REHABILITASI MANGROVE

REHABILITASI MANGROVE

Rehabilitasi hutan mangrove adalah penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan. Agar rehabilitasi dapat berjalan secara efektif dan efisien perlu didahului survei untuk menetapkan kawasan yang potensial untuk rehabilitasi berdasarkan penilaian kondisi fisik dan vegetasinya (Anonimous, 2005).

Kegiatan rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan kondisi ekosistem mangrove yang telah rusak agar ekosistem mangrove dapat menjalankan kembali fungsinya dengan baik. Upaya rehabilitasi harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang berhubungan dengan kawasan mangrove. Rehabilitasi kawasan mangrove dilakukan sesuai dengan manfaat dan fungsi yang seharusnya berkembang, serta aspirasi masyarakat. Rencana rehabilitasi disusun dengan mempertimbangkan zonasi kawasan, manfaat dan fungsi, serta aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam menyusun rencana rehabilitasi adalah pendekatan fisik, pendekatan biologi, dan pendekatan sosial. Pendekatan fisik dimaksudkan sebagai upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan kawasan mangrove dengan membangun bangunan fisik (alat pemecah ombak, penjaga garis pantai dan sebagainya) untuk mengurangi energi gelombang laut yang mengenai bibir pantai. Pendekatan biologi merupakan upaya vegetatif (penanaman pohon mangrove) untuk memperkuat bibir pantai dan mencegah terjadinya erosi. Sedangkan pendekatan sosial merupakan upaya meningkatkan dan menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan di kawasan pantai (Sudarmadji, 2001).

            Kegiatan rehabilitasi ekosistem hutan mangrove di Desa Kajhu Aceh besar dilaksanakan mulai tahun 2006 setelah terjadi musibah Tsunami, banyaklembaga yang berkerjasama dalam kegiatan ini seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), Angkatan Udara, dan LSM Lebah. Luasan lokasi penanaman keseluruhannya mencapai 210 Ha dengan jumlah bibit sebanyak 3.600 bibit setiap 1 Ha  dengan jarak tanamnya 1,5 x 2 meter. Jenis mangrove yang ditanami ada 9 spesies yang terdiri dari Rizhophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rizhophora stylosa, Aegiceras corniculatum, Cerriops tagal, Avicennia alba, Avicennia marina, Soneratia sp., Bruguiera sp. (Muhammad, 2009).

            Pada Desa Lamnga Aceh Besar dilaksanakan kegiatan rehabilitasi mangrove pada tahun 2008. Luas tanah yang ditanami bibit mangrove pada saat itu yaitu 4 Ha yang jumlah bibit mangrove sebanyak 4000 bibit yaitu terdiri dari Rizhophora mucronata, Rizhophora apiculata danAvicenia sp. Di Desa Lamnga ini penanaman mangrove dilakukan oleh masyarakat yang dibiayai oleh LSM Lebah. Tiga bulan setelah penanaman dilakukan pemeliharaan seperti penyiangan mangrove dan penyulaman mangrove (Muhammad, 2009).

            Desa Lambaro Neujid juga pernah dilakukan kegiatan rehabilitasi yang melibatkan masyarakat dan dibiayai oleh BRR. Mangrove mulai ditanam di desa ini pada tahun 2006 namun pada tahun 2010 juga dilaksanakan kegiatan penanaman mangrove yang luas tanah mencapai 15 Ha dan ditanami bibit mangrove sebanyak 15.000 bibit. Jenis mangrove yang ditanami yaitu Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata(Muhammad, 2009).

REFERENSI 

Anonimous, 2005. Indonesian Investment and Trading Oppurtunity, by Province, Regency, City. Jakarta, Departement Of Home Affairs, The Republik Indonesian

Sudarmadji, 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan Pemberdayaan          Masyarakat Pesisir. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 2 No.2. 68 -71.

Muhammad. 2009. Rehabilitasi Mangrove di Desa Lamnga Periode 2005-2009. Gerakan Rehabilitasi Bakau Lamnga (GERBANG) dan Forum Peduli Mangrove Masyarakat Kemukiman Lamnga (FORLISMA). Aceh.