Reproduksi Cumi – Cumi ( Loligo spp )

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cumi-cumi merupakan sumberdaya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Permintaan dunia akan sumberdaya ini terus meningkat dari tahun ke tahun terutama dari negara-negara asia seperti Jepang, China, Thailand dan Filipina. Jepang sebagai negara yang paing banyak membutuhkan cumi-cumi telah mengembangkan usaha penangkapan yang modern dalam perikanan cumi-cumi.
Di Indonesia sumberdaya cumi-cumi belum terkelola secara maksimal, bahkan di beberapa daerah yang memiliki potensi cumi-cumi cukup besar seperti Teluk Pelabuhanratu cumi-cumi hanya sebagai hasil tangkapan sampingan. Secara umum kegiatan penangkapan cumi-cumi di Indonesia masih berskala tradisional dan dilakukan di daerah perairan yang dangkal. Dengan demikian hanya cumi-cumi pantai yang baru termanfaatkan, sedangkan sumberdaya cumi-cumi lepas pantai belum termanfaatkan.
Cumi-cumi (Loligo spp) masuk dalam kelas Cepalophoda, famili Loligonidae. Hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada kepala terdapat lengan-lengan berjumlah delapan dan dua tentakel yang berguna untuk pergerakan, mencari mangsa, dan proses reproduksi. Mata cephalophoda dapat melihat dan berfungsi seperti vertebrata. Cangkang Loligo spp kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel. Fungsinya di segi ekologi sangat signifikan dalam keseimbangan alam.
Loligo spp merupakan komoditas perikanan yang cukup berperan dalam segi ekologi dan ekonomi. Dimana sebagai hewan karnivora, Loligo spp memakan udang dan kepiting, dan Loligo spp juga merupakan mangsa dari hewan diatasnya seperti lumba-lumba, anjing laut, paus, sehingga keseimbangan alam terjadi. Dari segi ekonomi, cumi-cumi sebagai produk hasil tangkap mempunyai kontribusi cukup tinggi. Cumi-cumi sebagai bahan pangan dengan protein tinggi, dan sebagai umpan pada jaring ikan.

1.2 Tujuan
Memberikan informasi tentang reproduksi cumi-cumi (Loligo spp).
2.Tinjauan Pustaka

2.1 Sistematika

Cephalopoda (dalam bahasa latin, cephale : kepala, podos : kaki) adalah Mollusca yang memiliki kaki di kepala. Tubuh simetri bilaeral, kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat penghisap dan sistem saraf terpusat di kepala berkembang baik, mata dengan kemampuan baik, perenang cepat, kulit ber kromatofor yang dapat berubah warna, dapat merayap atau berenang di dasar. Kelompok hewan ini berbadan lunak dan tidak mempunyai cangkang, kecuali nautilus, dan cumi-cumi yang mempunyai cartilaginous pen tipis di dalam tubuhnya. Mempunyai mantel yang menyelimuti sekeliling tubuh, membentuk kerah yang agak longgar pada bagian leher. Mempunyai sifon yang menyedot air melalui insang dan digunakan untuk menyemprotkan air untuk mendorong, sehingga dapat bergerak dengan cpat. Jenis-jenis Cephalopoda yaitu : cumi-cumi (Loligo spp), sotong (Sepia spp) dan gurita (Octopus spp). Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dengan merayap atau berenang di dasar laut (Romimohtarto dan Juwana, 2007).
Cephalopoda terbagi menjadi tiga ordo yaitu Sepiodea (cuttlefish), Teuthoidea (squid) dan Octopoda (octopus). Ordo Teuthoidea terbagi menjadi dua subordo yaitu subordo Myopsida atau cumi-cumi pantai dengan hanya memiliki satu famili yaitu Loliginidae dan subordo Oegopsida atau cumi-cumi oseanik dengan banyak famili. Namun dari banyak famili anggota subordo Oegopsida yang memiliki nilai ekonomis penting berasal dari satu famili yaitu Ommastrephidae.

Phylum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda (= Siphonopoda)
Ordo : Teuthoidea (= Decapoda)
Family : Loliginidae
Genus :

Gambar 1. Genus-Genus dalam Famili Loligonidae (Vecchione, 2008)

