Skripsi : Bagaimana strategi pembelajaran berorientasi pembelajaran teori Bruner dapat meningkatkan kemampuan ssiwa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan?

Skripsi : Bagaimana strategi pembelajaran berorientasi pembelajaran teori Bruner dapat meningkatkan kemampuan siwa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan?

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mengingat betapa pentingnya peranan matematika, maka tujuan pengajaran matematika khususnya pada tingkat sekolah dasar diantaranya adalah: (1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, dan (2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pendidikan (Tim MKPBM, 2001; 56).
Pelajaran matematika di sekolah dasar terdiri dari beberapa pokok bahasan yang salah satunya adalah pecahan. Pecahan merupakan salah satu pokok bahasan yang dianggap sulit dipahami dengan cepat oleh siswa, hal ini berdasarkan hasil dialog dengan guru mata pelajaran matematika dan siswa di Sekolah Dasar Inpres No.2 Kayumalue Ngapa. Adapun kesalahan yang ditemukan berdasarkan hasil wawancara tersebut adalah banyak siswa menyelesaikan soal penjumlahan pecahan yang hasilnya diperoleh dengan menjumlahkan pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut secara langsung.
Misalnya: + =
Begitu pula pada pengurangan pecahan, peneliti juga menemukan siswa dengan cepat menemukan hasilnya dengan cara pengurangan langsung terhadap suku pertama dengan suku kedua.
Misalnya: – =
Salah satu faktor yang menjadi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan adalah pemahaman konsep awal yang hanya dilakukan guru secara abstrak. Pembelajaran matematika terutama dalam penanaman konsep awal harus dimulai dengan menggunakan benda konkrit. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar, siswa menjadi aktif, termotivasi, lebih cepat dipahami dan di mengerti serta pengetahuan yang didapatnya dapat bertahan lama.
Disamping itu terdapat juga permasalahan yang muncul berkaitan dengan implimentasi dalam menyelenggarakan pendidikan di antaranya padatnya materi yang menjadi tuntutan kurikulum yang berakibat hilangnya krativitas guru dalam mengelolah pembelajaran sehingga cenderung pembelajaran berpusat pada guru. Kondisi tersebut membawa akibat pada siswa sehingga pada proses pembelajaran siswa menjadi pasif dan cenderung untuk menghafal konsep tanpa diringi dengan pemahaman yang memadai termasuk dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Agar kesulitan siswa itu dapat teratasi, maka salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah memilih teori belajar yang tepat, sehingga pembelajaran dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan di SD lebih bermakna dan dapat dipahami oleh siswa yang pada akhirnya dapat berimplikasi pada peningkatan prestasi belajarnya.
Salah satu teori belajar yang dikembangkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis dapat diterapkan pada pembelajaran pokok bahasan yaitu discovery learning (belajar penemuan) yang dikemukakan oleh Jerome Bruner. Bruner (Nursyam, 2006: 5) bahwa:
Agar proses mempelajari proses mempelajari suatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan atau kemampuan tersebut dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan, pengetahuan atau kemampuan tersebut perlu dipelajari secara bertahap dimulai dengan mempelajari pengetahuan secara aktif dengan menggunakan benda-benda kongkrit atau menggunakan benda nyata. Kemudian pengetahuan itu diwujudkan dalam bentuk gambar yang menggambarkan situasi konkrit dan akhirmya pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk-bentuk abstrak.

Proses pembelajaran yang meliputi tahap-tahap belajar teori Bruner seperti di atas memungkinkan siswa dapat memahami konsep yang diajarkan dan guru dapat mengetahui strategi belajar dan cara berfikir siswa serta dapat mempermudah pengembangan berbagai konsep dan prosedur dalam matematika khususnya dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan. Adapun alat peraga yang digunakan dalam teori Bruner ini adalah bangun-bangun geometri yang berbentuk persegi panjang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul” Penerapan Teori Bruner untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa dalam Menyelesaikan Soal Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana strategi pembelajaran berorientasi pembelajaran teori Bruner dapat meningkatkan kemampuan ssiwa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “mengetahui strategi pembelajaran yang berorientasi teori Bruner yang dapat meningkatkan kemampuan siwa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan”
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Siswa
Membantu siswa untuk mengatasi masalah atau kesulitan dalam memahami Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan.
2. Bagi Guru
Dapat meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan program dan merancang pembelajaran di kelas, sehingga siswa lebih aktif dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukkan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan dan dapat ditransfer kepada teman seprofesi dan kepada siswa SD.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Matematika
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang cukup sulit dan sangat berat serta tidak mudah dimengerti karena didalamnya berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak dan tersusun secara hirarkis dan penalarannya bersifat deduktif sehingga belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi.
Menurut Hudojo (1990: 4) bahwa ”mempelajari konsep B berawal dari konsep A, artinya seseorang tidak mungkin memahami konsep B tanpa lebih dahulu memahami konsep A”. Ini berarti mempelajari matematika harus dengan bertahap dan berurutan serta berdasarkan pada pengalaman sebelumnya.
Sesuai dengan pendapat tersebut siswa tidak dibolehkan mempelajari penjumlahan dan pengurangan pecahan sebelum memahami dan mengenal konsep pecahan, sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut dapat diatasi dan nilai prestasi siswa dapat meningkat.
Menurut Darmin (2001 : 100) bahwa:
“Konsep yang diajarkan harus berhubungan dengan konsep yang dihadapi oleh siswa, berarti belajar matematika akan baik jika pelajaran itu dilakukan secara berkesinambungan, maka belajar matematika haruslah dilakukan dengan menggunakan media konkrit (nyata) agar dapat meningkatkan dan memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika”

Menurut Jerome Bruner dalam teorinya bahwa “belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang tersebut dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur” (Tim MKPBM, 2002 ; 45).
Bruner, melaui teorinya itu, mengungkapkan bahwa proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Sesuai dengan pendapat Hudojo (1990 : 57) bahwa “setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit”.
B. Pengertian Kemampuan
“Kemampuan adalah kesanggupan dalam melakukan sesuatu dan berusaha sendiri dan seberapa jauh memahami sesuatu” Moeliono (Tammase, 2003 : 7) sedangkan menurut Johnson (Tammase, 2003: 7) bahwa “kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang diisyaratkan dalam indikator sesuai dengan kondisi yang diharapkan”
Berdasarkan definisi dari Johnson, maka perilaku yang rasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dapat menjumlahkan dan mengurangkan pecahan baik yang berpenyebut sama atau berpenyebut tidak sama.
C. Pengertian Pecahan
Pecahan juga dapat dikatakan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh, juga dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian, seperti apabila ibu mempunyai sebuah semangka dibagi sama besar untuk dua orang anak, masing-masing anak akan memperoleh dari keseluruhan semangka itu. Pada bilangan mewakili ukuran dari masing-masing potongan semangka, bagian-bagian dari sebuah pecahan biasa menunjukkan hakekat situasi dimana lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan pecahan , 2 menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut “penyebut” sedangkan angka 1 yang di atas menunjukkan bagian yang menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut “pembilang”. Pecahan dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b bilangan bulat dan b 0 dan b bukan faktor dari a.

D. Pecahan Senilai
Pecahan senilai biasa disebut juga pecahan ekivalen. Misalnya kita akan menunjukkan = = = = . Untuk mencantumkan pecahan senilai dapat dilihat pada gambar dengan panjang satuan 15 cm yang kemudian di bagi satu sampai sepuluh bagian dengan tiap bagian sama besar. Tiap bagian atau potongan-potongan dari notasi pecahan tersebut akan dijadikan dasar dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan dengan menggunakan teori belajar Bruner.

1

Dari potongan-potongan karton di atas kita dapat memanipulasi potongan-potongan tersebut agar saling menutup atau membariskan berdampingan agar terlihat sama panjang dari potongan di atas, didapatkan fakta:
 Karton dengan nilai dua perempataan tepat dapat menutup karton dengan nilai setengahan.
 Karton dengan nilai tiga perenaman tepat dapat menutup karton dengan nilai dua perempatan.
 Karton dengan nilai empat perdelapan tepat dapat menutup karton dengan nilai tiga perenaman.
 Karton dengan nilai lima persepuluhan tepat dapat menutup karton dengan nilai empat perdelapan.
Kemudian berdasarkan hal tersebut, didapatkan fakta yang lain adalah:
= =
= = =
= = = =
= = = = =
Kemudian dengan cara yang sama akan ditentukan:
= = , = = = , = = = =
= = , = = = , = = = =
= = , = = = , = = = =
= = , = = = , = = = =
Berdasarkan fakta-fakta maka dapat kita simpulkan bahwa:
= =
=
Dengan ketentuan p 0 dan q 0
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkalian oleh bilangan yang sama terhadap pembilang dan penyebut suatu pecahan menghasilkan pecahan-pecahan yang senilai (sama).
E. Penerapan Teori Bruner pada Pecahan
Jerome Bruner seorang ahli psikologi dari Harvard Amerika Serikat, telah mempelajari bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Bruner menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan pada dirinya”(Depdiknas, 2004: 7). Untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan, dapat menggunakan kembali potongan-potongan karton yang tersedia. Untuk mencari jumlah, sambungkan bagian masing-masing memanjang ke luar sebagai pernyataan penambahan, dan untuk mencari selisih, sambungkan bagian masing-masing memanjang ke dalam sebagai pernyataan pengurangan. Selanjutnya dicari potongan karton yang sama panjang dengan potongan-potongan tersambung.
Lanjut Bruner menjelaskan bahwa supaya pengetahuan itu dapat diinternalisasikan dalam pikiran, maka pengetahuan itu harus dipelajari dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap enaktif
Pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkrit atau dengan menggunakan situasi nyata.
Contoh: kita ingin mengenalkan konsep pecahan , kita dapat menggunakan selembar kertas yang dibagi dua, sama besar masing-masing setengah bagian.
2. Tahap ikonik
Pada tahap ini pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkrit yang terdapat pada tahap enaktif.
Contoh: kita dapat menggunakan gambar persegi panjang seperti di bawah ini:

