SOSIALISME

SOSIALISME

a. Latar Belakang Historis
Tidak mudah menentukankapan sosialisme muncul untuk pertamakalinya. Orang orangkristen pertama menolak konsep “milikku dan milikmu” dan mempraktekan sosialisme dalam kehidupannya sehari-hari. Pada zaman pertengahan banyak sekte dan gerakan, terutama yang bersifat keagamaan, mengancam kekayaan dan perdagangan sebagai kejahatan dan tidak sesuai dengan kehidupan kristiani.
Pada zaman Renaissance dan reformasi bangkit lagi protes terhadap ketimpangan dan kemakmuran. Argumentasi baru yang merupakan peraduan antara keyakinan lama dan rasionalisme baru. Sejauh sosialisme mengandung unsur protes terhadap ketimpangan sosialis dan tidak ada satu gerakan pun yang dapat menamakan dirinya sosialis kecuali mewujudkan protes seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa Sosialisme sudah setua peradaban Barat itu sendiri. Unsur lain yang terdapat dalam sosialisme yaitu protes terhadap prinsip bahwa uang merupakan ikatan utama antara manusia tidak terbatas pada tradisi sosialis saja. Berlawanan dengan komunisme yang akan terjadi hanya di negara negarayang belum merasakan sepenuhnya dampak dari suatu revolusi dalam bidang industri, sosialisme demokratis terutama berkembang dalam masyarakat-masyarakat yang sudah mengalami industrialisasi yang luas.Kalau industrialisasi diterapkan pada masyarakat-masyarakat yang tidak memiliki
lembaga-lembaga yang liberal, penyesuaian politik terhadap tekanan yang terjadi akibat industrialisasi akan mengambil bentuk otoriterisme (Sepanyol, Protugal dan Brazilia) atau
Totalitarisme (fasisme di Jepang dan Jerman atau Komunisme di Uni Soviet dan Cina)
Perbedaan-perbedaan antara jenis-jenis perekonomian yang tergabung kedalam kedua kelompok itu penting tapi tidak mentukan. Kapitalisme menekankan kemakmuran dan usaha pribadi, sedangkan sosialisme memegang keyakinan pada kemakmuran dan usaha kolektif yang produktif.
Sosialisme mewarisi tujuan pokok yang sama dari kapiitalisme, yaitu melestarikan kesatuan faktor tenaga kerja dan pemilikan. Dalam abad 17 dan 18 saat kapitalisme melewati tahap awal perkembangannya , kesatuan itu menjadi kenyataan. Takala perekonomian kapitalis mengalami kemajuan, tanggung jawab individu dan keluarga dalam urusan pemilikan alat-alat produksi dan pengaturan tenaga kerja perlahan-lahan diganti oleh sistem ekonomi dalam mana perusahaan besar mengambil alih fungsi-fungsi tersebut. Pertama, pemecahan perusahaan-perusahaan besar menjadi unit-unit yang kecil, sehingga faktor tenaga kerja dan pemilikan kembali berada dalam tangan individu atau keluarga. Kemungkinan kedua adalah diterapkannya prinsip kepemilikan secara kolektif Metode yang pertama dengan mudah dapat diterapkan dalam bidang pertanian karena tanah milik yang luas dibagi-bagi dikalangan buruh tani yang tidak punya tanah.
Kedua sistem itu, Kapitalisme Liberal Klasik dan sosialisme demokratis, sama-sama mempunyai asumsi yang mendasar bahwa adanya hak atas harta milik tertentu ditentukan oleh kerja, usaha atau indistridan bukan oleh hukum formal, adat istiaddaat atau faktor
keturunan.
Jhon Locke sebagai perintis liberalisme politik dan ekonomi moderen mendasarkan hak atas harta milik pada karya manusia, dan nilai harta milik pada jumlah “paduan” kerja
dengan sumber-sumber alam.
Kaum Sosialis pada umumnya setuju dengan kaum kapitalis bahwa pemilikan secara perorangan harus dipertahankan dan diperkuat pada harta milik kecil yang tetap bertahan sebagai satuan yang secara teknologi bersifat efisien, seperti dalam bidang pertanian, tenaga profesi, kesenian dan usaha-usaha tertentu dalam perdagangan eceran, jasa danmaufaktur.