Ciri-ciri cumi-cumi : tubuh elongate, tubular, fin lateral, cangkang internal, pen tulang rawan, mempunyai 8 lengan dan 2 tentakel, penyedot (kadang dengan hook). Mempunyai satu rongga tubuh cukup luas termasuk selaput jantung, rongga gonad, koneksi nophriopericardial, gonoduct, dan ruang lain, semua membentuk satu sistem saling behubungan memperlihatkan modifikasi tingkat tinggi.
Cumi-cumi pantai memiliki banyak spesies ekonomis penting yang menjadi target penangkapan di seluruh belahan dunia, adapun contoh anggota dari genus loligo terpapar pada tabel 1.
Tabel 1 Spesies Cumi-cumi Pantai Genus Loligo, Nama Umumnya dan Distribusi
Spesies Nama Umum Distribusi Geografis
Loligo beka Beka squid Pasific Barat, Jepang Utara, Taiwan, Pulau Hainan
L. duvauceli Indian squid Indopasific, Samudra Hindia, Laut Merah, Laut Cina Selatan, Laut Filipina, Taiwan, Laut Arab
L. edulis Swordtip squid Pasific Barat, Australia Utara, Filipina, Laut Cina Selatan dan Jepang
L. chinensis Mitre squid Pasific Barat, Laut Cina Selatan dan Timur, Jepang, Laut Arafuru, Australia Utara, New South Wales
L. vulgaris Eropean squid Atlantik Timur, Laut Utara, Laut Mediterania
L.forbesi Veined squid Atlantik Timur, Pulau Azores, Pantai Barat Afrika Selatan, Pulau Canary, Laut Mediterania
L. pealei Longfin inshore squid Atlantik Barat, Teluk Meksiko, Laut Caribean
L. opalescens Opalescent inshore squid Pasific timur, California
L. gahi Patagonian squid Samudra Pasific Timur, Atlantik Selatan
L. japonica Japanese squid Pasifik Barat, Laut Timur China, Hokaido Utara
L. plei Slender inshore squid Atlantik Barat, Bazril Selatan, Utara Argentina, Teluk Meksiko, Laut Caribian
Sumber : Roper et al. (1984)

Beberapa jenis cumi-cumi yang ada di Indonesia yang mempunyai nilai jual cukup tinggi adalah Loligo duvaucelli, Loligo edulis, Doryteuthis sp, dan Sepioteuthis lessoniana (Hamzah, 1991). Sepiotheutis lessoniana termasuk dalam jenis cumi dalam famili Loliginidae, tapi bentuk mantelnya sekilas hampir sama dengan sotong, sehingga cumi S. lessoniana atau bigfin squid ini lebih dikenal dengan nama sotong. Siklus hidupnya relatif singkat yaitu: 4 bulan, dan pertumbuhannya meningkat drastis setelah berumur lebih dan 10 minggu. (Delianis dan Murdjani, 2008).
Contoh gambar cumi-cumi, beberapa diantaranya dapat ditemukan di Indonesia :

Loligo duvaucelii
Sumber : www.seasonscatch.com
diakses tanggal 29 Januari 2010

Loligo Edulis
Sumber : www.shell.sinica.edu.tw
diakses tanggal 29 Januari 2010

Sepioteuthis lessoniana
Sumber : www.deepseeimages.com
diakses tanggal 29 Januari 2010

Loligo opalescens
Sumber: www.seaotter.com
diakses tanggal 29 Januari 2010

2.2 Morfologi
Cumi-cumi adalah hewan bertubuh lunak dengan bentuk tubuh memanjang silindris dan bagian belakang meruncing dengan sepasang sirip berbentuk segitiga. Cumi-cumi subordo myopsida memiliki sepasang mata yang tertutup oleh membran di samping kepala dan juga memiliki eye pore yang terletak di atas mata.
Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel berukuran tebal, berotot dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh sisi serta memiliki tepi yang disebut sebagai leher (Pelu, 1988 dalam Taswiruddin, 1995). Warna mantel putih dengan bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir.
2.3 Informasi Tentang Loligo spp
Loligo spp dan sotong memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek, dan gurita memiliki 8 tentakel. Kaki (tentakel) ini berfungsi sebagai tangan untuk mencari, merasa dan menangkap makanan.
Makanannya berupa kepiting atau invertebrata lainnya. Sebagai hewan pemangsa, cumi-cumi bergerak cepat dengan berenang. Loligo spp mempunyai sirip yang elastis pada mantelnya, dimana sebagai organisme pelagis (dalam aktivitas berenang) sirip tersebut digunakan dalam manuver, mengendalikan, dan menstabilkan gerakan.
Tubuh Loligo spp dibedakan atas kepala dan badan. Di depan kepala terdapat mata yang besar dan tidak berkelopak. Mata ini berfungsi sebagai alat untuk melihat. Masih di dekat kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke belakang, sifon akan menyemprotkan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya. Di bagian perut tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya Loligo spp menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh.
Sistem pembuluh darah Loligo spp adalah sistem pembuluh darah tertutup. Hewan ini bernafas dengan insang yang terdapat di rongga mantel, sedangkan ekskresi dilakukan dengan ginjal.
Cephalopoda memiliki sistem saraf yang berpusat di kepalanya menyerupai otak. Sistem syaraf ini berkoordinasi dengan kontraksi mantel, yang akan menyemprotkan air melalui siphon sehingga akan menghasilkan tekanan air seperti jet. Dengan didukung oleh mata dan sel kulit aktif chromatophore maka cumi-cumi mempunyai kemampuan untuk merubah warna kulit sesuai dengan lingkungan (camoflge).
Sistem reproduksi Loligo spp berlangsung secara seksual. Loligo spp memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus). Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang terletak dekat ujung rongga mantel. Pembuahan berlangsung secara internal dan menghasilkan telur dalam kapsul.
Untuk lebih jelas maka dapat dilihat dari anatomi Loligo spp pada Gambar 3.