3. Tahap simbolik
Pada tahap ini pengetahuan dipresentasekan dalam bentuk simbol-simbol.
Contoh: simbol untuk setengah adalah .
Ilustrasi penerapan teori Bruner dalam belajar matematika khususnya pada penjumlahan dan pengurangan pecahan. Seperti diuraikan berikut ini:
1. + , pecahan biasa + pecahan biasa.
Tahap-tahap teori belajar Bruner yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
• Tahap enaktif
Pertama-tama guru menyiapkan potongan-potongan karton satuan yang dibagi lima sama besar sebagai notasi dari pecahan dan . Kemudian pecahan disambungkan memanjang keluar dengan pecahan . Setelah itu dicari potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan-potongan tersambung, sehingga didapat hasil 3 bagian dari 5 bagian yang sama
• Tahap ikonik

Potongan Potongan

• Tahap simbolik
+ = 3 bagian dari 5 bagian yang sama.
Jadi, + =

2. + , pecahan biasa + pecahan biasa.
Tahap-tahap teori belajar Bruner yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
• Tahap enaktif
Pertama-tama guru menyiapkan potongan-potongan karton satuan yang dibagi tiga sama besar dan empat sama besar sebagai notasi dari pecahan dan . Kemudian pecahan disambungkan memanjang keluar dengan pecahan . Setelah itu dicari potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan-potongan tersambung, sehingga didapat hasil 7 bagian dari 12 bagian yang sama
• Tahap ikonik

potongan potongan

• Tahap simbolik
+ = 7 bagian dari 12 bagian yang sama.
Jadi, + =
3. – = … , pecahan biasa – pecahan biasa.
Tahap-tahap teori belajar Bruner yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
• Tahap enaktif
Pertama-tama guru menyiapkan potongan-potongan karton satuan yang dibagi empat sama besar sebagai notasi dari pecahan dan . Kemudian pecahan disambungkan memanjang kedalam dengan pecahan . Setelah itu dicari potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan-potongan tersambung, sehingga didapat hasil 2 bagian dari 4 bagian yang sama.
• Tahap ikonik

potongan

potongan

• Tahap simbolik
– = 2 bagian dari 4 bagian yang sama.
Jadi, – =
4. – = … , pecahan biasa – pecahan biasa.
Tahap-tahap teori belajar Bruner yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
• Tahap enaktif
Pertama-tama guru menyiapkan potongan-potongan karton satuan yang dibagi dua sama besar dan empat sama besar sebagai notasi dari pecahan dan . Kemudian pecahan disambungkan memanjang kedalam dengan pecahan . Setelah itu dicari potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan-potongan tersambung, sehingga didapat hasil 1 bagian dari 4 bagian yang sama.
• Tahap ikonik

potongan potongan

• Tahap simbolik
– = 1 bagian dari 4 bagian yang sama.
Jadi, – =

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Desain atau Model Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian tindakan partisipan. Desain penelitian ini mengacu pada pada model yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari 4 komponen pokok dan melalui dua siklus pelaksanaan, komponen-komponen tersebut adalah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah: (a) pembuatan tes awal; (b) menyiapkan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan; (c) menyusun rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran; (d) pembuatan lembar observasi; (e) menyiapkan alat peraga pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran berupa potongan bangun geometri; (f) menyusun LKS; (g) membuat tes akhir.
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario ysng telah direncanakan yang berorientasi pada teori belajar Bruner.

c. Observasi
Dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, maka seluruh rangkaian kegiatan selama proses belajar mengajar berlangsung diamati dan didokumentasikan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi dan catatan lapangan yang diperoleh, maka diadakan refleksi berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama tindakan berlangsung sebagai acuan untuk merencanakan tindakan efektif pada siklus berikutnya.
2. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara. Banyaknya siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah semua siswa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa. Dari semua siswa dipilih empat orang siswa berkemampuan rendah sebagai informan yang diwawancara.
3. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah:
a. Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) guru menyampaikan tujuan pelajaran sesuai indikator. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa tentang arah pembelajaran sehingga siswa akan terfokus pada kegiatan yang mengarah pada tujuan; (2) guru memotifasi siswa dengan menyampaikan pentingnya mempelajari topik ini sebagai salah satu materi prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini, materi pembelajaran disajikan dengan menggunakan media yang dapat dilihat secara nyata oleh para siswa. Dengan membaca dan mengamati langsung benda tersebut dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan, diharapkan mampu mengatasi kesulitannya dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan.
c. Kegiatan Akhir
Setelah berakhir tahapan pembelajaran yang disajikan pada kegiatan inti maka selanjutnya siswa diberikan soal untuk menguji tingkat kemampuan siswa dalam memahami konsep yang diajarkan.
B. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil tes uraian berupa tes awal dan tes akhir pada setiap tindakan.
b. Hasil observasi dan catatan lapangan.
c. Hasil wawancara mengenal hasil pemberian tes.
2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Tes
Tes meliputi dua macam yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pengetahuan awal siswa mengenai materi pengertian pecahan dan pecahan senilai. Tes akhir dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan.
b. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan. Tujuan observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah pelaksanaan tes terhadap siswa yang terpilih sebagai subyek penelitian. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan .
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang terjadi selama pembelajaran berlangsung, yang tidak terekam dalam lembar observasi.
C. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1. Mereduksi Data
Mereduksi data merupakan suatu proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan menyederhanakan data yang diambil dari subyek pengumpulan data sampai penulisan laporan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun informasi yang berdasarkan hasil reduksi, sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk memberikan kesimpulan akhir terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Penarikan kesimpulan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu kegiatan pra tindakan dan kegiatan pelaksanaan tindakan.
1. Kegiatan Pra Tindakan
a. Mengadakan tes awal
Kegiatan awal yang dilakukan adalah melakukan tes awal. Tes ini meliputi materi dasar untuk pecahan yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana kemampuan dasar dan materi yang akan diajarkan.
b. Penentuan Subyek Penelitian
Subyek penelitian terdiri dari semua siswa kelas IV, dari semua siswa tersebut dipilih empat orang siswa berkemampuan rendah sebagai informan yang akan diwawancarai.
2. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini direncanakan dalam dua siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Hal-hal yang direncanakan sebagai berikut:
– Membuat skenario pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar Bruner
– Membuat lembar observasi
– Menyiapkan alat peraga berupa potongan bangun geometri berbentuk persegi panjang
– Menyiapkan alat evaluasi untuk setiap akhir tindakan
– Mempersiapkan wawancara
b. Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario pembelajaran. Tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari 2 siklus:
– Siklus 1
Tindakan I yaitu pembelajaran tentang penjumlahan pecahan.
– Siklus 2
Tindakan 2 yaitu pembelajaran tentang pengurangan pecahan.
c. Observasi
Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mendemonstrasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan, yaitu perilaku subjek, peneliti dan guru (peneliti) dalam kegiatan pembelajaran. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh teman sejawat. Kegiatan observasi berlangsung selama pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Tahap ini merupakan tahap untuk menyimpulkan tentang hasil dan dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Hasil diperoleh pada refleksi ini adalah informasi tentang sesuatu yang telah terjadi dan sesuatu yang perlu dilakukan selanjutnya.
Kriteria yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam satu siklus penelitian yaitu dengan menggunakan dua indikator sebagai berikut:
– Ditinjau dari keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajran.
– Ditinjau dari tingkat pencapaian pemahaman siswa terhadap indikator kemampuan dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan yaitu jika skor dasar dan rata-rata skor terakhir tindakan mencapai 65 (skala 1 – 100)

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data Hasil Penelitian
1. Data Pratindakan
Sebelum penelitian dilaksanakan, Peneliti mengadakan pertemuan dengan Kepala Sekolah dan Guru Matematika kelas IV SD Inpres No. 2 Kayumalue Ngapa. Pertemuan ini dilakukan pada hari kamis tanggal 3 Januari 2008, hal ini dimaksudkan untuk meminta izin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, dan selanjutnya Kepala Sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada Guru Matematika kelas IV untuk membicarakan rencana selanjutnya.
Selanjutnya peneliti mengadakan tes awal pada siswa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa tepatnya pada hari senin tanggal 8 Januari 2008 pukul 07.15- 18.15 WITA,yang diikuti oleh semua siswa kelas IV berjumlah 28 siswa. Adapun materi tes awal meliputi pecahan senilai, menentukan pembilang dan penyebut dari pecahan, menuliskan bentuk pecahan, penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan. Tes awal tersebut berjumlah 5 nomor dan dapat dilihat pada lampiran 5.
Pelaksanaan tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyelesaikan soal-soal prasyarat yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan. Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada lampiran 6. Berdasarkan hasil tes awal tersebut dapat dijadikan acuan dalam pembentukan kelompok belajar dan subjek penelitian (lampiran 2). Adapun yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa berkemampuan rendah, yang berada pada kelompok yang berbeda-beda. Masing-masing siswa dikelompokkan pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, sehingga pada saat diskusi kelompok terjadi interaksi antar siswa yang baik.
2. Data Hasil Tindakan pada Siklus I
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun masing-masing kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada kegiatan ini beberapa hal yang dilakukan peneliti meliputi
– Menyiapkan rencana pembelajaran
– Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
– Menyiapkan LKS
– Membentuk kelompok belajar
– Menyiapkan instrumen penelitian yang diperlukan
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka tindakan direncanakan akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 135 menit / 3 Jam pelajaran. Rencana pembelajaran didesain sesuai dengan tahap teori belajar Bruner yang meliputi : (1) Tahap enaktif, (2) Tahap ikonik, dan (3) Tahap simbolik.

