MODEL SURPLUS PRODUKSI PADA PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN LEMURU DI PERAIRAN SELAT BALI

MODEL SURPLUS PRODUKSI PADA PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN LEMURU DI PERAIRAN SELAT BALI

Oleh :

ANDAN HAMDANI (C452080051)
IRFAN YULIANTO (C452080031)
JACOMINA TAHAPARY (C452080021)

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perikanan lemuru di Perairan Selat Bali mempunyai peranan penting pada ekonomi lokal Propinsi Bali dan Jawa Timur baik sebagai basis penangkapan dan pendaratan maupun usaha pengolahan tradisional dan modern. Hasil tangkap ikan lemuru di Perairan Selat Bali ini memberikan kontribusi sebesar 40% dari total ikan lemuru yang ada di Indonesia. Terdapat beberapa alasan mengapa sumberdaya perikanan ini mempunyai dampak yang besar terhadap ekonomi lokal.
Sumberdaya ikan lemuru di Perairan Selat Bali juga merupakan perairan yang unik di Indonesia. Hal ini karena hanya di perairan inilah produktivitas ikan lemuru relatif tinggi yakni terjadi pada saat musim timur, dimana terjadi upwelling di bagian selatan Selat Bali. Disamping itu, perikanan ini berkembang di area kecil yaitu kira-kira 2.500 km2, berbentuk corong dengan pada bagian yang sempit di Utara adalah 2,50 km dan lebar pada bagian selatan adalah 55 km serta panjang 90 km (Dinas Perikanan Propinsi Bali, 1999).
Sumberdaya perikanan lemuru merupakan sumberdaya perikanan yang paling dominan di Perairan Selat Bali sehingga paling banyak dieksploitasi oleh nelayan. Sejak diperkenalkannya penangkapan lemuru dengan purse seine (pukat cincin) oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 1972, maka pengusahaan perikanan lemuru di Perairan Selat Bali berkembang sangat pesat. Alat tangkap purse seine mempunyai productivitas lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap yang diperkenalkan sebelumnya.
Besarnya peranan sumberdaya perikanan lemuru terhadap Propinsi Bali dan Jawa Timur ini ternyata tidak didukung oleh lingkungan perikanan lemuru tersebut karena pengelolaan yang kurang baik. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Sujastani dan Nurhakim (1982) bahwa di Perairan Selat Bali telah mengindikasikan terjadinya gejala biological overfishing dalam pengusahaan sumberdaya perikanan lemuru akibat pengoperasian purse seine yang cukup menonjol. Selain itu, Mertha et al (1997) mengatakan bahwa perikanan lemuru di Perairan Selat Bali sudah mengalami tangkap lebih (overfishing). Oleh karena itu perikanan lemuru di Perairan Selat Bali perlu mendapatkan perhatian yang khusus terutama dalam hal pengelolaan sumberdaya karena memberikan dampak yang sangat luas terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal khususnya. Dengan berkembangnya alat tangkap purse seine yang cukup pesat di Perairan Selat Bali dalam penangkapan sumberdaya perikanan lemuru maka juga diperlukan pengendalian dalam pemanfaatannya agar kelestarian sumberdaya perikanan lemuru dapat dijaga.
Perikanan lemuru di Perairan Selat Bali, jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka akan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi masyarakat local. Pengelolaan perikanan ini diperlukan dalam mengatasi hal pengurasan sumberdaya, kemiskinan masyarakat pesisir dan gangguan terhadap keberlanjutan bisnis perikanan.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Menentukan tingkat pengelolaan optimal perikanan lemuru di Perikanan Selat Bali.
Menentukan jumlah alat tangkap purse seine yang dapat diperbolehkan dalam pengusahaan perikanan lemuru di Perairan Selat Bali agar diperoleh hasil yang optimal.
Mengidentifikasi tingkat pengelolaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali.

II. METODOLOGI

Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode analisis data sekunder. Analisis data sekunder adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut data yang sudah tersedia agar diperoleh sesuatu yang berguna (Singarimbun M dan S Effendi 2000).

Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data penelitian ini terdiri atas data sekunder berupa data series. Data series yang digunakan adalah time series data pada tahun 1997-1998.

Analisis Data
Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis bionomy dengan pendekatan model Surpus Produksi (surplus production model)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Upaya Penangkapan Perikanan Lemuru
Tingkat pemanfaatan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali dapat dilihat dari data produksi dan upaya penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali secara rinci disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Catch, Effort dan CPUE Sumberdaya Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali,
Tahun 1977-1998
Tahun Catch (ton) Effort (trip) CPUE
1977 32,777.30 27,020.00 1.21
1978 34,006.10 31,360.00 1.08
1979 22,042.80 38,080.00 0.58
1980 27,935.80 30,940.00 0.90
1981 17,750.50 35,000.00 0.51
1982 26,642.80 38,920.00 0.68
1983 39,966.00 39,480.00 1.01
1984 51,047.40 40,040.00 1.27
1985 46,526.40 38,640.00 1.20
1986 18,935.40 38,220.00 0.50
1987 19,781.40 37,660.00 0.53
1988 35,054.30 37,240.00 0.94
1989 52,066.20 24,380.00 2.14
1990 42,229.60 21,193.00 1.99
1991 55,355.50 22,107.00 2.50
1992 59,418.00 21,364.00 2.78
1993 62,318.00 10,314.00 6.04
1994 57,117.40 11,104.00 5.14
1995 37,684.40 11,883.00 3.17
1996 22,563.70 6,942.00 3.25
1997 48,732.38 37,240.00 1.31
1998 80,458.63 30,660.00 2.62