Sumber : http://www.thecephalopodpage.org/cephschool/ diakses tanggal 29 Januari 2010

Keterangan :
1. Lengan Hectocotylus 9. Kelenjar Nidamental
2. Lengan 10. JantungSistemik
3. Tentakel 11. Jantung Insang (brachial)
4. Sifon 12. Kantung tinta
5. Mantel 13. Hati
6. Chromatophore 14. Letak pen
7. Fin 15. Radula
8. Lambung 16. Paruh
Gambar 3. Anatomi Cumi-Cumi (Loligo spp)
Keterangan lebih lanjut :
Organ Keterangan / Fungsi
Mata Melihat
Paruh Merobek makanan menjadi bagian lebih kecil untuk ditelan
Penyedot (sucker) Menyerang mangsa dan menjaga diri
Lengan Memegang mangsa dan mentransfer paket sperma ke betina
Tentakel Memegang mangsa dan menariknya ke lengan dan mulut
Mantel / Sifon Kontraksi mantel dan arah propulsi diatur oleh sifon
Fin Membantu manuver, menjaga keseimbangan di kolom air
Chromatophore Perubahan warna kulit untuk mengindikasikan perkawinan, perburuan, dan peringatan

Sistem pencernaan makanan terdiri atas : mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus buntu, usus, dan anus. Letak mulut pada bagian tengah dimana terdapat paruh yang berguna untuk merobek dan mengunyah makanan. Juga dilengkapi dengan kelenjar pencernaan yaitu kelenjar ludah, hati, dan pankreas. Dapat dilihat pada Gambar 4. dan Gambar 5.

Gambar 4. Sistem Pencernaan Loligo spp dan Paruh

Gambar kiri, sumber : http:// www.utmb.edu/ diakses tanggal 29 Januari 2010
Gambar kanan, sumber : www.mentalfloss.com diakses tanggal 29 Januari 2010

3.REPRODUKSI
3.1 Kelamin
Seluruh cumi-cumi memiliki kelamin yang terpisah (dioecius) dengan sebuah gonad yang terletak pada bagian prosterior tubuh. Cumi-cumi bersifat dimorfisme seksual yaitu perbedaan morfologi antara hewan jantan dan hewan betina, cumi-cumi jantan memiliki lengan heterokotilus sedangkan betina tidak memilikinya. Selain itu ukuran tubuh cumi-cumi jantan biasanya lebih kecil dari betinanya.
Sistem genital betina terdiri atas indung telur (ovary), saluran telur (oviduc), oviducal, nidamental dan kelenjar nidamental tambahan. Indung telur tunggal dan menempati bagian posterior rongga mantel. Bentuknya sesuai dengan bentuk kerangka. Kelenjar nidamental merupakan organ seks sekunder yang menghasilkan lapisan agar-agar pelindung telur ketika telur ditempelkan.
Sistem reproduksi jantan terdiri atas testis, vas deferens, organ spermatoforik, kelenjar tambahan (prostat), kantong sperma (Nedham’s sac), dan penis. Organ seksual jantan tidak berpasangan. Testis berbentuk trangular atau cerutu pada ordo decapoda, terletk pada bagian dalam posterior mantel. Sperma dihasilkan oleh testis dan dilepas ke vas deferen yang berbentuk gulungan dan terus menuju seminal vesicle di anterior. Berbagai kelenjar seperti kelenjar tambahan saling membantu dalam memaketkan sperma menjadi spermatofor yang besar, yang disimpan di dalam penampung besar yang disebut nedham’s sac. Spermatofor dari kantung dilepaskan ke dalam rongga mantel melalui saluran sperma dan penis.