Robert Owen: Seorang Kapitalis-Sosialis
Hubungan filial antara sosialisme dan kapitalisme dapat diterangkan oleh seorang kapitalis modern yang juga dikenal sebagai seorang kapitalis kaya dan berhasil. Robert Owen (1771-1858) yang bisa dikenal sebagai pelopor sosialisme Inggris, merupakan orang pertama yang menggunakan kata sosialisme. Ia adalah seorang kapitalis yang berkembang secara mandiri. Pandangan –pandanag yang dilontarkannya bukan merupakan hasil studi melainkan muncul dari pengalamannya sendiri dalam usaha industrinya.
Ia tidak melihat kapitalisme Inggris sebagai penjara yang tidak berprikemanusiaan, tetapi malah melukiskan konstitusi negara itu sebagai salah satu perencanaan yang baik dan paling jelas yang pernah dirumuskan. Rasionalisme Owen juga muncul dari kenyataan bahwa bukunya A New Viewof Society membicarakan suatu pokok bahasan lebih intens dari yang lain yaitu tentang pendidikan.
Owen mengatakan bahwa “diseluruh dunia manusia mempunyai sifat lentur”, dan karena pendidikan merupakan kunci untuk membuat seseorang menjadi lebih rasional dan komperatif maka “ pemerintahan negara yang paling baik adalah pemerintahan yang memiliki sistem pendidikan nasional yang terbaik.

Sosialisme dan Demokrasi
Hubungan antara demokrassi dengan sosialisme merupakan satu-satunya unsur yang paling penting dalam pemikiran dan kebijakan sosialis. Sejarah sosialisme segera menunjukan bahwa gerakan-gerakan sosialis yang berhasil hanya berkembang dinegara- negara dengan tradisi demokrasi yang kuat seperti di Inggris, negara-negara Sekandinavia, Belgia, Belanda, Swis, Australia, Selandia Baru dan Israel. Alasan keseiringan ini sederhana. Di negara-negara dengan pemerintahan demokratis konstitusional yang pada umumnya diterima oleh rakyat sosialis dapat memusatkan perhatian pada pembaharuan ekonomi dan sosial yang luas. Semua tujuan Sosialisme Demokratis ini mengandung inti yang sama, yaitu untuk lebih mewujudnyatakan demokrasi dengan memperluas penerapan prinsip-prinsip demokrasi dari halhal yang bersifat politis sampai pada yang bersifat non-politis dalam masyarakat.
Kebebasan beribadah dan kebebasan mendirikan sarikat politik yang secara historis merupakan kebebasan-kebebasan utama yang harus dimenangkan masih tetap merupakan landasan yang penting bagi demokrasi. Karena itu kalau landasan-landasan ini ada didalam suatu negara, maka kaum sossialiss dapat memusatkan perhatiannya pada “ unsur –unsur yang lebih halus” dari demokrasi.

Sebaliknya dinegara-negara yang demokrasinya tidak berkembang dan hanya merupakan aspirasi, harapan atau cita-cita yang belum diwujudakan, partai sosialis telah berjuang keras dan pada umumnya kehilangan semangat juang. Sebagai contoh Partai Sosial Demokrat di Jerman selalu mengalami tekanan berat.
Kalau dinegara-negara yang telah lama memiliki tradisi demokrasi yang mantap kaum sosialis dapat melakukan tawar-menawar menyangkut masalah-masalah demokrasi karena berlakunya prinsi-prinsip demokrasi, maka kaum dosialis di Jerman masih harus berjuang untuk menciptakan demokrasi itu sendiri.
Bukti dari negara-negara demokratis yang memiliki gerakan sosialis yang kuat menunjukan bahwa pemberian kebebasan yang penuh kepada para warga negara untuk mengungkapkan semua gagasannya dan membentuk partai nampaknya menjadi penangkal yang tebaik melawan fasisme dan komunisme, dan penindasana merupakan ladang yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan yang revolisioner.
Dalam urusan yang murni pemerintahan kaum sosialis cenderung mempertahankan sikap hati-hati dan berperasangka setelah mereka memegang pemerintahan, karena mereka sadar bahwa sekalipun mereka dapat memenangkan pemilihan anggota parlemen, sumber-sumberkekuatan politik yang lain mungkin tidak akan memihak mereka. Dari segi perhitungan finasial, ketulusan kaum konserfatif untuk menerima sosialisme menunjukan bahwa mereka lebih menghargai demokrasi dari pada uang dan mereka bersedia untuk menanggung pajak yang tinggi bahkan demi pendanaan bagi program-program yang tidak mereka khendaki dan tidak masuk akal.
Kaum sosialis percaya bahwa lawan-lawannya tidak akan merusak proses pemerintahan yang demokratis sehingga kepentingan finansialnya tidak terganggu, sedangkan kelas hartawan percaya bahwa kaum sosialis tidak akan menyalahgunakan kemenangan yang diraihnya dalam pemilihan umum, dan bertindak wajar serta moderat kalau mereka memegang kendali pemerintahan.

