REFERAT PENGARUH TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN TERHADAP MYASTHENIA GRAVIS

Loader Loading...
EAD Logo Taking too long?

Reload Reload document
| Open Open in new tab

Download [3.08 MB]

Myasthenia gravis adalah suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi spesifik untuk reseptor asetilkolin manusia (AChR), yang terkonsentrasi di wilayah post sinaps dari neuromuscular junction. Penyakit ini menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan otot yang  perlahan tapi progresif.

Gejala kelemahan otot, kelelahan otot yang tidak wajar, dan peningkatan kekuatan otot setelah beristirahat merupakan karakter myasthenia gravis. Gejalanya cenderung lebih buruk pada penghujung hari atau selepas aktivitas, dan setelah penggunaan otot yang berulang-ulang untuk melakukan suatu gerakan tertentu, misalnya mengunyah dan menelan.

Myasthenia gravis mempengaruhi semua ras dan dapat berkembang pada usia apapun dari masa kanak-kanak sampai usia lanjut. Myasthenia Gravis sebenarnya termasuk penyakit yang jarang terjadi, kejadian tahunan diperkirakan 2 per 1.000.000. Pada pasien muda yang lebih sering mengalaminya adalah perempuan, sedangkan pasien yang lebih tua, lebih dari 50 tahun, lebih sering laki-laki. Perbandingan kejadian antara perempuan dengan laki-laki adalah 6:4, tetapi seiring pertambahan penduduk, rasio perbandingannya sekarang hampir sama. Orang-orang yang mewarisi kecenderungan untuk mengembangkan penyakit autoimun akan meningkatan risiko myasthenia gravis, sehingga pasien dengan myasthenia gravis mungkin memiliki penyakit autoimun lainnya, seperti diabetes atau penyakit tiroid, atau memiliki kerabat dengan penyakit autoimun. Myasthenia gravis adalah tipe yang paling umum terjadi dari gangguan neuromuscular junction nonherediter (62%), sebagian besar jenis gangguannya adalah gangguan mata (89%).

Pada tahun 1977, karakteristik autoimun pada myasthenia gravis dan peran patogenik dari antibodi AchR telah berhasil ditemukan melalui beberapa penelitian. Hal ini meliputi demonstrasi tentang sirkulasi antibodi AchR pada hampir 90% penderita myasthenia gravis, transfer pasif IgG pada beberapa bentuk penyakit dari manusia ke tikus, lokalisasi imun kompleks (IgG dan komplemen) pada membran post sinaptik, dan efek menguntungkan dari plasmaparesis.

Walaupun terdapat banyak penelitian tentang terapi myasthenia gravis yang berbeda-beda, tetapi tidak dapat diragukan bahwa terapi imunomodulasi dan imunosupresif dapat memberikan prognosis yang baik pada penyakit ini.