Gambar 5 . Cumi-cumi Betina (Kiri) dan Jantan (Kanan)

3.2 Tingkat Kematangan Gonad
Kematangan Seksual dari Loligo spp beragam, sebagai contoh dari penelitian Supongpan et al. (1993) membagi tingkat kematang gonad cumi-cumi Loligo duvauceli yang tertangkap di teluk Thailand menjadi lima tahap baik gonad betina maupun gonad jantan. Tahapan-tahapan tersebut dapat dibedakan dengan pemeriksaan secara visual gonad dan aksesoris kelenjar reproduksi.
Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Loligo duvauceli Betina
Tahap Tingkat Kematangan
I Immatur Ovary kecil, membran transparan, struktur tidak bergranula, kelenjar nidamental nyata
II Pematangan Kelenjar nidamental dan asesorisnya kecil hingga besar, ovari dengan struktur bergranula dan putih buram
III Matang Kelenjar nidamental dan asesoris kelenjar nidamental besar. Dua tahap telur yang berbeda (oval atau polygonal, putih buram dan membulat, reticula kuning pucat)
IV Matang penuh Kelenjar nidamental dan aksesoris nidamental sangat besar, aksesori kelenjar nidamental berrwarna merah terang. Ovari membesar memenuhi bagian dorsal mantel dengan telur reticula kuning pucat. Telur dalam oviduk berdiameter 1,0 mm. oviduk dipenuhi telur yang matang.
V Mijah Gonad kecil, kelenjar nidamental relatif besar dan lembut. Terdapat sedikit telur tersisa dalam ovari
Sumber : Supongpan et al. 1993

\

Tabel 3. Tingkat Kematangan Gonad Loligo duvauceli Jantan
Tahap Tingkat Kematangan
I Immatur Testes berupa membran, tidak ada sperma dalam kantung spermatoforik
II Pematangan Testis terlihat jelas, seminal vesikel dan kantung spermatoforik berkembang sempurna, Kantung spermatoforik berisi sedikit sperma, halus, putih dengan partikel tak berstruktur
III Matang Testis padat dan berisi, sperma berkembang dalam kantung spermatoforik tetapi tidak penuh
IV Matang penuh Testis kaku, sperma padat dalam kantung spermatoforik dan jelas ujng dan pangkalnya
V Mijah Testis panjang dan tipis, sedikit sperma dalam kantung spermatoforik
Sumber : Supongpan et al. 1993

Dari ke lima tahap perkembangan gonad tersebut, tingkat kematang gonad yang dapat menentukan dengan jelas jantan dan betina adalah pada tingkat kematangan gonad tahap III hingga V.

3.3 Ukuran saat Matang Gonad
Kebanyakan cumi-cumi jantan telah matang gonad pada saat masih berusia muda (sekitar 3 – 6 bulan). Cumi-cumi jantan sangggup memberikan permatofora pada cumi-cumi betina selama dua pertiga masa hidupnya (Omar, 2002). Secara umum cumi-cumi betina mengalami matang gonad lebih lambat dari pada cumi-cumi jantan yaitu pada usia 4 – 8 bulan.
3.4 REPRODUKSI Loligo spp
Reproduksi Loligo spp berlangsung secara seksual, dimana memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus). Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang terletak dekat ujung rongga mantel bagian dorsal. Organ reproduksi jantan terdiri dari testis dan struktur untuk melepaskan sperma dalam paket yang disebut dengan spermatofor. Organ reproduksi betina menghasilkan telur yang besar, dengan yolk, dan termodifikasi oleh kelenjar khusus dimana akan mengeluarkan gel yang akan membungkus telur (kapsul). Kapsul tersebut akan mengeras setelah terekspos air laut (Miller and Harley, 2001).
Testis mengeluarkan sperma ke saluran vas deferens, menuju ke seminal vesicle. Di sini beberapa kelenjar membawa sperma ke spermatofor, yang tersimpan pada penampungan yang disebut dengan kantung needham. Dari sini sprematofor dilepaskan ke lubang mantel melalui saluran sperma. Pada cumi-cumi betina akhir dari saluran telur adalah kelenjar oviducal, dimana kelenjar tersebut mengeluarkan membran proteksi sekitar telur (kapsul).
Sistem saraf yang berkembang membuat evolusi pada perilaku pre-kopulasi yang rumit, dengan puncak proses perpindahan spermatofor dari cumi-cumi jantan ke betina. Sebab bukaan organ oviducal betina terletak cukup dalam dari mantel, dimana cumi-cumi jantan menggunakan satu dari lengannya sebagai organ perantara untuk mentransfer spermatofor. Modifikasi morfologis dari lengan tersebut disebut hectocotylus, yaitu pada lengan kanan atau kiri yang keempat. Lengan hectocotylus mempunyai penyedot spesial, bagian rendah seperti sendok, mempunyai ruang khusus untuk membawa sperma selama perpindahan (selama proses kopulasi).
Setiap spermatofor terdiri dari sejumlah sperma, cement body, berbentuk memilin, sebagai organ ejakulasi dengan adanya tutup. Tutup tersebut terbuka ketika spermatofor dipindahkan dari kantung needham. Sekali tutup tersebut terbuka oleh organ peng-ejakulasi, maka akan menarik sperma keluar. Sejumlah besar sperma akan menempel pada seminal receptacle (organ penerima sperma) atau dinding mantel dari cumi-cumi betina, dimana akan terlepas dan menjadi sperma bebas selama lebih dari dua hari.
Pembuahan berlangsung secara internal dan menghasilkan telur. Cumi-cumi betina mengeluarkan banyak benang telur ke dalam air. Cumi-cumi jantan mengeluarkan sperma. Beberapa spesies telah dikembangkan untuk menaruh sperma di atau dalam cumi-cumi betina. (www.Artikel-dkp.go.id Diakses tanggal 31 Januari 2010). Di alam, bentuk dan ukuran dari organ reproduksi adalah beragam, tergantung dari tingkat kedewasaan dan waktu cumi-cumi tersebut tertangkap.
Siklus Hidup dari Cumi-cumi