Sosialisme Melawan Komunisme
Sosialisme dan komunisme mendukung dua cara berfikir dan cara hidup yang ta dapat dirujukan, sebagaimana liberalisme konstitusional dan totaliterisme revolusioner.
Karena kaum komunis mempunyai tujuan revolusi, maka bisa dimengerti kalau partai partai sosialis menganggap mereka sebagai sumber kekacauan yang harus disingkirkan dari serikat-serikat atau kegiatan lain dari kelas buruh yang terorganisir. Penolakan kaum sosialis terhadap pemikiran Marxis juga berlaku untuk terminologi proletariat. Seperti yang dikatakan oleh bekas perdana mentri Harold Wilson “gagasan tentang adanya kelas proleter adalah sesuatu yang omongkosong belaka. Saya lebih meminati mausia sebagai individu dari pada sebagai kelompok massa. Saya berminat pada keluarga karena sebagian besar adalah kebahagiaan keluarga” .
Kaum komunis mempunyai gambaran bahwa peralihan dari perusahaan kapitalis kepada prinsip pemilikan oleh negara bersifa serentak penuh atau utuh. Kaum sosialis sebaliknya tidak percaya bahwa peralihan dari kapitalisme menuju pemilikan alat-alat produksi oleh negara akan berlangsung dalam sekejap secara penuh. Kaum sosialis yang bertanggung jawab harus membuktiakn secara pragmatis dan melalui karya nyata tentang kegunaan serta kepraktisan penggunaan prinsip pemilikan negara dalam industri atau pelayanan jasa tertentu.
Kaum sosialis juga menganut pendirian umum yang demokratis bahwa pencabutan hak milik warganegara harus melalui proses hukum dan warganegara tersebut harus mendapat kompensasi. Kaum komunis berusaha untuk mengalihkan semua alat produksi, distribusi dan pertukaran menjadi milik orangan. Kaum sosialis sebaliknya mempertimnagkan apakah industri atau jasa tertentu perlu dialihkan menjadi milik negara
dan diawasi negara.

Dari segi filsafat dan politik perbedaan antara komunisme dan sosialisme mempunyai akar yang dalam. Teori Lenin tentang tenaga profesional revolusioner didasarkan pada asumsi bahwa partai komunis mempunyai tugas untuk memimpin kakum proletar, dan dalam minorita itu tenaga profesional revolusioner akan merumuskan kebijakan dan memegang kendali kepemimpinan. Kaum sosialis menolak konsep ini karena mereka percaya pada demokrasi dan kekuatan mayorita dalam partai dan negara.
Kaum sosialis menggunakan himbauan secara damai untuk mempromosikan programnya , kaum komunis menganggap bahwa semua sarana komunikasi, pendidikan dan propaganda memihak pada kepentingan untuk mempertahan kan status quo. Bagi kaum komunis semua sistem kapitalis, apakah sifatnya sosiaalis, otoriter atau fasis adalah kediktaktoran borjuis. Kaum sosialis membuah pemisahan yang mendasar antara dua sistem kapitalis , yaitu kediktaktoran politik dan demokraasi liberal. Dalam sistem demokrassi liberal kaum sosialis patuh pada aturan permainan, asal tentu saja pihak yang lain juga melakukan hal yang sama.
Kaum sosiaalis membayangkan peralihan dari perekonomian yang dominana kapitalis menjadi perekonomian yang dominan sosialis bukan sebagai hasil perjusngsn kudeta revolusioner dalam sekejap yang mustahil peralihan kepada usaha perorangan,tetapi merupakan hasil langkah-langkah itu yang secara otomatis mengganti sifat ekonomi secara keseluruhan.
Sementara kaum komunis berfikir dalam kerangka tiga hal yang bersifat mutlak yaitu kapitalisme, revolusi dankediktaktoran komunis, maka kaum sosialis berfikir dalam kerangka tiga konsep yaitu relatif, yaitu perekonomian yang dominan kapitalis sebagai titik tolak, jangka waktu untuk perubahan yang bertahap, dan akhirnya perekonomian yang dominan sosialis.