PROSES ANGKUTAN SEDIMENTASI

Sungai adalah jalur aliran air di atas permukaan bumi yang di samping mengalirkan air juga mengangkut sedimen yang terkandung dalam air sungai tersebut. Jadi sedimen terbawa hanyut oleh aliran air, yang dapat dibedakan sebagai muatan dasar (bedload) dan muatan melayang (suspendedload).
• Asal dan proses pembentukan sedimen
Proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition). Proses tersebut berjalan sangat kompleks, dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetic yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di atas tanah sedangkan sebagian lagi masuk ke dalam sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen. Bentuk, ukuran dan beratnya partikel tanah tersebut akan menentukan jumlah dan besarnya angkutan sedimen. Kemampuan tanah itu untuk terkikis tidak hanya tergantung pada ukuran particle-partikelnya tetapi juga pada sifat fisik bahan organic dan anorganik yang terikat bersama-sama partikel tersebut (Hadi, 2004).
• Muatan Sedimen Dasar
Partikel-partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar sungai secara keseluruhan disebut dengan muatan sedimen dasar.Gerakan tersebut bisa bergeser, menggelinding atau meloncat-loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai.

Di bagian hulu sungai, muatan sedimen dasar umumnya merupakan bagian terbesar dari seluruh jumlah angkutan sedimen. Kualitas dan kuantitas material yang terbawa oleh aliran sepanjang dasar sungai tergantung dari penyebaran erosi di daerah pegunungan dan juga tergantung dari derajat kemiringan lereng, struktur geologi dan vegetasi.

Pengambilan bed load lebih sulit jika dibandingkan dengan pengambilan suspended load karena :

(1) Partikel-partikelnya bergerak tidak secepat aliran.

(2) Karena bentuk dasar sungai akan mempengaruhi terjadinya variasi dalam besarnya pengangkutan sedimen.

(3) Setiap alat yang ditempatkan pada atau di dekat dasar sungai akan merubah kondisi aliran yang mengakibatkan pengukuran beban tidak betul.

(4) Jika alat ditempatkan di daerah loncatan (saltation zone) beberapa contoh yang diperoleh merupakan suspended material.
Beberapa persamaan untuk memperkirakan muatan sedimen dasar pada umumnya dikembangkan dari penyelidikan di laboratorium dengan skala kecil. Umumnya rumus yang digunakan adalah persamaan Meyer – Peter dan persamaan Einstein.

• Formula Meyer – Peter dan Muller (1948)
Rumus pengangkutan Meyer-Peter dan Muller, awalnya dikembangkan pada tahun 1948, dirancang untuk fine baik diurutkan kerikil pada tahap pengangkutan.

• Formula Einstein
Einstein menetapkan persamaan muatan dasar sebagai persamaan yang menghubungkan material dasar dengan pengaliran setempat (local flow). Persamaan itu menggambarkan keadaan seimbang daripada pertukaran butiran dasar antara lapisan dasar (bed layer) dan dasarnya. Einstein menggunakan D= D35 untuk parameter angkutan, sedangkan untuk kekasaran digunakan D = D65. Hubungan antara kemungkinan butiran akan terangkut dengan intensitas ang kutan dasar dijabarkan sebagai berikut :

Qb = ( φ ( g. Δ . D353)1/2 ).B
φ = 0.044638 + (0.36249.Ψ‘) – (0.226795. Ψ2) + (0.036. Ψ3)
Ψ = ( μ . R. I ) / ( Δ. D35 )
τ = ρw. g. R. I
μ = ( C/C‘ )3/2
C‘ = 18 log ( 12R / D65 )
C = V / ( R. I )1/2
Keterangan:
A = Luas penampang basah ( m2 )
P = Keliling basah ( m )
R = Jari – jari hidroulis (A/P)
V = Kecepatan ( m/dt )
Q = Debit ( m3/dt ) → V. A