Gambar 6. Siklus hidup Cumi-Cumi Secara Umum
Keterangan :
Cumi-cumi dewasa jantan dan betia bergerak ke perairan dangkal, perairan terlindung untuk mendapatkan pengumpulan sebelum spawning. Umumnya pada bulan Februari dan Agustus. Betina menempelkan kapsul telur pada lumpur atau pasir di lokasi tersembunyi. Setelah 3 bulan, telur berkembang menjadi larva dengan panjang 5 mm. Juvenil memakan krustase kecil. Setelah berkembang akan menuju ke perairan dalam. Memakan krustase, ikan, dan cumi-cumi kecil. Cumi-cumi mempunyai umur maksimum antara 2 – 3 tahun, dan akan mati setelah spawning. Dengan panjang maksimal dewasa 175 mm.
Sumber : www.shim.bc.ca/species/squid-2.htm
3.5 Organ Reproduksi Loligo spp
Foto hasil pembedahan Loligo spp, memperlihatkan adanya kunci identitas jantan dan betina, dapat dilihat pada gambar dibawah :

Gambar 7. Foto Hasil Pembedahan Loligo spp
Sumber : http://www.biology.ualberta.ca/courses.hp/zool250/Labs diakses tanggal 29 Januari 2010
A-lengan, B-sifon, C-otot penggerak sifon, D-fin, E-mantel, F-tentakel,G-ctenidium
Yang menandakan cumi-cumi betina (bawah) adalah kelenjar nidamental dan gonad dengan banyak butiran.

Gambar 8. Organ Reproduksi Loligo spp Secara Skematis
Untuk organ reproduksi Loligo spp betina dapat dilihat dari gambar berikut, dimana dapat kita temukan kelenjar nidamental, oviduct, ovari.

Sumber : http://www.biology.ualberta.ca/courses.hp/zool250/Labs diakses tanggal 29 Januari 2010
A-mantel, B-Asesori kelenjar nidamental, C-oviduct, D-kelenjar oviducal, F-ovari, G- kelenjar nidamental

Gambar 9. Organ Reproduksi Loligo spp Betina
Organ reproduksi wanita terdiri dari ovari, oviduct (saluran telur) tunggal, sepasang kelenjar nidamental dan asesori kelenjar nidamental, organ penampung sperma. Ovari terdapat di atas dinding coelomic di belakang rongga precardial. Tumbuh mengarah ke bawah, cabang dan anak cabang, dan ujung dari masing-masing ranting ovum terbentuk dari kumpulan sel folikel. Pada waktu berkembang, masing-masing ovum transparan dan permukaannya berlipat, dengan pembuluh darah terdapat pada permukaannya. Ketika matang menjadi transparan dan mempunyai permukaan seperti kaca yang halus.
Untuk organ reproduksi Loligo spp jantan dapat dilihat dari gambar berikut :

Sumber : http://www.biology.ualberta.ca/courses.hp/zool250/Labs diakses tanggal 29 Januari 2010
A-penis, B-kelenjar spermatophoric, C-kantung spermatophoric,D-vas deferens, E-testis, G- ganglion stellate

Gambar 10. Organ Reproduksi Loligo spp Jantan

Penomoran tentakel cumi-cumi : Bagian permukaan ventral adalah sisi yang ada siphon-nya. Permukaan dorsal adalah sisi yang berlawanan dari cumi-cumi. Letakkan cumi-cumi dengan bagian dorsal menghadap ke atas. Pemberian nomor pada sisi kanan ke sisi kiri anggota badan adalah dari sisi dorsal ke ventral, dimulai dari tentakel terdekat dengan tubuh bagian tengah. Anggota badan keempat pada sisi kanan dan sisi kiri adalah tentakel; sisanya adalah lengan. Lengan kelima pada sisi kiri adalah lengan hectocotylus, termodifikasi untuk memasukkan spermatofor ke dalam organ kopulasi betina. Dimana ujung dari lengan berbeda dengan lengan yang lain (pengisap berukuran lebih kecil, dengan tangkai lebih panjang, tersusun dalalm baris seperti sisir) untuk mengambil sperma (Miller and Harley, 2001), dapat dailihat dari gambar berikut :

