Kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati. Dengan adanya perluasan wilayah kedaulatan dan wilayah kekayaan alam perairan Indonesia, dari semula 2 juta km2 menjadi 9 juta km2, timbul tantangan baru yang perlu ditangani secara serius. Salah satunya adalah terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki, sementara sumber daya alam melimpah. Daerah perairan Indonesia yang mempunyai cukup panjang pantai untuk dapat dimanfaatkan dalam menunjang kebutuhan hidup di bidang pangan (Laode, 1999).
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat didunia cenderung memilih makanan sehat dan menyehatkan didasarkan pada fungsi fisiologisnya. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya fungsi fisiologis, maka zat yang terkandung di dalam makanan terutama diarahkan untuk pencegahan timbulnya masalah gizi utama di masyarakat. Masalah gizi tersebut terjadi karena pergeseran pola konsumsi yang tidak sehat, kesalahan diet dan kesalahan dalam memilih makanan.
Salah satu masalah gizi utama yang banyak terjadi pada masyarakat Indonesia adalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Hal ini terjadi sebagai akibat dari defisiensi iodium yang menimbulkan beberapa gangguan kesehatan diantaranya pertumbuhan menjadi terhambat, retardasi atau keterbelakangan mental, penurunan tingkat kecerdasan (IQ), kretinisme atau kerdil dan gondok.
Salah satu bahan pangan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber iodium adalah rumput laut, karena kandungan iodium pada rumput laut sekitar 2.400 sampai 155.000 kali lebih banyak dibandingkan dengan kandungan iodium pada sayur-sayuran yang tumbuh di daratan. Selain kaya iodium, rumput laut juga kaya akan serat pangan . Rumput laut termasuk kelas ganggang (algae) dan yang paling banyak dimanfaatkan dalam bidang pangan adalah dari jenis ganggang merah karena mengandung agar-agar dan karagenan.
Bagi industri makanan, obat-obatan dan kosmetik di dunia, yang menjadi komoditas jenis terbaik untuk di ekspor dari Indonesia adalah jenis Eucheuma, karena industri-industri tersebut banyak memerlukan zat carrageenan yang terdapat di dalam Eucheuma sebagai bahan campuran (additives)(Laode, 1999). Salah satu penyebab utama belum terpenuhinya pasaran rumput laut tersebut adalah masih banyaknya pengusaha rumput laut yang mengandalkan produksi alami melalui kegiatan pengumpulan tanpa disertai kegiatan pembudidayaan. Mengingat rumput laut sekarang merupakan salah satu komoditi ekspor, maka kualitasnya harus selalu dijaga dan ditingkatkan