b. Pelaksanakan
Tindakan Siklus I dilaksanakan pada hari rabu tanggal 9 Januari 2008. mulai pukul 07.15-10.00 WITA, bertempat di ruang kelas IV SD Inpres No. 02 Kayumalue Ngapa. Peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan teman sejawat sebagai pengamat, pembelajaran pada tindakan ini berlangsung dengan menggunakan tahap-tahap teori Bruner, dan materi yang dibahas adalah penjumlahan pecahan. Selain pelaksanaan tindakan peneliti membimbing para siswa belajar kelompok dan individu (rencana pembelajaran siklus I dapat dilihat pada lampiran I ).
Pembelajaran dimulai dengan menempatkan siswa berdasarkan kelompoknya masing-masing. Kelompok belajar siswa terdiri dari 6 kelompok (heterogen) dan subjek penelitian ditempatkan pada kelompok I, II, IV dan VI. Pembelajaran dibagi atas 3 kegiatan yaitu : kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Berikut akan diuraikan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1). Kegiatan awal
Pada tahap awal peneliti memulai pelajaran dengan mengucapkan salam, melakukan apersepsi kepada siswa, menyiapkan alat bahan serta menyampaikan indikator yang akan akan dicapai. Untuk mengaktifkan pengetahuan prasyarat siswa. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi dasar. Misalnya, sebutkan salah satu contoh pecahan !“ Dapatkah kalian menggambarkan bentuk pecahan yang telah kalian sebutkan tadi ?“ pada awalnya siswa serentak menjawab. Kemudian peneliti menunjuk subjek S1 untuk menjawab dari jawaban subjek S1 itu benar.
2). Kegiatan Inti
Kegiatan ini meliputi tahap-tahap teori Bruner yang meliputi : (1) Tahap enaktif, (2) Tahap konik, dan (3) Tahap simbolik. Berikut rincian kegiatan pada setiap tahap adalah sebagai berikut :
a). Tahap Enaktif
Pada tahap ini peneliti membagikan alat peraga dan LKS kepada masing-masing kelompok, sebagai petunjuk untuk melakukan percobaan pada siklus I. LKS yang digunakan pada kegiatan ini adalah LKS dengan pokok bahasa Penjumlahan Pecahan dan bentuknya dapat di lihat pada lampiran 3.
Sebelum siswa dipersilahkan untuk melakukan peragaan sesuai dengan LKS yang ada, terlebih dahulu diarahkan untuk membaca dan memahami petunjuk yang ada dalam LKS secara terurut dan tenang. Kemudian peneliti memberikan contoh peragaan I yang ada dalam LKS, berikut petikan pengarahan yang disampaikan
“Adik-adikku, coba kalian perhatikan! sebelum kita mencari hasil dari penjumlahan pecahan“, pertama-tama cari dua potongan karton yang sesuai dengan peragaan pertama, atau bentuk masing-masing pecahan yang ada pada peragaan I, setelah itu kedua potongan karton tadi disambung memanjang keluar sebagai pernyataan penjumlahan lalu hasil dari sambungan itu dicari lagi potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan tersambung”. Selanjutnya hasil dari itu kalian tuliskan ditempat yang telah disediakan pada peragaan I”.
Setelah guru melakukan peragaan tersebut, kemudain peneliti mempersilahkan siswa untuk memperagakan peragaan-peragaan berikutnya sesuai dengan langkah-langkah yang diperagakan oleh peneliti. Sambil memantau pekerjaan siswa, peneliti membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam melakukan peragaan-peragaan tersebut, serta peneliti berkeliling ke kelompok lain untuk mengontrol aktivitas kelompok lain. Untuk S3 peneliti mengamati sangat antusias dan begitu aktif, suka bertanya kepada teman sekelompoknya, kemudian peneliti mendekatinya.
“bagaimana adik S3 (sambil mendekati dari belakangnya) pertahankan kerjasamanya dalam kelompok dan nilai keaktifan kelompok juga tergantung dari keaktifanmu (S3 langsung bertambah semangat).
b). Tahap Ikonik
Pada tahap ini ditunjukkan melalui gambar yang sesuai dengan alat peraga yang diberikan atau menggambar alat peraga yang ditampilkan oleh peneliti. Sebelum siswa melakukan peragaan pada soal nomor 3 terlebih dahulu peneliti, menyuruh siswa untuk memahami pertanyaan yang ada pada LKS nomor 3 dan menyatukan pertanyaan pengetahuan yang telah dimiliki pada tahap enaktif. Kemudian peneliti memberikan penjelasan secukupnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan LKS yang telah dibagikan.
Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi LKS secara berkelompok dan mengikuti langkah-langkah yang telah diperagakan oleh peneliti sebelumnya. Sambil siswa menggambar hasil dari tahap enaktif, peneliti mengelilingi kelompk-kelompok yang lain untuk mengontrol apakah penjelasan peneliti dapat dipahami dengan baik dan tak lupa peneliti selalu memberikan motivasi ataupun penguatan kepada kelompok-kelompok agar tetap menjaga kekompakkan di dalam kelompoknya dengan meningkatkan frekuensi diskusi yang lebih baik secara umum maupun kepada informan. Pada peragaan ini kelihatan pembelajaran lebih aktif karena siswa maupun informan lebih bertanggung jawab dan mengerti langkah-langkah yang dilakukan untuk mengisi LKS nomor 3.
c). Tahap Simbolik
Pada tahap ini peneliti mengarahkan siswa untuk menggunakan simbol-simbol. Pada awalnya siswa tidak mengalami kesulitan karena mereka sudah mengetahui bahwa operasi penjumlahan adalah (+) sehingga tanpa penjelasan yang lebih lama siswa ataupun informan sudah bisa mengerti, ditambah lagi peneliti memberikan contoh yaitu peragaan soal nomor 4.
Berikut petikan dialog antara informan S2 dengan peneliti:
P : Bagaimana adik S2, bisa khan?
S3 : Begini bu, (sambil menunjukkan pekerjaannya)
P : Iya betul sekali dik. Sekarang coba perhatikan peragaan III
S3 : Ini bu, khan peragaan III pada pecahan pertama adalah dan pecahan kedua maka + =
P : Betul sekali dik, pertahankan diskusi kelompok kamu!
S3 : Iya bu.
Setelah siswa bersama-sama menyelesaikan LKS pada siklus I secara berkelompok, selanjutnya peneliti membuka diskusi antar kelompok. Masing-masing kelompk diwakili oleh satu orang siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, yang ditunjuk langsung oleh peneliti, sehingga yang maju di depan kelas tidak hanya ketua kelompoknya saja tetapi peneliti juga menunjuk subjek.
Pada saat wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, anggota kelompok lain memperhatikan dan mencatat hal-hal yang dianggap perlu sebagai bahan diskusi antar kelompok, begitu seterusnya sampai kelompok VI. Pada saat diskusi, anggota kelompok lainnya memberikan komentar dan mengkritik jawaban dari kelompok lain. Saat diskusi berlangsung siswa tampak bersemangat dan antusias. Hal ini terlihat dari keaktifan dan tanggapan-tanggapan kkritis yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan temannya, walaupun diskusi nampak didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Sedangkan subjek masih malu-malu memberikan tanggapan.
Pada saat siswa melakukan diskusi. Peneliti selalu memberikan motivasi kepada siswa atau kelompok agar dapat mengungkapkan pendapatnya serta peneliti memberikan penjelasan secukupnya.
3). Kegiatan Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan tes akhir tindakan siklus I untuk mengukur kemampuan siswa setelah diadakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar Bruner. Peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk membagikan lembar tes akhir tindakan siklus I. Peneliti meminta kepada siswa untuk menyelesaikan tes akhir tindakan siklus I.
“adik-adikku, coba perhatikan! Setelah kita belajar secara berkelompok dan sebelum kita menutup pelajaran pada hari ini, Ibu minta adik-adik menyelesaikan tes akhir secara mandiri dan tidak diperbolehkan kerjasama dengan teman-temannya“
Setelah waktunya selesai, peneliti dibantu pengamat mengumpulkan lembar tes siswa dan menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam (soal tes akhir tindakan siklus I dan dapat dilihat pada lampiran 5).
c. Hasil Observasi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat yang dibuktikan dengan lembar observasi, kegiatan siswa pada siklus I didapatkan fakta bahwa masih ada subjek yang mengalami kesulitan dalam melakukan langkah-langkah setiap tahap pembelajaran.
Hal ini ditunjukkan oleh subjek S1 dan S4 yang belum sepenuhnya aktif khususnya subjek S1 yang merasa malu-malu di hadapan temannya dan belum berani mengungkapkan ide-idenya/pendapatnya ditengah teman-temannya. Dia lebih banyak diam, bahkan lebih suka mendengarkan dan memperhatikan teman diskusinya.
Kondisi seperti ini yang menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran belum memenuhi harapan yang diinginkan peneliti. Namun demikian dapat dijadikan sebagai bahan refleksi untuk tindakan selanjutnya. Peneliti harus berusaha sepenuhnya untuk memberikan motivasi, perhatian dan bimbingan yang lebih kepada subjek S1 dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat (teman sejawat) menunjukan bahwa peneliti telah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Peneliti telah berusaha mengaktifkan siswa dengan melakukan bimbingan dan memberi kesempatan kepada siswa mengemukakan idenya. Hasil observasi juga menunjukan aktifitas siswa salam pembelajaran berjalan dengan baik, pada tindakan siklus I.
d. Refleksi Tindakan Pada Siklus I
Refleksi dilakukan untuk menentukan apakah tindakan siklus I harus diulangi atau sudah berhasil. Pembelajaran tindakan siklus I difokuskan agar siswa dapat menjumlahkan pecahan baik penyebut sama maupun penyebut tidak sama.
Pada proses pembelajaran berlangsung, setiap siswa diberikan lembar kerja yang disesuaikan secara berkelompok, yang diharapkan terjadi diskusi dan tukar pendapat antar teman sekelompok. Dalam belajar kelompok terlihat bahwa siswa dapat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Selain itu juga semua siswa aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil evaluasi tes akhir tindakan siklus I (lampiran 6) menunjukan rata-rata daya serap klasikal 81.92 %. Hal ini menunjukan bahwa adanya suatu peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan.
Hasil wawancara terhadap subjek penelitian, diperoleh bahwa semua subjek kecuali S4 masih belum sempurna menyelesaikan soal pada tes akhir tindakan siklus I dan ada juga kesalahan yang terjadi bukan merupakan yang kesalahan yang fatal , dan setelah dilakukan wawancara sehubungan dengan jawaban yang salah tersebut mereka dapat memberikan alasan dan dapat menunjukan jawaban yang benar. Hasil wawancara tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 7.
Berdasarkan tes awal maka hasil tes tindakan 1 kemampuan siswa meningkat dari 56,67% menjadi 81,92%. Siswa yang tuntas atau > 65 adalah 96,43% .berdasarkan kriteria ketuntasan, maka pembelajaran pada siklus I sudah berhasil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan pembelajaran yang diharap sudah tercapai, oleh karena itu pembelajaran dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3). Data Hasil Tindakan Pada Siklus II
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun masing-masing kegiatan akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaaan
Pada kegiatan ini beberapa hal yang dilakukan peneliti meliputi :
– Menyiapkan rencana pembelajaran
– Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
– Menyiapkan LKS
– Membentuk kelompok belajar
– Menyiapkan instrumen Penelitian yang diperlukan
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka tindakan direncanakan dalam satu kali pertemuan. Rencana pembelajaran didesain sesuai dengan tahap teori Bruner yang meliputi : (1) Tahap enektik; (2) Tahap ikonik dan (3) Tahap simbolik.
b. Pelaksanaan
Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 15 Januari 2008, bertempat di ruang kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa mulai pukul 17.15-09.30 Pembelajaran siklus II sama dengan siklus I yaitu dengan menggunakan teori Bruner. Peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan teman sejawat sebagai pengamat. Adapun materi yang dibahas pengurangan pecahan, selama pelaksanaan tindakan peneliti membimbing para siswa belajar kelompok dan individu. Rencana pembelajaran siklus II dapat dilihat pada lampiran 1.
Pembelajaran dimulai dengan menempatkan siswa berdasarkan kelompoknya masing-masing. Kelompok belajar siswa terdiri dari 6 kelompok (heterogen) dan subjek penelitian ditempatkan pada masing-masing kelompok I, II, IV dan VI. Pembelajaran dibagi atas 3 kegiatan inti : yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Berikut akan diuraikan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1). Kegiatan Awal
Pada tahap awal peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, melakukan apersepsi kepada siswa, menyiapkan alat dan bahan serta menyampaikan indikator yang akan dicapai untuk mengaktifkan pengetahuan prasyarat siswa berkaitan dengan materi dasar misalnya, “Apa lambang dari operasi pengurangan bilangan? bagaimana cara menjumlahkan pecahan yang berpenyebut sama?“ pertanyaan tersebut telah diberikan secara acak, jika ada siswa yang salah menjawabnya, maka dilemparkan kepada siswa lain sehingga ditemukan jawaban yang benar. Peneliti mengamati dengan seksama jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa. Pembelajaran selanjutnya masuk pada kegiatan inti.
2). Kegiatan Inti
Kegiatan initi meliputi tahap-tahap teori Bruner yang meliputi: (1) Tahap enaktif; (2) Tahap ikonik dan (3) Tahap simbolik. Berikut rincian kegiatan pada setiap tahap:
a. Tahap Enaktif
Pada tahap ini peneliti membagikan alat peraga dan LKS kepada masing-masing kelompok, sebagai petunjuk untuk melakukan percobaan pada siklus II. LKS yang digunakan pada kegiatan ini adalah LKS dengan pokok bahasan pengurangan pecahan dan bentuknya dapat dilihat pada lampiran 3.
Sebelum siswa dipersilahkan untuk melakukan peragaan sesuai dengan LKS yang ada, terlebuh dahulu diarahkan untuk membaca dan memahami petunjuk yang ada dalam LKS, secara terurut dan tenang. Kemudian peneliti memberikan contoh peragaan I yang ada dalam LKS, berikut petikan pengarahan yang disampaikan :
“ Adik-adikku, coba kalian perhatikan! sebelum kita mencari hasil dari pengurangan pecahan, pertama-tama caranya sama dengan penjumlahan pecahan yaitu cari dua potongan karton yang sesuai dengan peragaan pertama atau masing-masing pecahan yang ada pada peragaan I, yang membedakan adalah kalau penjumlahan, kedua potongan karton disambung memanjang ke luar, sedangkan pengurangan kedua potongan karton tadi disambung memanjang ke dalam. Nah, setelah itu dari hasil penyambungan tadi digunting dan hasil guntingan tadi dicari potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan tersambung, selanjutnya hasil dari itu kalian tuliskan di tempat yang telah disediakan pada peragaan I.”
Setelah guru melakukan peragaan tersebut, kemudian peneliti mempersilahkan siswa untuk memperagakan peragaan-peragaan berikut sesuai dengan langkah-langkah yang diperagakan oleh peneliti sambil memantau pekerjaan siswa, peneliti membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam melakukan peragaan-peragaaan tersebut, serta peneliti berkeliling ke kelompok lain untuk mengontrol aktivitas kelompok lain. Untuk S4 peneliti sangat antusias dan begitu aktif, kemudian peneliti mendekati.
“Bagaimana adik S4 (sambil mendekati dari belakangnya) pertahankan kerjasamanya dalam kelompok dan nilai keaktifan kelompok juga tergantung dari keaktifan (S4 langsung bertambah semangat).
b. Tahap Ikonik
Pada tahap ini ditunjukan melalui gambar yang sesuai dengan alat peraga yang diberikan atau menggambar alat peraga yang ditampilkan oleh peneliti. Sebelum siswa melakukan peragaan pada soal No. 3 terlebih dahulu peneliti menyuruh siswa untuk memahami pertanyaan yang ada pada LKS No.3 dan menyatuhkan pengetahuan yang telah dimiliki pada tahap enaktif serta pembelajaran sebelumnya. Kemudian peneliti memberikan penjelasan secukupnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan LKS yang telah dibagikan.
Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi LKS secara berkelompok dan mengikuti langkah-langkah yang telah diperagakan oleh peneliti sebelumnya. Sambil siswa menggambar hasil dari tahap enaktif, peneliti mengelilingi kelompok-kelompok yang lain untuk mengontrol apakah penjelasan peneliti dapat dipahami dengan baik dan tak lupa pula peneliti selalu memberikan motivasi ataupun penguatan kepada kelompok-kelompok agar tetap menjaga kekompakkan didalam kelompoknya dengan meningkatkan frekuensi diskusi yang lebih baik secara umum maupun kepada informan.
c. Tahap Simbolik
Pada tahap ini peneliti mengarahkan siswa untuk menggunakan simbol-simbol. Pada awalnya siswa tidak mengalami kesulitan karena mereka sudah mengetahui bahwa operasi pengurangan adalah (-) sehingga tanpa penjelasan yang lebih lama siswa ataupun informan sudah mengerti. Ditambah lagi peneliti memberikan contoh yaitu pada peragaan I soal No.4 serta cara-caranya sama dengan materi penjumlahan pecahan yang telah diajarkan sebelumnya. Berikut petikan pengarahan yang disampaikan.
“ Adik-adikku, Perhatikan! sekarang kalian kerjakan soal untuk No.4 yang ada pada LKS, cara pengisiannya sama halnya dengan pengisian pembelajaran sebelumnya, untuk mengerjakannya semua anggota kelompok harus aktif berdiskusi. Ibu melihat diskusi kemarin masih ada di antara kalian yang kurang aktif, ingat bahwa keberhasilan kelompok tergantung dari usaha kalian sendiri. Jangan lupa ketua kelompoknya harus mengatur jalannya diskusi ini, sekretaris mencatat hasil diskusinya itu. Seperti halnya pada pembelajaran sebelumnya diskusi kita akan lanjutkan dengan diskusi kelas atau diskusi antar kelompok. Masing-masing kelompok harus mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan secara bergantian, dan kelompok lainnya memberikan tanggapan atau masukkan”
Lanjut siswa memperhatikan penjelasan peneliti dan mereka memahaminya, kemudian peneliti meminta masing-masing kelompok untuk memulai diskusi yang dipimpin oleh ketua kelompok masing-masing. Peneliti hanya berperan sebagai fasilitator dan memantau setiap kelompok untuk melihat hasil kerja siswa. Kemudian peneliti mendekati informan S1, berikut petikan dialog antara informan S1 dengan peneliti :
P : Bagaimana adik S1, bisa kan?
S1 : Begini kan Bu (sambil menunjukan pekerjaannya) caranya sama dengan waktu waktu mengerjakan LKS minggu lalu kan Bu ?
P : Iya betul sekali dik. Sekarang coba perhatikan peragaan IV
S1 : Ini bu, khan peragaan (iv) pada pecahan I adalah 2/3, dan pecahan II adalah maka – = =
P : Betul sekali dik, Pertahankan diskusi kelompokmu !
S1 : Iya bu.
Ternyata kegiatan pembelajaran dalam siklus II ini, siswa kelihatan sangat antusias dan bersemangat, diskusi pun tambah lebih hidup dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Subjek S1 dan subjek S4 pada pembelajaran sebelumnya hanya diam dalam memperhatikan teman-teman dalam kelompoknya tanpa terlihat masalah. Dalam hal ini sudah mulai memperlihatkan peningkatan yaitu sudah berani memberikan tanggapan maupun penjelasan kepada teman-temannya.
Pada saat siswa melakukan diskusi, peneliti selalu memberikan motivasi kepada siswa atau kelompok agar dapat mengungkapkan ide-ide/pendapatnya mengenai hasil kerja mereka pada LKS. Kepada siswa atau kelompok yang mampu mengungkapkan ide-ide/pendapatnya dengan baik, peneliti memberikan penghargaan (pujian dengan tepuk tangan ). Tetapi kepada siswa atau kelompok yang belum mampu mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya maka peneliti memberikan bantuan secukupnya.
Lanjut, setelah diskusi antar kelompok selesai, maka pada akhir diskusi seluruh siswa sepakat menyimpulkan materi pembelajaran yaitu penjumlahan pecahan baik berpenyebut sama maupun berpenyebut tidak sama.