Gambar 11. Irisan Melintang Lengan danUjung Lengan Hectocotylus

Gambar 12. Organ Ejakulasi Internal Spermatofor
(dari kiri ke kanan). Gambar kiri. Organ ejakulasi internal dari spermatofor. Gambar Tengah. Bagian akhir dari spermatofor. Gambar Kanan. Daerah atas dari organ ejakulasi memperlihatkan tunic, membran, filamen spiral, semen, dan silinder koneksi ke sperma (Foto dari Fields, 1965)
3.6 Proses Kawin
Proses ketika Loligo spp akan kawin adalah adanya tarian untuk memikat pasangannya. Di bawah kulit cumi-cumi tersusun sebuah lapisan padat kantung-kantung pewarna lentur yang disebut kromatofora. Dengan menggunakan lapisan ini, cumi-cumi dapat mengubah penampakan warna kulitnya, yang tidak hanya membantu dalam penyamaran akan tetapi juga sebagai sarana komunikasi dan pre-kawin. Ritual pre-kolpuasi, hampir selalu melibatkan perubahan warna dari kulit cumi-cumi, dimana jantan berusaha menarik perhatian betina, juga berfungsi untuk menantang jantan yang lain. Misalnya, seekor cumi-cumi jantan menunjukkan warna yang berbeda ketika kawin dengan warna yang digunakan ketika berkelahi dengan seekor penantang. Saat cumi-cumi jantan bercumbu dengan cumi-cumi betina, kulitnya berwarna kebiruan. Jika jantan lain datang mendekat pada waktu ini, ia menampakkan warna kemerahan pada separuh tubuhnya yang terlihat oleh jantan yang datang itu. Merah adalah warna peringatan yang digunakan saat menantang atau melakukan serangan (www.Artikel-dkp.go.id Diakses tanggal 29 Januari 2010).
Selama kopulasi, cumi-cumi jantan biasanya menangkap partner betina dengan tentakel, lalu berenang berpasangan (head to head atau paralel, dapat dilihat pada Gambar 13. dan Gambar 15.), pada saat tersebut hectocotylus (cumi-cumi jantan) mengambil spermatofor dan memasukkan ke kantung mantel pasangannya, dekat atau di dalam bukaan oviducal (dapat dilihat dari Gambar 14.). Jantan memasukkan hectocotylus ke dalam mantel betina dan disimpan di dekat bukaan saluran telur (oviduct)(Fields, 1965). Spermatofor mempunyai mekanisme ejakulasi dimana sperma dilepaskan dari kapsul berbentuk khusus. Telur difertilisasi setelah meninggalkan saluran telur dan diletakkan satu-per-satu atau dalam kumpulan massa seperti benang. Biasanya ditempelkan pada substrat. Loligo spp mengembangkan membran telur, dan menetas pada saat juvenil, dimana sudah mempunyai bentuk seperti individu dewasa Sumber dari internet : http://www.bumblebee.org/invertebrates/Cephaopoda.htmdiakses dan idownload tanggal 29 Januari 2010)
Telur dari cumi-cumi betina melewati oviduct dengan diselimuti oleh membran seperti kapsul yang dihasilkan oleh kelenjar oviducal. Pada saat bersamaan di dalam mantel, kelenjar nidamental menyediakan lapisan tambahan atau pelapis telur. Pada Loligo spp, yang bermigrasi ke perairan dangkal untuk bertelur, kelenjar nidamental melapisi telur-telur dengan lapisan agar-agar yang banyak, terdiri dari 100 telur. Cumi-cumi betina memegang telur dengan lengan dan dibuahi dengan sperma yang diinjeksikan dari organ penerima sperma (seminal receptacle). Kapsul telur tersebut mengeras, sebagai reaksi dengan air laut, dan ditempelkan pada substrat. Cumi-cumi dewasa akan mati setelah kawin dan meletakkan telur. Cephalopoda (gurita dan cumi-cumi) cenderung untuk tumbuh dengan cepat untuk matang, reproduksi, dan mati, kecuali nautilus yang tumbuh lambat, dan dapat reproduksi untuk beberapa tahun setelah dewasa.