Produksi hasil tangkapan Ikan Lemuru dengan alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali berfluktuasi dalam periode 1977-1998. Dalam kurun waktu periode tersebut produksi hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 1981 yakni sebesar 17.750,5 ton, sedangkan produksi hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1998 yakni sebesar 80.458,63 ton. Tahun 1982 terjadi kenaikan produksi hasil tangkapan di Perairan Selat Bali mencapai 50% dari tahun sebelumnya (tahun 1981), sedangkan tahun 1986 terjadi penurunan yang cukup tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 59%. Kemudian tahun 1997 produksi hasil tangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali kembali meningkat pesat dari 22.563,7 ton pada tahun 1996 menjadi 48.732,38 ton pada tahun 1997, meningkat 116% dari tahun sebelumnya. Secara rinci perkembangan produksi hasil tangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pekembangan Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali Tahun 1977-1998

Upaya penangkapan yang dilakukan untuk menangkap Ikan Lemuru tahun 1977-1998 juga berfluktuasi. Rata-rata upaya penangkapan tahun 1977-1998 adalah sebesar 28.267 trip per tahun. Tahun 1985 hingga tahun 1988 terjadi penurunan upaya penangkapan relatif kecil, sedangkan pada tahun 1989 terjadi penurunan upaya penangkapan sebesar 35% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi kembali pada tahun 1993, penurunan effort cukup besar yaitu sebesar 52% yang kemudian pada tahun berikutnya (1996) juga terjadi penurunan upaya penangkapan yakni sebesar 42%. Kemudian pada tahun 1997 terjadi kenaikan upaya penangkapan yang sangat tinggi yakni empat kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan atau penurunan jumlah upaya penangkapan ini dapat disebabkan oleh bertambahnya atau berkurangnya jumlah armada purse seine yang beroperasi di Perairan Selat Bali. Hal ini dapat terjadi kapan saja karena sumberdaya perikanan bersifat ”opern access”, artinya siapa saja boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut. Sebenarnya pemerintah daerah setempat telah mengeluarkan surat keputusan bersama mengenai berapa jumlah purse seine yang dapat beroperasi di Perairan Selat Bali, akan tetapi karena lemahnya pengawasan maka keputusan tersebut tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Secara rinci perkembangan upaya penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Perkembangan Upaya Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali
Tahun 1977-1998

Berdasarkan Gambar 2 diatas, upaya penangkapan terendah terjadi pada tahun 1996 yakni sebesar 6.942 trip. Sedangkan upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1984 yaitu sebesar 40.040 trip. Jika terjadi peningkatan effort maka cenderung akan terjadi penurunan hasil tangkapan (catch).
Hasil tangkapan per upaya penangkapan atau catch per unit effort (CPUE) yang dilakukan untuk menangkap Ikan Lemuru tahun 1977-1998 berfluktuasi karena jumlah effort dan hasil tangkapan Ikan Lemuru juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai CPUE ini mencerminkan produktivitas alat tangkap purse seine yang digunakan untuk menangkap Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali. Secara grafik hasil tangkapan per upaya penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali Tahun 1977-1998 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Perkembangan Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan Ikan Lemuru
di Perairan Selat Bali Tahun 1977-1998

Pada Gambar 3 terlihat bahwa hasil tangkapan per upaya penangkapan cenderung meningkat. Produktivitas alat tangkap purse seine tertinggi terjadi pada tahun 1993 dan terendah pada tahun 1986. Pada tahun 1993 terlihat bahwa dengan upaya penangkapan yang sedikit hasil tangkapan diperoleh cukup besar, sedangkan tahun 1986 upaya penangkapan yang cukup besar hasil yang diperoleh relatif kecil. Dengan demikian penggunaan purse seine pada tahun 1993 bisa dikatakan lebih efisien jika dibandingkan dengan tahun 1986 karena nila CPUE pada tahun 1993 lebih besar.
Hubungan (korelasi) antara nilai CPUE dengan upaya penangkapan perlu diketahui sehingga kecenderungan produktivitas alat tangkap Ikan Lemuru dapat diketahui pula. Korelasi antara CPUE dengan upaya penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi upaya penangkapan maka akan semakin rendah nilai CPUE-nya. Korelasi negatif antara CPUE dengan upaya penangkapan mengindikasikan bahwa produktivitas alat tangkap Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali akan menurun apabila upaya penangkapan mengalami peningkatan.