3). Kegiatan Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan tes akhir tindakan siklus II untuk mengukur kemampuan siswa, setelah diadakan kegiatan pembelajaran yang ada ada kaitannya dengan teori belajar Bruner.
Peneliti dibantu dengan pengamat untuk membagikan lembar tes akhir tindakan siklus II. Peneliti meminta kepada siswa untuk menyelesaikan tes akhir secara individu berikut penyampaian peneliti kepada siswa sebelum menyelesaikan tes akhir tindakan.
“Adik-adikku, coba perhatikan! setelah kita belajar berkelompok dan sebelum kita menutup pelajaran pada hari ini, Ibu minta adik-adik menyelesaikan tes akhir secara mandiri dan tidak diperbolehkan kerja sama dengan temannya.“
Setelah waktunya selesai, peneliti dibantu oleh pengamat mengumpulkan lembar tes siswa dan menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam (solal tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran 5).
c. Hasil Observasi Tindakan pada Siklus II
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat yang dibuktikan dengan lembar observasi kegiatan siswa pada siklus II didapatkan fakta bahwa pada umumnya subjek senang belajar dengan teori belajar Bruner. Subjek S1 pada pembelajaran sebelumnya lebih banyak diam, namun pada pembelajaran ini subjek S1 sudah antusias mengikuti jalannya diskusi dan sudah berani memberikan tanggapan dari pertanyaan temannya.
Berdasarkan hasil observasi yang digunakan oleh peneliti dan pengamat (teman sejawat) menunjukan bahwa peneliti telah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Peneliti telah berusaha mengaktifkan siswa dengan melakukan bimbingan dan memberi kesempatan kepada siswa mengemukakan idenya. Hasil observasi juga menunjukan aktivitas siswa dalam pembelajaran berjalan berjalan dengan baik pada tindakan siklus II.
d. Refleksi Tindakan pada Siklus II
Pembelajaran tindakan pada siklus II bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan soal pengurangan pecahan. Upaya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran ini, setiap siswa diberikan lembar kerja yang dikerjakan secara berkelompok. Kegiatan siswa dalam menyelesaikan LKS berlangsung dengan baik. Pembelajaran tidak lagi didominasi siswa yang berkemampuan tinggi.
Dalam mengerjakan tes akhir tindakan siklus II, semua subjek dapat menunjukan hasil yang memuaskan. Tetapi dalam mengerjakan tes akhir tindakan siklus II, subjek S2 masih mengalami kesalahan. Kesalahan tersebut dilakukan siswa bukan merupakan kesalahan total, karena setelah diwawancara sehubungan dengan jawaban yang salah tersebut, siswa dapat menunjukan jawaban yang benar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek penelitian diperoleh bahwa kesalahan yang terjadi pada tes tindakan siklus II akibat kelalaian siswa itu sendiri dan siswa tergesa-gesa mengerjakan karena dianggap mudah. Namun secara umum siswa telah mampu untuk menyelesaikan soal pengurangan pecahan.
Berdasarkan hasil tes tindakan siklus II menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pengurangan pecahan dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dibuktikan pada pencapaian daya serap klasikal 88,17% dan siswa yang tuntas atau 65 adalah 100%. Berdasarkan hasil tes tindakan siklus II kemampuan siswa meningkat dari 81.92% menjadi 88,17%, dan berdasarkan kriteria ketuntasan pembelajaran tindakan siklus II dikatakan berhasil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan pembelajaran yang diharapkan sudah tercapai.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penggunaan Teori Bruner dalam Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Bruner dalam penelitian ini menggunakan strategi melalui tiga tahapan kegiatan yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Srategi ini dipilih karena dipandang dapat mengoptimalisasikan interaksi semua unsur pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman (dalam Nilawati 2006 : 37) bahwa pemilihan strategi pembelajaran dalam pengajaran matematika bertumpu kepada optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran serta optimalisasi ketertiban seluruh indra siswa.
Strategi pembelajaran melalui tiga tahapan yang telah dimodifikasi dan diterapkan dalam pembelajaran dalam teori belajar Bruner dapat menjadikan siswa lebih mudah dibimbing dan diarahkan. Dalam pembelajaran ini siswa berpendapat bahwa cara guru mengajar di kelas dapat di mengerti dengan mudah dan menyenangkan karena siswa dilibatkan secara aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan intelektual siswa sangat menentukan untuk dapat tidaknya suatu konsep yang dipelajari dan dipahami oleh siswa.
Di sisi lain guru merasa senang menerapkan bentuk pembelajaran ini karena dapat meningkatkan kreatifitas berpikir siswa. Dengan diperolehnya cara penyelesaian dengan benar, maka siswa menjadi lebih terbuka wawasannya sehingga siswa mengerti bahwa persoalan matematika dengan mudah diselesaikan.
2. Penggunaan LKS dalam Pembelajaran
Penggunaan LKS dalam setiap pembelajaran dengan tujuan dapat membantu kemampuan siswa terhadap masalah yang diajukan oleh peneliti. Selain itu, LKS juga dapat membantu peneliti mengarahkan pemikiran siswa untuk memecahkan masalah yang diajukan sesuai langkah-langkah yang harus dilakukan. Hal ini menyebabkan siswa merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran.
Melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS membuka pemikiran siswa sehingga mampu mengungkapkan ide-ide/ pendapat mereka. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun sedemikian rupa sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga dapat mengarahkan alur pikiran siswa menuju pada respon yang diharapkan. Melalui LKS guru dapat berupaya mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dengan pengetahuan yang akan dipelajari, sehingga anak akan terlihat aktif dalam proses pembelajaran.
3. Kerjasama Subjek dalam Diskusi Kelompok Cukup Baik
Pelaksanaan pembelajaran dengan teori belajar Bruner pada awal pembelajaran siklus I, menunjukan adanya kerjasama yang belum maksimal. Hal ini ditunjukan oleh adanya subjek S1 yang lebih banyak diam mendengarkan temannya bertukar pikiran, dan S3 yang asyik mencoba mengerjakan sendiri, kemudian subjek S2 dan S4 terlalu banyak tergantung pada temannya yang lebih memahami maksud dari LKS.
Pada pertemuan siklus II kerjasama subjek dalam menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS semakin membaik setelah pembelajaran pada siklus II. Hal itu bertujuan untuk memaksimalkan hasil yang ingin dicapai dalam kerjasama.
Para siswa sudah mulai memahami bahwa alur proses belajar tidak harus berasal dari peneliti, tetapi bisa juga siswa saling bertanya atau saling memberikan pemahaman di antara satu kelompok saling membantu satu sama lain.

4. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan.

Memahami pengetahuan awal sangat penting karena dapat mempengaruhi proses belajar selanjutnya. Hal ini seperti dikemukakan oleh Hudojo (1990 : 4)) bahwa “ mempelajari konsep B berawal dari konsep A”. ini berarti bahwa dalam pembelajaran dimulai secara bertahap dan berurutan serta berdasarkan pada pengalaman sebelumnya.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan pada setiap sikus, ditemukan bahwa penerapan teori belajar Bruner dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal ini dapat ditunjukan berdasarkan analisis tes akhir setiap tindakan. Siklus I memperoleh ketuntasan belajar secara individual berjumlah 27 orang siswa dengan presentase 96,43 %. Adapun daya serap klasikal yang diperoleh sebesar 81,92 %. Sedangkan siklus II memperoleh ketuntasan belajar secara individual berjumlah 28 orang siswa dengan presentase 100 % dan daya serap klasikal yang diperoleh 88,17 %.
Dari hasil analisis setiap akhir tindakan menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa pada topik penjumlahan dan pengurangan pecahan. Ini dapat ditunjukan pada penyelesaian tindakan I, semua subjek dapat menyelesaikan soal penjumlahan pecahan. Tetapi ada beberapa subjek masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan.
Pembelajaran pada siklus II difokuskan agar siswa dapat menyelesaikan soal pengurangan pecahan. Hasil yang diperoleh pada dasarnya semua subjek dapat memahami pengurangan pecahan hanya saja subjek dalam menyelesaikan soal pada tes tindakan hasilnya masih belum sempurna. Tetapi pada saat wawancara, peneliti memberi soal ternyata subjek dapat menyelesaikannya dengan baik.

BAB V
PENUTUP
Pada bab V ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran yang dipandang perlu untuk dicermati dalam menerapkan teori belajar Bruner.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penerapan teori Bruner dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Inpres No.2 Kayumalue Ngapa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan.
2. Pembentukan kelompok dan pemberian LKS dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Melalui pembelajaran yang melibatkan siswa secara mental, fisik maupun secara sosial dapat meningkatkan aktivitas siswa dan menciptakan suasana belajar yang aktif tetapi santai.
4. Penerapan teori Bruner dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan pecahan, hal ini ditandai dengan pencapaian indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan peneliti. Adapun indikator pencapaian hasil belajar yaitu :
a). Keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b) Keberhasilan hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar siswa dalam pencapaian indikator kemampuan yang telah ditetapkan.
5. Pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar Bruner melatih siswa untuk belajar aktif menemukan sendiri pengertian konsep dengan melalui tahap pembelajaran yaitu enaktif, ikonok dan simbolik.
B. Saran
Adapun saran-saran untuk setiap pembaca yang ingin menerapkan teori belajar Bruner adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya memperhatikan waktu yang digunakan dalam pembelajaran, kondisi atau situasi dalam kelas dan penguasaan teori belajar
2. LKS dibuat sederhana mungkin dan mudah dipahami oleh siswa sehingga memudahkan siswa untuk memahami petunjuk yang ada dalam LKS
3. Guru dan peneliti sedini mungkin menjaga kedisiplinan di dalam kelas jika terkesan pembelajaran tidak serius oleh siswa sehingga pembelajaran dengan teori belajar Bruner dalam memahami penjumlahan dan pengurangan pecahan dapat terwujud.

RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Sekolah : SDN INP. 2 Kayumalue Ngapa
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/Semester : IV/II
Pokok Bahasan : Pecahan
Sub Pokok Bahasan : Penjumlahan Pecahan
Alokasi Waktu : 3 X 45 menit

A. STANDARD KOMPETENSI
Menggunakan Pecahan dalam pemecahan masalah

B. KOMPETENSI DASAR
Menjumlahkan Pecahan

C. INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
Siswa dapat menyelesaikan operasi penjumlahan pecahan

D. MATERI POKOK
Penjumlahan pecahan

E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN
a. Pendekatan : Teori belajar Bruner(diseovery learning)
b. Metode Pembelajaran : demonstrasi, tanya jawab, diskusi

F. STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Pendahuluan
a. mengucapkaa salam
b. mengabsen siswa
c. menyampaikan kegiatan pokok yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mengelompokan siswa dalam beberapa kelompok.
d. menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dilakukan siswa
e. memotivasi dan memberikan opersepsi kepada siswa

2. Kegiatan Inti
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
a. Guru membagikan LKS dan alat peraga kepada siswa a. Menerima LKS dan alat peraga

b. Menampilkan alat peraga dan mmemberikan penjelasan secukupnya. b. Memperhatikan alat peraga yang ditampilkan oleh guru
c. Meminta siswa untuk membaca dan memahami isi LKS tersebut c. Membaca dan memahami isi LKS
d. Meminta siswa dalam masing-masing kelompok untuk mengerjakan dan mendiskusikan isi LKS tersebut d. Diskusi kelompok dan mengerjakan LKS
e. Memotivasi siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami LKS tersebut e. Memperhatikan dan bertanya kepada guru bila ada yang mengalami kesulitan
f. Bila setiap kelompok telah selesai mengerjakan LKSnya maka masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya f. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di hadapan kelompok lain
g. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang tampil g. Menanggapi hasil pekerjaan kelompok yang tampil
h. Guru memberikan penguatan terhadap hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok

3. Penutup
a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi tentang konsep penjumlahan pecahan
b. Guru memberikan tes akhir tindakan
G. SUMBER PELAJARAN/BAHAN

a. Buku matematika kelas IV, Cempaka Putih
b. LKS
c. Alat Peraga

H. PENILAIAN

a. Jenis Tagihan
Tugas Individu

c. Bentuk instrumen
Uraian

Contoh Instrumen
1. Hitunglah
a. + = ….
b. + = …
c. + = …
d. = ….
e. + =….

RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS II

Sekolah : SDN INP. 2 Kayumalue Ngapa
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/Semester : IV/II
Pokok Bahasan : Pecahan
Sub Pokok Bahasan : Pengurangan Pecahan
Alokasi Waktu : 3 X 45 menit

A. STANDARD KOMPETENSI
Menggunakan Pecahan dalam pemecahan masalah

B. KOMPETENSI DASAR
Pengurangan Pecahan

C. INDIKATOR PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
Siswa dapat menyelesaikan operasi pengurangan pecahan

D. MATERI POKOK
Pengurangan pecahan

E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN
a. Pendekatan : Teori belajar Bruner(diseovery learning)
b. Metode Pembelajaran : demonstrasi, tanya jawab, diskusi

F. STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Pendahuluan
a. mengucapkaa salam
b. mengabsen siswa
c. menyampaikan kegiatan pokok yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mengelompokan siswa dalam beberapa kelompok.
d. menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dilakukan siswa
e. memotivasi dan memberikan opersepsi kepada siswa

2. Kegiatan Inti

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
a. Guru membagikan LKS dan alat peraga kepada siswa a. Menerima LKS dan alat peraga

b. Menampilkan alat peraga dan mmemberikan penjelasan secukupnya. b. Memperhatikan alat peraga yang ditampilkan oleh guru
c. Meminta siswa untuk membaca dan memahami isi LKS tersebut c. Membaca dan memahami isi LKS
d. Meminta siswa dalam masing-masing kelompok untuk mengerjakan dan mendiskusikan isi LKS tersebut d. Diskusi kelompok dan mengerjakan LKS
e. Memotivasi siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami LKS tersebut e. Memperhatikan dan bertanya kepada guru bila ada yang mengalami kesulitan
f. Bila setiap kelompok telah selesai mengerjakan LKSnya maka masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya f. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di hadapan kelompok lain
g. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang tampil g. Menanggapi hasil pekerjaan kelompok yang tampil
h. Guru memberikan penguatan terhadap hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok

3. Penutup
a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi tentang konsep pengurangan pecahan
b. Guru memberikan tes akhir tindakan
G. SUMBER PELAJARAN/BAHAN
a. Buku matematika kelas IV, Cempaka Putih
b. LKS
c. Alat Peraga

H. PENILAIAN
a. Jenis Tagihan
Tugas Individu
b. Bentuk instrumen
Uraian

Contoh Instrumen
1. Hitunglah
a. – =….
b. – = …
c. – = …
d. – = ….
e. – =….

FORMAT PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR
kelompok Nama siswa Tingkat Kemampuan Keterangan
I Nurhidayat Tinggi
Musdalifah Sedang
Erva Delvira Sedang
Turmin Sedang
Adit Rendah S
II Awal Tinggi
Miftahuljanah Sedang
Ila Fadilah Sedang
Anan Rendah S
Jihan Rendah
III Dini Tinggi
Firda Sedang
Yanti Sedang
Musrin Rendah
IV Tawakal Tinggi
Marselina Sedang
Moh. Alwi Sedang
Fajar Rendah
Nanang Rendah S
V Amar Tinggi
Ririn Sedang
Farjan Sedang
Nurafni Rendah
VI Iyan Pribadi Tinggi
Nurul Sedang
Abdul Azis Sedang
Sigit Sedang
Masnun Rendah S

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SIKLUS I

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
POKOK BAHASAN : PECAHAN
SUB POKOK BAHASAN : PENJUMLAHAN PECAHAN
KELAS / SEMESTER : IV /
WAKTU :
KELOMPOK :

A. Petunjuk
• Bacalah dengan cermat serta pahami dengan baik setiap kalimat dalam LKS ini.
• Jawab dan isilah titik-titik pada LKS itu dari setiap pertanyaan yang ada.
• Tanyakan kepada guru kalian bila ada hal-hal yang dianggap kurang jelas.

B. Kegiatan
1. Perhatikan alat-alat peraga yang ada di atas meja kalian, kemudian lakukan percobaan dengan mengingat ketentuan :
– Untuk mencari jumlah, sambungkan bagian masing-masing memanjang keluar sebagai pernyataan penambahan
– Selanjutnya carilah potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan-potongan tersambung.
2. Lakukan peragaan-peragaan di bawah ini !

Peragaan Hitunglah Hasil
I. Satu bagian dari tiga bagian yang sama ditambah satu bagian dari tiga bagian yang sama
II. Empat bagian dari sepuluh bagian yang sama ditambah tiga bagian dari sepuluh bagian yang sama.
III. Satu bagian dari tiga bagian yang sama ditambah satu bagian dari empat bagian yang sama
IV Empat bagian dari enam bagian yang sama ditambah dua bagian dari enam bagian yang sama.
V Dua bagian dari tiga bagian yang sama ditambah dua bagian dari sembilan bagian yang sama

3. Gambarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada No. 2 di atas !

Peragaan Gambar
I.
II..
III.
IV.
V.

2. Dengan memisalkan operasi penjumlahan (+) maka didapatkan pada percobaan.

Peragaan Pecahan I Pecahan II Operasi Penjumlahan Hasil
I.
II.
III.
IV.
V.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SIKLUS II

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
POKOK BAHASAN : PECAHAN
SUB POKOK BAHASAN : PENGURANGAN PECAHAN
KELAS / SEMESTER : IV /
WAKTU :
KELOMPOK :

A. Petunjuk
• Bacalah dengan cermat serta pahami dengan baik setiap kalimat dalam LKS ini.
• Jawab dan isilah titik-titik pada LKS itu dari setiap pertanyaan yang ada.
• Tanyakan kepada guru kalian bila ada hal-hal yang dianggap kurang jelas.

B. Kegiatan
1. Perhatikan alat-alat peraga yang ada di atas meja kalian, kemudian lakukan percobaan dengan mengingat ketentuan :
– Untuk mencari selisih, sambungkan bagian masing-masing memanjang keluar sebagai pernyataan pengurangan
– Selanjutnya carilah potongan karton yang lain sama panjang dengan potongan-potongan tersambung.

2. Lakukan peragaan-peragaan di bawah ini !

Peragaan Hitunglah Hasil
I. Empat bagian dari tujuh bagian yang sama dikurangi dua bagian dari tujuh bagian yang sama
II. Tujuh bagian dari sembilan bagian yang sama dikurangi tiga bagian dari sembilan bagian yang sama.
III. Satu bagian dari dua bagian yang sama dikurangi satu bagian dari tiga bagian yang sama
IV Dua bagian dari tiga bagian yang sama dikurangi dua bagian dari enam bagian yang sama.
V Dua bagian dari enam bagian yang sama dikurangi satu bagian dari empat bagian yang sama
3. Gambarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada No. 2 di atas !

Peragaan Gambar
I.
II..
III.
IV.
V.

4. Dengan memisalkan operasi penjumlahan (-) maka didapatkan pada percobaan.
Peragaan Pecahan I Pecahan II Operasi Pemgurangan Hasil
I.
II.
III.
IV.
V.

