Makalah Pendidikan dan Moderasi Beragama

Makalah Makalah Pendidikan dan Moderasi Beragama – Secara bahasa, moderasi berasal dari bahasa Inggris, moderation yang memiliki arti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Sementara dalam bahasa Arab, kata moderasi sering diartikan dengan kata wasatiyyah, sedangkan dalam KBBI dapat diartikan sebagai pengurangan kekerasan dan penghindaran ekstrimisme.

Menurut al-Qardhawy, wasathiyah ini bisa dipahami sebagai tawazun, dengan makna seimbang atau adil. Tidak berat sebelah antara spirtualisme dan materislisme, antara individu dan jama’ah, antara realitas dan idealitas, antara keteguhan dan perubahan, antara orientasi duniawi, dan orientasi ukhrawi.

Pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al-Qur‟an dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.

  • Misi Pendidikan Agama

Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat Muslim Indonesia. Di samping karena besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan pengajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah seperti di masjid, mushalla, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada ke dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia terbentuk sejak awal penyebaran Islam di Nusantara antara lain: Surau, Meunasah, Pesantren/Dayah, Madrasah.

Pendidikan dan pengajaran agama Islam dalam bentuk pengajian mengalami perkembangan perubahan, Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam berfungsi menghubungkan sistem lama dengan sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai lama yang masih baik yang dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu yang baru dalam ilmu teknologi dan ekonomi bermanfaat bagi kehidupan umat Islam.

Kementerian Agama dalam hal ini memiliki misi dalam bidang pendidikan yaitu meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Bahkan, sampai ada slogan “Madrasah lebih baik, lebih baik madrasah”.

  • Mengapa Pendidikan dan Moderasi Beragama Penting?

Jadi, moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku yang menyimpang yang tidak ada di ajarkan di dalam agama. Seperti, menghakimi seseorang tanpa menanyakan terlebih dahulu apa permasalahannya, merampas yang bukan miliknya, dan sebagainya.

Hal ini perlu kita perhatikan dengan cara pandang dan sikap moderat dalam beragama, karena ini sangatlah penting bagi kita dalam kehidupan sehari-harinya. Terkhususnya di negara Indonesia yang memiliki beraneka ragam suku bangsa dan agama. Di Aceh sendiri, kita memiliki banyak perbedaan mulai dari bahasa maupun adat istiadat yang berbeda antar kabupaten, Apalagi se Indonesia.

Dalam hal ini tentunya akan mudah munculnya perselisihan pendapat dan konflik yang timbul di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya dengan suku dan agama yang berbeda, tetapi sering kita jumpai perselisihan pendapat dan konflik juga timbul di dalam suku dan agama yang sama. Sehingga menimbulkan kesenjangan di dalam ruang lingkup bermasyarakat.

Mengapa moderasi beragama itu penting? Karena kita mengetahui bahwasanya perbedaan adalah Sunnatullah, keanekaragaman adalah fitrah bangsa, pancasila merupakan cerminan nilai asli masyarakat, dan bangsa Indonesia adalah umat beragama. Sebagaimana para pakar sering kali merujuk konsep moderasi beragama tersebut, terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah :143 yang artinya:

“Demikian itulah kami telah menjadikan kamu, ummatan wasathan yaitu masyarakat yang hidup harmoni atau masyarakat yang bekeseimbangan agar kamu menjadi saksi-saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad Saw) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan kami tidak menetapkan kiblat yang dahulu kamu mengarah ke sana (Bait Al- Maqdis) menjadi kiblat kamu sekarang (Ka’bah di Mekah) melainkan agar kami mengetahui (dalam dunia nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelok. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah Swt; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”

Dengan adanya cara pandang dan sikap moderat inilah keragaman dapat disikapi dengan bijak serta toleransi dan keadilan dapat terwujud, karena di dalam diri kita sudah mengandung prinsip moderasi yaitu keadilan dan keseimbangan. Dan bukankah agama sudah mengajarkan kita untuk tidak membuat kerusakan dimuka bumi, kezaliman, hingga mungkarnya seseorang?, maka dari itu semua tergantung kepada bagaimana cara seseorang tersebut dalam beragama, itulah yang harus didorong ke jalan yang lurus, harus senantiasa mengevaluasi diri, dikarenakan seseorang mudah berubah menjadi ekstrim, tidak adil, dan bahkan menunjukkan sikap berlebih-lebihan.

