Budidaya udang windu secara monokultur tak pernah lepas dirundung masalah penurunan bahkan kegagalan produksi. Guna mengatasi kendala tersebut, kini para petambak menerapkan budidaya udang windu secara polikultur, salah satunya budidaya pembesaran bersamaan dengan ikan bandeng. Budidaya polikultur ini cukup menguntungkan petambak, karena bisa panen dua komoditas sekaligus dalam satu siklus budidaya. Tak hanya untung secara ekonomis, dari segi teknis pemeliharaan juga lebih mudah dan murah. Karena gerakan ikan bandeng dapat menciptakan riak air yang dapat berfungsi sebagai kincir alternatif untuk pemasok oksigen terlarut maupun untuk menghindari terjadinya stratifikasi (pelapisan) suhu dalam air.Secara biologis persyaratan parameter kualitas air untuk kehidupan udang dengan bandeng sama, keduanya tidak akan saling kanibal karena udang windu hidupnya didasar sedangkan bandeng dipermukaan air.
Tahapan produksi pada polikultur bandeng dan windu sama halnya dengan budidaya udang windu pada umumnya, dengan perbedaan pada komposisi padat tebar udang windu dan ikan bandeng. Keuntungan bias lebih dimaksimalkan dengan peningkatan padat tebar udang windu tapi harus memperhatikan kesuburan tambak karena pemberian pakan dilakukan pada bulan kedua. Komposisi padat tebar udang akan lebih tinggi dibandingkan ikan bandeng karena karasteristik ikan bandeng yang aktif mencari makan sehingga bisa menggangu konsumsi makan udang windu. Selain itu, rentang waktu penebaran juga diatur dengan penebaran udang windu lebih awal dan 1-2 minggu kemudian penebaran bandeng kedalam tambak. Pemupukan dilakukan sesuai dengan kondisi kesuburan kolam, bila pakan alami bandeng (klekap) mulai berkurang, maka pupuk ditambahkan untuk mempertahankan populasi klekap dalam tambak. Pemanenan dapat dilakukan dengan menilai laju pertumbuhan kedua komoditas tersebut. Pemanenan bisa dilakukan secara bertahap maupun sekaligus tergantung dari harga komoditas tersebut di pasar.