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU
TINDAKAN SIKLUS II

NAMA GURU :
POKOK BAHASAN :
SUB POKOK BAHASAN :
KELAS/SEMESTER :
HARI/TANGGAL :
TEMPAT :

No AKTIVITAS SKOR PENGAMATAN
1 2 3 4
1 2 3 4 5 6
A. Pendahluan
1. Mengucapkan salam
2. Mengabses siswa
3. Menyampaikan Kompetensi dasar dan Indikator
pencapaian hasil
4. Kegiatan Apersepsi
B. Kegiatan Inti
1. Membagikan LKS dan Alat Peraga
2. Memberikan penjelasan secukupnya dalam
menyelesaikan soal dengan alat peraga
3. Meminta siswa untuk membaca dan memahami LKS
4. Meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya
dalam menyelesaikan LKS
5. Memotivasi dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan LKS
6. Meminta siswa untuk masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pekerjaannya dalam
menyelesaikan LKS
7. Memberi kesempatan kepada kelompo lain untuk
menanggapi pekerjaan kelompok yang tampil
8. Memberikan penguatan terhadap hasil belajar siswa
baik secara individu maupun kelompok
C. Kegiatan Penutup
1. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
2. Memberikan tes akhir
Keterangan:
1 = Sangat Kurang Baik
2 = Kurang Baik
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Palu, ……………………………..
Pengamat

( )
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
TINDAKAN SIKLUS II

NAMA SISWA :
POKOK BAHASAN :
SUB POKOK BAHASAN :
KELAS/SEMESTER :
HARI/TANGGAL :
TEMPAT :

No AKTIVITAS SKOR PENGAMATAN
1 2 3 4
1 2 3 4 5 6
1. Pendahluan
a. Motivasi
b. Mendengarkan dan memperhatikan untuk materi
prasyarat
2. Kegiatan Inti
a. Mendengarkan penjelasan guru atau teman
b. Membaca dan mengerjakan LKS
c. Mengajukan pertanyaan
d. Merespon pertanyaan guru atau rekannya
e. Meminta bantuan guru dalam menyelesaikan masalah
f. Terampil mengkomunikasikan hasil yang ditemukan
dalam percobaan
g. Aktif dalam diskusi kelompok
3. Penutup
a. Menyimpulkan materi
b. Mengerjakan soal latihan

Keterangan:

1 = Sangat Kurang Baik
2 = Kurang Baik
3 = Baik
4 = Sangat Baik

Palu, ……………………….
Pengamat

( )

TES AWAL

Nama :
Hari/Tanggal :
Waktu : 60 menit

Petunjuk : Kerjakan soal-soal di bawah ini dan tuliskan jawaban di tempat yag disediakan

Soal

1. Manakah yang menyatakan “pembilang“ dan penyebut di bawah ini?
a.
b.
Jawab:
a.

b.

2. Tulislah kalimat di bawah ini dalam bentuk pecahan!
a. Sepertiga

b. Enampertujuh

Jawab:

a.

b.

3.. Manakah di antara pecahan-pecahan berikut yang senilai?
a. dan

b. dan

Jawab:
a.

b.

4. selesaikan penjumlahan pecahan-pecahan berikut ini !
a. + = ….
b. + =…
c. + = …
Jawab:
a.

b.

c.

5. Selesaikan penguirangan pecahan berikut ini !
a. – = ….
b. – = ….
c. – = ….
Jawab:
a.

b.

c.

TES TINDAKAN I

SOAL

1. + =

2. + =

3. + =

4. + =

5. + =

TES TINDAKAN II

SOAL

1. – =

2. – =

3. – =

4. – =

5. – =

ANALISIS HASIL TES AWAL

No. N a m a S i s w a Nomor dan Skor Soal Skor Total 17 Skor Total (%) Keterangan
1 2 3 4 5 T BT
2 2 1 6 6
1. Abdul Aziz 2 2 1 2 2 9 52,94 
2. Adit 1 1 0 2 2 6 35,29 
3. Amar 2 2 1 3,5 3,5 12 70,59 
4. Anan 0 0 0 2 2 4 23,53 
5. Awal 2 2 1 4 4,5 13,5 79,41 
6. Dini 2 2 1 3,5 4 12,5 73,53 
7. Elva Delvira 2 2 2 1 2 9 52,94 
8. Fajar 1 1 0 3,5 2 7,5 44,12 
9. Farjan 2 2 1 4,5 2,5 11,5 67,65 
10. Firda 2 2 1 2,5 4 11,5 67,65 
11. Ila Faradila 2 2 1 2,5 2,5 10 58,82 
12. Iyan Pribadi 2 2 1 3,5 3,5 12 70,59 
13. Jihan 2 2 0 2 2 8 47,06 
14. Marselina 2 2 1 2,5 4 11,5 67,65 
15. Masnun 1 2 0 2 2 7 41,18 
16. Miftahuljanah 2 2 1 3 3,5 11,5 67,65 
17. Muh.Alwi 2 2 1 3 3,5 11,5 67,65 
18. Musdalifah 2 2 1 3,5 3 11,5 67,65 
19. Musrin 1 1 1 2 1 6 35,29 
20. Nanang 1 1 0 1 2 5 29,41 
21. Nurafni 2 1 1 1 2 7 41,18 
22. Nur Hidayat 2 2 1 4 4 13 70,47 
23. Nurul 2 2 1 2 2 9 52,94 
24. Ririn 2 2 1 2,5 2,5 10 58,82 
25. Tawakal 2 2 1 4 4 13 76,47 
26. Turmin 2 1 1 3 2 9 52,94 
27. Sigit 1 2 1 3 2 9 52,94 
28. Yanti 2 2 0 2 3,5 9,5 55,88 
Skor Yang dicapai 48 48 21 75,5 77,5 270
Skor Ideal 56 56 28 168 168 476
% Skor yang Dicapai 85,71 85,71 75 44,94 46,13 56,67

Keterangan:
T = Tuntas 12 orang atau x 100 % = 42,86 %
BT = Belum Tuntas 16 Orang atau x 100 % = 57,14 %

Daya Serap Kalsikal = 56,67 %

ANALISIS HASIL TES AKHIR TINDAKAN SIKLUS I

No. N a m a S i s w a Nomor dan Skor Soal Skor Total 17 Skor Total (%) Keterangan
1 2 3 4 5 T BT
2 2 4 4 4
1. Abdul Aziz 2 2 4 2 3 13 81,25 
2. Adit 2 2 4 2 2 12 75 
3. Amar 2 2 4 3 3 14 87,5 
4. Anan 2 2 3 2 2 11 68,75 
5. Awal 2 2 4 4 4 16 100 
6. Dini 2 2 4 4 3 15 93,75 
7. Elva Delvira 2 2 4 3 2 13 81,25 
8. Fajar 2 2 4 4 2 14 87,5 
9. Farjan 2 2 4 4 3 15 93,75 
10. Firda 2 2 4 3 3 14 87,5 
11. Ila Faradila 2 2 3 4 3 14 87,5 
12. Iyan Pribadi 2 2 4 4 2 14 87,5 
13. Jihan 2 2 4 3 2 13 81,25 
14. Marselina 2 2 4 3 2 13 81,25 
15. Masnun 2 2 3 3 2 12 75 
16. Miftahuljanah 2 2 4 4 3 15 93,75 
17. Muh.Alwi 2 2 4 2 2 12 75 
18. Musdalifah 2 2 3 3 3 13 81,25 
19. Musrin 2 2 3 2 2 11 68,75 
20. Nanang 2 2 2 2 2 10 62,5 
21. Nurafni 2 2 3 2 2 11 68,75 
22. Nur Hidayat 2 2 4 4 3 15 93,75 
23. Nurul 2 2 3 2 3 12 75 
24. Ririn 2 2 3 3 3 13 81,25 
25. Tawakal 2 2 2 3 4 13 81,25 
26. Turmin 2 2 2 4 4 14 87,5 
27. Sigit 2 2 2 3 3 12 75 
28. Yanti 2 2 4 2 3 13 81,25 
Skor Yang dicapai 56 56 96 84 75 36
Skor Ideal 56 56 112 112 112 448
% Skor yang Dicapai 100 100 85,71 75 66,96 81,92

Keterangan:
T = Tuntas 27 orang atau x 100 % = 96,43 %
BT = Belum Tuntas 1 Orang atau x 100 % = 3,57 %

Daya Serap Kalsikal = 81,92 %

ANALISIS HASIL TES AKHIR TINDAKAN SIKLUS II
No. N a m a S i s w a Nomor dan Skor Soal Skor Total 16 Skor Total (%) Keterangan
1 2 3 4 5 T BT
2 2 4 4 4
1. Abdul Aziz 2 2 4 4 3 15 93,75 
2. Adit 2 2 4 3 3 14 81,75 
3. Amar 2 2 4 3 4 15 93,75 
4. Anan 2 2 4 3 3 14 81,75 
5. Awal 2 2 4 4 4 16 100 
6. Dini 2 2 4 4 3 15 93,75 
7. Elva Delvira 2 2 4 3 3 14 81,75 
8. Fajar 2 2 4 3 4 15 93,75 
9. Farjan 2 2 3 4 4 15 93,75 
10. Firda 2 2 4 4 3 15 93,75 
11. Ila Faradila 2 2 4 4 3 15 93,75 
12. Iyan Pribadi 2 2 4 4 3 15 93,75 
13. Jihan 2 2 4 3 2 13 93,75 
14. Marselina 2 2 4 3 2 13 93,75 
15. Masnun 2 2 3 3 4 14 81,75 
16. Miftahuljanah 2 2 3 4 4 15 93,75 
17. Muh.Alwi 2 2 3 3 4 14 81,75 
18. Musdalifah 2 2 3 3 3 13 93,75 
19. Musrin 2 2 3 3 2 12 75 
20. Nanang 2 2 3 3 3 13 93,75 
21. Nurafni 2 2 3 3 3 13 93,75 
22. Nur Hidayat 2 2 4 3 3 15 93,75 
23. Nurul 2 2 3 3 3 13 93,75 
24. Ririn 2 2 4 3 4 15 93,75 
25. Tawakal 2 2 2 4 4 14 81,75 
26. Turmin 2 2 4 4 2 14 81,75 
27. Sigit 2 2 2 3 3 12 75 
28. Yanti 2 2 3 3 4 14 81,75 
Skor Yang dicapai 56 56 98 95 90 395
Skor Ideal 56 56 112 112 112 448
% Skor yang Dicapai 100 100 87,5 84,82 80,36 88,17