  • Pendidikan dan Moderasi Beragama Dalam Alquran

Perbedaan tentu saja menjadi sebuah keniscayaan di dunia ini, perbedaan itu seharusnya dapat diolah menjadi sebuah warna menarik dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang keniscayaan perbedaan itu adalah Q.S.Al-Hujurat : 13 yang artinya :

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah Swt ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Adapun beberapa tantangan moderasi beragama antara lain sebagai berikut :

Indonesia adalah negara dengan beragam agama dan kepercayaan, juga madzhab dan aliran, tentunya perselihan pendapat, dan konflik mudah sekali muncul dengan sendirinya.

Posisi kelompok lemah dalam sebuah hubungan menjadi semakin berbahaya, baik hubungan antara minoritas dan mayoritas, baik antara laki-laki dan perempuan.

Menguatnya radikalisme agama, penolakan atas perbedaan identitas.

Moderasi sangat penting dijadikan pembahasan didalam mengelola kehidupan beragama, dikarenakan dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi, kita sebagai masyarakat yang milenial dalam konteks kehidupan bermasyarakat, dengan adanya moderasi ini harus dipahami sebagai komitmen bersama, untuk menjaga keseimbangan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Yang memiliki suku, etnis, budaya, agama yang berbeda, tetapi harus mau saling mendengarkan satu sama lain, serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan mengatasi perbedaan diantara setiap orang. Sikap dan perilaku kita yang mencerminkan sebuah bangsa yang memiliki suku, dan agama yang berbeda,tetapi tidak terlepas dari nilai-nilai leluhur, sebagaimana leluhur bangsa Indonesia sebelumnya yang menjujung tinggi kejujuran, mandiri, saling menghargai, santun dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku, disiplin, bertangung jawab, berbhinneka (menerima adanya perbedaan budaya, mempelajari budaya lain yang bertujuan untuk menghindari sebuah konflik).

  • Pendidikan dan Moderasi Beragama di Indonesia dan Aceh

Tidak dapat dipungkiri, bahwa di Indonesia telah ada arus untuk melakukan praktik beragama secara ekstrim, maupun yang liberal. Oleh karena itu,penting bagi pemerintah dalam melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk “kembali ke tengah”. Menjadi ummatan washatan. Pahlawan-pahlawan kita telah memberikan contoh dimana tidak perlu memisahkan antara kebangsaan (cinta tanah air) dengan keislaman.

Aceh sudah dikenal dengan kentalnya pengaruh Islam dalam semua sisi masyarakat. Maka tidak heran, jika banyak yang mengatakan Aceh adalah Islam. Dalam artian, menjadi orang Aceh, adalah menjadi muslim yang menyeluruh mengamalkan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Menjadi orang Aceh adalah menjadi muslim yang toleran. Hidup harmonis, tawazun, karena memang demikianlah kita diajarkan oleh Islam, melalui Rasul hingga ulama-ulama kita.

Jadi konsep moderasi beragama ini sudah ada dalam Islam, tinggal bagaimana kita membahasakan dengan bahasa yang lebih dekat dengan masyarakat.

Namun, kita juga menyayangkan Aceh yang di stereotypekan sebagai daerah yang keras dan fanatik. Stereotype ini terbangun baik secara sengaja maupun tidak sengaja secara nasional di Indonesia. Tentu ini harus kita jawab secara bijak dan tidak berlebihan. Tunjukkanlah wajah islam yang sebenarnya, penuh kasih sayang dan budi pekerti yang luhur.

Dalam hemat kami, dalam mensosialisasikan moderasi beragama, atau mengajak umat untuk “kembali ke tengah”, adalah sebagai berikut:

1. Memperkuat pendidikan berbasis agama (penguatan aqidah & akhlak)

2. Menanggulangi gerakan ekstremisme melalui media terutama medsos

3. Memperkuat literasi media dalam menanggulangi hoax

4. Memperkuat Tim Cyber di kementrian/lembaga dan organisasi sosial keagamaan juga harus dimaksimalkan.

5. Memaksimalkan jejaring antara lembaga kementrian/lembaga dan organisasi sosial keagamaan di secara merata.

6. Ada sebuah lembaga atau tim khusus memperkuat deteksi dini munculnya paham-paham yang tak sejalan dengan nilai-nilai moderasi dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan agama melalui madrasah menjadi salah satu garda penting agar proses transfer nilai-nilai agama, pengetahuan dan budaya yang dilangsungkan secara berkesinambungan sehingga nilai-nilai itu dapat menjadi sumber motivasi dan aspirasi serta tolok ukur dalam perbuatan dan sikap maupun pola berpikir.