Gambar 13. Proses Kopulasi Cumi-Cumi dalam Berbagai Posisi

Gambar 14. Peran Hectocotylus Saat Kopulasi
Diambil dari www.scienceblogs.com didownload tanggal 29 Januari 2010

3.7 Fekunditas dan Kapsul Telur
Pengertian fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan oleh individu betina pada waktu akan memijah. Cumi-cumi umumnya meletakan telur-telurnya dalam tumpukan-tumpukan yang dibungkus dengan massa gelatin atau disebut kapsul telur yang tidak akan berubah menjadi kaku atau kasar. Ukuran kapsul pada cumi-cumi tergantung pada ukuran dan jumlah telur yang terkandung di dalamnya
Jumlah telur Loligo edulis di perkirakan mencapai 30.000 – 40.000 butir (Tasywiruddin, 1995). Loligo pealei memiliki 180 butir telur dalam satu kapsul telur. L. vulgaris memiliki 90 butir telur per kapsul sedangkan L. opalescens memiliki 180 – 300 butir telur per kapsul (Omar, 2002).
Setelah dibuahi telur-telur akan dikeluarkan satu persatu atau dalam kapsul-kapsul gelatin. Telur-telur tersebut umumnya ditempelkan atau diletakan pada bebatuan, ganggang, rumput laut atau bena-benda lainnya yang berada di dasar perairan secara berkelompok atau dalam bentuk untaian.

Sepioteuthis lessoniana

Loligo vulgaris

Loligo pealei
www.nos.noaa.gov

Gambar 16 Telur dari Berbagai Jenis Cumi-Cumi dan Kapsul Telur

(1)

Kapsul Telur Loligo pealei
www.mbl.edu/marine_org/images
(2)

Telur Loligo pealei
Sumber : www.ursinus.edu/jsidie/

(3)

Embrio awal
Sumber : www.ursinus.edu/jsidie/
(4)

Perkembangan embrio dalam kapsul
www.mbl.edu/marine_org/images

(5)

Loligo pealei stage 26
Sumber : www.ursinus.edu/jsidie/
(6)

Perkembangan juvenil transparan dalam kapsul dengan yolk www.mbl.edu/marine_org/images

Masa inkubasi telur cumi-cumi bervariasi tergantung pada suhu perairannya. Telur akan menetas pada perairan yang lebih hangat dibandingkan perairan yang lebih dingin. Telur cumi-cumi akan menetas pada hari ke 23 pada suhu 16oC, sedangkan pada suhu 13,6oC akan menetas pada hari ke 30 – 35 (Krisunari, 1987 dalam Tasywiruddin, 1995). Collins et al. (1997) melaporkan di laboratorium telur Loligo forbesi membutuhkan waktu 50 – 70 hari untuk menetas dalam suhu 8 – 10oC. Bahkan dalam ambang batas suhu telur L forbesi dapat menunggu menetas hingga 6 bulan (Boyle et al. 1995 dalam Collins et al. 1997). Dalam telur embrio berkembang sekitar 3 – 4 minggu. Embrio yang muncul dari telur telah berkembang penuh berbeda dengan moluska lainnya.

3.8 Pemijahan
Daerah pemijahan cumi-cumi biasanya di di teluk-teluk atau perairan yang terlindung. Cumi-cumi akan beruaya ke daerah yang lebih dangkal untuk memijah, beberapa speies cumi-cumi akan menunda pemijahan jika kondisi laut dan lingkungan belum sesuai. Proses pemijahan dimulai dengan pemilihan individu jantan secara bebas terhadap pasangannya dengan dasar suka sama suka. Biasanya induk jantan akan memilih induk betina yang berukuran besar. Induk jantan kan berenang di sisi induk betina untuk menjaga pasangannya tersebut dari jantan yang lainnya.
Pada cumi-cumi ditemukan dua bentuk posisi kawin yaitu head to head dan male pararrel. Pada posisi head to head sperma disimpan pada seminal receptakel yang biasa terletak di dekat mulut dengan perantara lengan heterokotil jantan (Hanlon dan Messenger, 1986 dalam Omar, 2002). Posisi head to head juga dikenal dengan Aristotle’s position. Pada posisi ini pola tingkah laku kawin dimulai dengan jantan berenang diatas pasangannya, menukik dan memegang tangan individu betina dari atas. Kemudian jantan turun hingga sejajar dengan betina dan kopulasi dimulai dalam posisi kepala-kepala. Setelah 2 – 5 detik betina berenang mundur sementara jantan melepaskan tanganya dan memisah. Proses kawin dapat berlangsung selama beberapa kali sehari, biasanya berlangsung pada tempat yang remang-remang. Pada Posisi male parrarel cumi-cumi jantan memasukan spermatofora dalam rongga mantel cumi-cumi betina yang biasanya terdapat pada ujung distal dari saluran telur. Pada beberapa spesies loligo seperti Loligo forbesi tidak terdapat regenerasi gonad sebab individu cumi-cumi mati setelah melakukan pemijahan (Smith et al. 2005).

