Sel Radang (Leukosit)

Leukosit bermigrasi ke jaringan, tempat leukosit melakukan berbagai fungsinya. Di jaringan juga sebagian besar leukosit akan mati melalui proses apoptosis (Junqueira, 2012).

Ada 5 tipe sel darah putih (leukosit) yang berada di sirkulasi. Leukosit dibagi menjadi 2 kelompok utama berdasarkan bentuk nukleus dan granul-granul sitoplasmanya, sebagai berikut:

  • Granulosit
  • Neutrofil
  • Eosinofil
  • Basofil
  • Leukosit mononuklear (Agranulosit)
  • Limfosit
  • Monosit (Young et al, 2006)

Granulosit memiliki 2 jenis granul yaitu granul spesifik, yang mengikat komponen netral, basa atau asam dari campuran pewarna dan memiliki fungsi khusus. Granul yang lain adalah granul azurofilik yang terpulas ungu dan merupakan lisosom. Inti granulosit memiliki 2 atau lebih lobus. Agranulosit tidak memiliki granul spesifik, namun sel ini mengandung granul azurofilik (lisosom) yang mengikat zat warna azur pada pulasan ini. Inti agranulosit berbentuk bulat atau berlekuk (Junqueira, 2012).

Neutrofil

Neutrofil membentuk 60-70 % komponen dari sel darah putih yang beredar. Diameter neutrofil 12-15 µm (pada sediaan apus darah), dengan inti yang terdiri atas 2-5 (biasanya 3) lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin halus. Neutrofil adalah sel berumur pendek, dengan waktu paruh 6-7 jam dan memiliki waktu hidup selama 1-4 hari dalam jaringan ikat, tempat neutrofil mati melalui apoptosis. Neutrofil merupakan sel fagosit yang aktif terhadap bakteri dan partikel kecil lainnya. Neutrofil tidak aktif dan berbentuk bulat saat beredar dalam sirkulasi, tetapi saat sel ini melekat di substrat padat seperti kolagen dan matriks ekstrasel, sel ini menjadi aktif dan memperlihatkan gerakan ameboid (Junqueira, 2012).

Eosinofil

Eosinofil memiliki jumlah yang lebih sedikit daripada neutrofil dan merupakan komponen leukosit sebesar 2-4 % dalam darah normal. Pada sediaan apusan darah, ukurannya kurang lebih sama dengan neutrofil selain itu juga mengandung inti bilobus yang khas. Ciri utamanya adalah granul spesifik berukuran besar dan lonjong (sekitar 200 per sel) yang terpulas dengan eosin (Junqueira, 2012).

Basofil

Basofil membentuk kurang dari 1 % leukosit darah, sehingga basofil sulit ditemukan pada pulasan darah normal. Basofil memiliki Diameter 12-15 µm dengan inti yang sering terhalangi granul-granul spesifik diatasnya. Granul sepesifiknya mengandung heparin dan histamine. Basofil dapat melengkapi fungsi sel mast pada reaksi hipersensitivitas cepat dengan cara bermigrasi ke dalam jaringan ikat. Sebagai reaksi terhadap antigen tertentu, basofil dapat melepaskan isi granulnya, seperti halnya sel mast (Junqueira, 2012).

Basofil memiliki nukleus bilobus tetapi biasanya tertutupi oleh sejumlah besar granul sepsifik yang dense dan basofilik (biru gelap). Granul-granulnya lebih besar tetapi lebih sedikit daripada granul eosinofil. Ketika diwarnai dengan pewarnaan dasar, toluidine blue, granulnya mengikat zat warna sehingga mengubah warnanya menjadi merah yang dinamakan fenomena metachromasia (Young et al, 2006).

Limfosit

Limfosit termasuk suatu famili sel berbentuk sferis dengan karakteristik morfologi yang sama. Limfosit dengan diameter 6-8 µm disebut sebagai limfosit kecil. Di dalam sirkulasi, terdapat sedikit limfosit berukuran sedang dan besar dengan diameter mencapai 18 µm. Limfosit yang berukuran lebih besar diyakini adalah sel yang telah diaktifkan oleh antigen spesifik. Limfosit kecil yang dominan dalam darah mempunyai inti sferis dan kadang berlekuk. Kromatinnya padat dan terlihat sebagai gumpalan kasar, sehingga salah satu ciri khas pengenalan limfosit adalah inti yang terlihat gelap pada sediaan rutin. Sitoplasma limfosit kecil sangat sedikit dan tampak sebagai tepian tipis di sekitar inti, bersifat basa lemah dan berwarna biru muda pada sediaan yang terpulas. Lama hidup limfosit bervariasi. Sebagian hanya hidup beberapa hari dan yang lain bertahan di sirkulasi darah bertahun-tahun lamanya. Limfosit adalah satu-satunya jenis leukosit yang kembali ke darah setelah dari jaringan (Junqueira, 2012).

Monosit

Monosit merupakan agranulosit dengan diameter bervariasai antara 12 sampai 20 µm. Intinya lonjong, berbentuk ginjal atau tapal kuda yang umumnya terletak eksentris. Kromatinnya tidak sepadat sepadat inti limfosit. Sitoplasma bersifat basofilik dan sering mengandung granul azurofilik yang sangat halus (lisosom). Granul tersebar di sitoplasma dan memberinya warna keabu-kebiruan pada sediaan yang terpulas (Junqueira, 2012).

Monosit darah bukan sel terminal karena dapat dipandang bahwa monosit merupakan sel prekursor dari sistem fagosit mononuklear. Setelah melewati dinding kapiler dan memasuki jaringan ikat, monosit berkembang menjadi makrofag (Junqueira, 2012).

  1. Junqueira, Luiz. Carneiro, Jose.  2012. Basic Histology: Text & Atlas. 12th edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
  2. Young Barbara et al. 2006. Wheater’s Functional Histology, Fifth edition. New York: El Sevier.