Model Surplus Produksi
Parameter fungsi produksi lestari (a dan b) diestimasi melalui analisis regresi linier untuk menduga fungsi produksi lestari perikanan tangkap dengan persamaan c = af – bf2. Hasil tangkapan (ton) dinyatakan oleh c, sedangkan tingkat upaya penangkapan dinyatakan oleh f dalam satuan trip per tahun. Tingkat upaya penangkapan (f) berfungsi sebagai variable bebas (independent variable) dan CPUE (c/f) berfungsi sebagai variable tidak bebas (dependent variable). Analisis regresi dilakukan terhadap tingkat upaya penangkapan dan CPUE selama periode 1977-1998.
Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh nilai koefisien regresi a=5,26568225 dan b= -0,0001182. Dengan demikian fungsi produksi perikanan Lemuru di Selat Bali dapat ditulis sebagai berikut :

c=5,26568225 f-0,0001182 f^2

Dari persamaan diatas dapat dihitung jumlah effort optimum, Jumlah hasil tangkapan pada kondisi Maxium Sustainable Yield (MSY), CPUE optimum, tingkat pengupayaan dan pemanfaatan sumberdaya Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali sebagai berikut :

Effort Optimum (foptimum):

f_optimum=(-a)/2b

f_optimum=(-5,26568225)/(2*(-0,0001182))=22.267 trip

Catch pada kondisi Masximum Sustainable Yield (CMSY) sebagai berikut :

C_msy=〖-a〗^2/4b

C_msy=(-〖(5,26568225)〗^2)/(4*(-0,0001182))=58.625 ton

CPUE optimum :

〖CPUE〗_optimum=C_msy/f_optimum

〖CPUE〗_optimum=58.625/22.267=2,63

Tingkat Pengupayaan dan Pemanfaatan

Rumus Tingkat Pengupayaan (TPU):

TPU=f/f_optimum x100%

Rumus Tingkat Pemanfaatan (TP):

TP=C/C_msy x100%

Secara rinci besaran nilai tingkat pengupayaan dan pemanfaatan sumberdaya Ikan Lemuru dapat dilihat pada Tabel dibawah. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada tahun 1999 tingkat pengelolaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya Ikan Lemuru di Selat Bali telah melebihi tingkat optimum masing-masing sebesar TPU99=128,56% dan TP99=137,24%.

Tabel 2. Tingkat Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali, Tahun 1977-1998

Tahun Effort (trip) Catch (ton) TPU TP
1977 27,020.00 32,777.30 121.35% 55.91%
1978 31,360.00 34,006.10 140.84% 58.01%
1979 38,080.00 22,042.80 171.02% 37.60%
1980 30,940.00 27,935.80 138.95% 47.65%
1981 35,000.00 17,750.50 157.19% 30.28%
1982 38,920.00 26,642.80 174.79% 45.45%
1983 39,480.00 39,966.00 177.31% 68.17%
1984 40,040.00 51,047.40 179.82% 87.08%
1985 38,640.00 46,526.40 173.53% 79.36%
1986 38,220.00 18,935.40 171.65% 32.30%
1987 37,660.00 19,781.40 169.13% 33.74%
1988 37,240.00 35,054.30 167.25% 59.79%
1989 24,380.00 52,066.20 109.49% 88.81%
1990 21,193.00 42,229.60 95.18% 72.03%
1991 22,107.00 55,355.50 99.28% 94.42%
1992 21,364.00 59,418.00 95.95% 101.35%
1993 10,314.00 62,318.00 46.32% 106.30%
1994 11,104.00 57,117.40 49.87% 97.43%
1995 11,883.00 37,684.40 53.37% 64.28%
1996 6,942.00 22,563.70 31.18% 38.49%
1997 37,240.00 48,732.38 167.25% 83.13%
1998 30,660.00 80,458.63 137.69% 137.24%
Rata-rata 128.56% 69.04%

Perhitungan hasil tangkapan pada kondisi maximum sustainable yield diperoleh sebesar 58.625 ton per tahun. Nilai Cmsy menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari yaitu hasil tangkapan Ikan Lemuru tertinggi yang dapat ditangkap tanpa mengancam kelestarian sumberdaya perikanan yang terdapat di Perairan Selat Bali. Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan purse seine dengan hasil tangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. HUbungan Kuadratik Antara Upaya Penangkaan Purse Seine dan
Hasil Tangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali.

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa hubungan antara upaya penangkapan purse seine dan hasil tangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali berbentuk parabola (fungsi kuadratik), artinya setiap penambahan tingkat upaya penangkapan (f) maka akan meningkatkan hasil tangkapan (c) hingga mencapai titik maksimum, kemudian akan terjadi penurunan hasil tangkapan untuk tiap peningkatan intensitas pengusahaan sumberdaya