3.9 Musim Pemijahan
Berdasarkan hasil tangkapan Loligo duvauceli di teluk Thailand tedapat dua musim pemijahan dalam satu tahun yaitu setengah awal tahun dan setengah di ujung tahun dengan jeda tiga bulan (Supongpan et al. 1993). Berbeda dengan perairan tropis, Collins et al. (1997) melaporkan dalam satu tahun hanya terjadi satu kali pemijahan pada spesies Loligo forebesi di perairan Scotlandia dan Irish yang berlangsung pada bulan Oktober hingga Januari.

4. KESIMPULAN

Genus Loligo dari famili Loliginidae ordo Theutoidae adalah merupakan kelompok cumi-cumi pantai yang memiliki banyak spesies yang bernilai ekonomi tinggi. Cumi-cumi ini dapat ditemukan di seluruh perairan dunia baik yang beriklim tropis maupun subtropis. Cumi-cumi ini merupakan hewan karnivora yang bersifat pelagis pada malam hari dan tinggal di dasar perairan pada siang hari.
Pertumbuhan cumi-cumi betina lebih cepat dari pada cumi-cumi jantan. Ukuran cumi-cumi jantan dewasa lebih besar dari pada cumi-cumi betina. Cumi-cumi memiliki laju pertumbuhan yang cepat hingga masa hidupnya pendek hanya sekitar 3 tahun. Pada daerah subtropis pertumbuhan cumi-cumi lebih cepat dari daerah subtropis.
Cumi-cumi merupakan hewan dicious yang memijah di perairan lebih dalam. Cumi-cumi melepaskan kapsul telur yang akan lebih cepat menetas pada suhu hangat. Umumnya cumi-cumi pertama kali matang gonad ketika berumur 4 – 6 bulan. Beberapa jenis cumi-cumi mati setelah melakukan pemijahan yang pertama kalinya. Tahap perkembangan awal daur hidup cumi-cumi melewati 4 fase yaitu pelepasan telur, perkembangan embrio, penetasan dan para larva.

DAFTAR PUSTAKA
Cardoso Franz, Paul Baltazar and Jorge Bautista. 2005. The Early Development of The Patagonian Squid Loligo gahi D’Orbigni 1835 in Peruvian Waters (Cephalopoda : Loliginidae). Peruvian Biol. No 12 Vol 3. 369 – 379
Collins M.A., G.J. Pierce and P.R Boyle. 1997. Population Indicates of Reproduction and Recruitmen in Loligo forbesi (Cephalopoda : Loliginidae) in Scotish ang Irish Waters. Journal of Applied Ecology No. 34. 778 – 786.
Delianis, P. dan M. Murdjani. 2008. Siklus Hidup Cumi Sepiotheutis lessoniana Sebagai Satu Bahan Acuan dalam Teknologi Budidaya Untuk Peningkatan Kelestarian Cumi di Perairan Situbondo. Abstrak. Ilmu Kelautan 14: 67-71.
Fields, W.G. 1965. The Structure, Development, Food Relations, Reproduction, and Life History of the Squid Loligo opalescens Berry. Fish Bulletin 131. State Of California The Resources Agency Department Of Fish And Game.
Hamzah, M.S. 1991. Pengamatan Beberapa Aspek Biologi Cumi-cumi (Loligo spp.) Di Perairan Pulau Ubur, Kepulauan Kai Kecil. Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ambon. Hal 1 – 7.
Miller and Harley. 2001. Zoology, Fifth Edition. The McGraw−Hill Companies.
Roper, Clyde F.E., Sweeney, M.J., and Nauen C.E. 1984. FAO Specie Catalogue Vol. 3 Cephalopods of The World. FAO. Rome.
Pecl, G. T. & Jackson, G. D. 2004. The potential effects of climate change on southern calamary in Tasmanian waters: biology, ecology & fisheries. Short paper for WWF U.S.
Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2007. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
Supongpan M, Masatosi Sinoda and Somporn Boongerd. 1993. Maturity and Length Frekwency in The Gulf of Thailand. Nippon Suisan Gakkashi 58. Diakses internet Januari 2009.
Tasywiruddin, M. 1995. Studi Laju Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Cumi-cumi (Loligo edulis) di Perairan Selat Alas Nusa Tenggara Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Tasywiruddin, M. 1999. Sebaran Kelimpahan Cumi-cumi (Loligo edulis Hoyle, 1885) Berdasarkan Jumlah dan Posisi lampu Pada Operasi Penangkapan Dengan Payang Oras di Perairan Selat Alas Nusa Tenggara Barat. Thesis (tidak dipublikasikan). Jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Vecchione, M. 2008. Loliginidae Lesueur, 1821. Version 04 March 2008. http://tolweb.org/Loliginidae/19422/2008.03.04 in The Tree of Life Web Project, http://tolweb.org/