Keterangan:
T = Tuntas 28 orang atau x 100 % = 100 %

Daya Serap Kalsikal = 88,17 %

ANALISIS HASIL EVALUASI EMPAT SUBJEK PNELITIAN TES TINDAKAN SIKLUS I

No. N a m a S i s w a Pencapaian skor tiap butir Skor Total 17 Skor Total (%) Keterangan
1 2 3 4 5 T BT
1. Adit 2 2 4 2 2 12 75 
2. Anan 2 2 3 3 2 11 68,75 
3. Musrin 2 2 3 2 2 11 68,75 
4. Nanang 2 2 2 2 2 10 62,5 
Junlah skor per butir soal 8 8 12 8 8 44
Skor Ideal 2 2 4 4 4 16
Skor pembagi 8 8 16 16 16 64
% Skor yang Dicapai 100 100 75 50 50 68,75

Keterangan:
Ketuntasan belajar : x 100 % = 75 %
Rata-rata daya serap individu subjek = 68,75

Daya Serap Kalsikal = 68,75 %

ANALISIS HASIL EVALUASI EMPAT SUBJEK PNELITIAN TES TINDAKAN SIKLUS II

No. N a m a S i s w a Pencapaian skor tiap butir Skor Total 17 Skor Total (%) Keterangan
1 2 3 4 5 T BT
1. Adit 2 2 4 4 3 15 93,75 
2. Anan 2 2 4 3 3 14 81,75 
3. Musrin 2 2 3 3 2 12 75 
4. Nanang 2 2 3 3 3 13 81,25 
Junlah skor per butir soal 8 8 14 13 11 54
Skor Ideal 2 2 4 4 4 16
Skor pembagi 8 8 16 16 16 64
% Skor yang Dicapai 100 100 87,5 81,25 68,75 84,38

Keterangan:
Ketuntasan belajar : x 100 % = 100 %
Rata-rata daya serap individu subjek = 84,38

Daya Serap Kalsikal = 84,38 %

TRANSKRIP WAWANCARA

Transrip Wawancara Siklus I
Peneliti : Assalamu alaikum, anak-anak!
S1, S2, S3, S4 : Waalaikum Salam Bu (serempak)
Peneliti : Silahkan duduk, Ibu hanya bertanya pada kalian berempat sekitar pelajaran matematika yang Ibu bawakan. Kalian tidak keberatan bukan?
S1, S2, S3, S4 : Tidak Bu!
Peneliti : Bagaimana pendapat Subjek S1 tentang belajar matematika yang Ibu bawakan?
S1 : Senang Bu, karena saya sudah mengerti tentang penjumlahan pecahan.
Peneliti : Nah kalau begitu, coba ulangi cara-cara untuk penjumlahan pecahan baik yang berpenyebut sama maupun berpenyebut tidak sama.
S1 : Kalau penjumlahan pecahan berpenyebut sama Bu, cukup pembilangnya saja yang dijumlahkan tetapi penyebutnya tetap. Kalau penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, sebelumnya dicari dulu pecahan senilai dari kedua pecahan yang mau dijumlahkan dengan penyebut yang sama, lalu setelah itu dijumlahkan pembilangnya saja, tetapi penyebutnya tetap.
Peneliti : Nah menurut kalian bertiga, apa benar yang dikatakan temanmu S1 tadi?
S2, S3, S4 : Benar Bu…!
Peneliti : Benar apanya, coba S4 kamu ulangi yang diucapkan S1 tadi.
S4 : Bagini Bu, penjumlahan pecahan berpenyebut sama, cukup pembilang dijumlahkan tetapi penyebutnya tetap. Sedangkan penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama, terlebih dahulu dicari pecahan senilai yang berpenyebut sama dari kedua pecahan yang mau dijumlahkan. Setelah itu Bu, caranya sama seperti penjumlahan pecahan berpenyebut sama, begitu Bu!
Peneliti : Bagus sekali, jawaban kalian sangat tepat. Bagaimana dengan kalian berdua (Subjek S2, S3).
S2, S3 : Sudah mengerti Bu!
Peneliti : Nah, sekarang kalian lihat jawaban kalian (sambil memperhatikan lembar jawaban keempat subjek).
S1 : Bu… kenapa nomor 4 dan 5 salah?
Peneliti : Bukan Cuma Subjek S1 yang jawaban salah, tapi kalian berempat yang Ibu lihat masih bingung pada penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama.
S4 : Iya Bu saya masih bingung.
Peneliti : Coba kalian berempat lihat soal nomor 4 dan 5!
S1 : Bu, sayaaa memang salah karena tadi saya keasyikan dan lupa kalau ternyata soal nomor 4 adalah penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama.
Peneliti : Na, itu dia. Makanya dalam menyelesaikan soal diperhatikan baik-baik dulu sebelum menjawabnya.
S2 : Iya Bu, saya juga begitu Bu.
Peneliti : Sekarang kalian tahu kan kesalahan kalian.
Nah, Ibu mau tanya lagi pada Subjek S4 soal nomor 3 (sambil memperhatikan jawabannya). Apa yang salah dari hasil pekerjaanmu?
S4 : mm… Apa ya? Oh ya Bu, ternyata salah dalam menjumlahkan pembilangnya, karena tadi saya buru-buru dalam menyelesaikannya.
Peneliti : Oh begitu … makanya sekali lagi Ibu ingatkan jangan terburu-buru dalam menyelesaikan soal. Dan bila sudah selesai coba periksa ulang jawabannya siap tahu masih ada pekerjaan yang salah.
Nah, sekarang Ibu mau tanya kepada Subjek S3, coba perhatikan soal nomor 2 dalam soal itu apaakah penyebutnya sama!
S3 : Tidak Bu
Peneliti : Tepat sekali, nah jika penyebutnya tidak sama, apakah caranya sama dengan penjumlahan pecahan tidak sama.
S3 : Tidak Bu, terlebih dahulu dicari pecahan senilai.
Peneliti : Bagus sekali, sekarang coba perhatikan jawabanmu.
S3 : Iya Bu, saya masih salah karena tadi saya sudah ingat untuk mencari pecahan senilai, tapi saya lupa caranya bagaiman.
Peneliti : Oh gitu, siapa diantara kalian bisa bantu temanmu Subjek S4?
S2 : Saya Bu, caranya pembilang dan penyebut dikalikan dengan bilangan yang sama Bu.
Peneliti : Tepat sekali, nah apakah Subjek S3 sudah mengerti.
S3 : Iya Bu.
Peneliti : Oke… Ibu rasa cukup sekian dulu. Ibu ingatkan kepada kalian dengan mengerjakan soal jangan terburu-buru dan jangan lupa kalian tetap rajin untuk belajar sehingga nilainya bisa lebih meningkat.
S1, S2, S3, S4 : Iya Bu (serempak)

Transrip Wawancara Siklus II
Peneliti : Assalamu alaikum, anak-anak!
S1, S2, S3, S4 : Waalaikum Salam Bu (serempak)
Peneliti : Sekarang Ibu melakukan tanya jawab lagi mengenai tes tindakan siklus II tentang pengurangan pechan. Apakah kalian masih ingat soal yang kemarin.
S1, S2, S3, S4 : Lupa Bu
Peneliti : Iya, sekarang Ibu bagikan hasil pekerjaan kalian. Dari hasil pekerjaan Subjek S1 nomor 1, 2, dan 3 tidak ada masalah lagi, begitu juga dengan kalian bertiga, tetapi soal nomor 3, 4 dan 5 jawabanmu belum sempurna.
S1 : Oh, iya Bu.
Peneliti : Sekarang perhatikan nomor yang tadi Ibu ucapkan dan tolong dijelaskan, mengapa demikian?
S3 : Oh ya Bu (sambil melihat soal nomor 3, 4 dan 5). Soal nomor 3 dan 4 saya salah mengerjakannya, mungkin karna saya grogi dan tidak sempat untuk mengecek kembali, kalau nomor 4 karena waktunya sudah habis dan saya tidak sempat menyelesaikannya.
Peneliti : Oh begitu, nah kalau begitu coba kamu kerjakan kembali.
S3 : Baik Bu (sambil mengerjakan soal)
Peneliti : Bagus ternyata kamu bisa mengerjakannya. Nah sekarang S1 mengapa kamu tidak menyelesaikan dengan benar untuk soal nomor 4 dan 5.
S1 : Saya tidak menyelesaikannya karena waktunya sudah selesai Bu, padahal saya bisa ko untuk mejawab dengan benar.
Peneliti : Oh begitu …, kalau subjek S2 apa alasanmu sehingga jawabanmu hanya sampai begini (sambil menunjukkan hasil pekerjaannya).
S2 : Tadi saya sudah pusing Bu.
Peneliti : Kenapa pusing.
S2 : Bagaimana, waktu saya mengerjakan soal sepotong-sepotong belum selesai nomor empat, saya pindah ke nomor 5 dan tidak terasa waktunya sudah habis.
Peneliti : Oh begitu, tapi kamu bisa melanjutkannya kan?
S2 : Bisa Bu.
Peneliti : Nah, coba kamu kerjakan kembali.
S2 : Baik bu (sambil mengerjakan soal)
Peneliti : Bagus ternyata kamu bisa. Nah sekarang giliran kamu Subjek S4, mengapa pekerjaanmu jawabannya seperti ini (sambil menunjukkan hasil pekerjaannya)
S4 : Sama Bu, saya tadi terburu-buru mengerjakannya.
Peneliti : Baik, Ibu rasa cukup sekian dulu dan Ibu ucapkan terima kasih banyak atas kesempatannya. Dan Ibu berpesan tingkatkan belajar kalian supaya hasilnya bisa meningkat lagi.
S1, S2, S3, S4 : Iaya Bu (serempak)