia (Acacia sp), ekaliptus (Eucalyptus sp), pinus (Pinus sp) dan sebagainya. Tanin selama ini banyak digunakan sebagai bahan perekat tipe eksterior, yang terutama terdapat pada bagian kulit kayu. Tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau alkohol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH, dapat mengikat logam berat, serta adanya zat yang bersifat anti rayap dan jamur (Carter et al., 1978).
SIFAT-SIFAT DAN KEGUNAAN
Menurut (Browning, 1966) tanin memiliki beberapa sifat yaitu sebagai berikut:
- Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat .
- Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
- Tidak dapat mengkristal.
- Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
- Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Tanin memiliki beberapa kegunaan ( Nadjeeb, 2009 ) diantara lain yaitu:
- Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninya hilang.
- Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
- Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
- Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada gastrointestinal dan pada kulit.
- Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar, dengan cara mengendapkan protein.
- Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
- Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
- Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak larut.
REFERENSI
Hagerman, A. E. 2002. Tannin Chemistry, Department of Chemistry and Biochemistry, Miamy University, Oxford.
Browning, B. L. 1966. Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience Publishers. New York.
Noordin, J. K. 2001. Keberkesanan Tannin Rhizophora apiculata Sebagai Agen Anti-Kakisan ( Pusat Pengajian Sains Malaysia, USM ).
Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B Stanley. 1978. Termiticidal Components of Wood Extracts Methyljuglone from Diospyros Virginia. Journal Agriculture. 26(4):869-873.
Nadjeeb.wordpress.com/2009/03/27/tanin.pdf