Pada dasarnya kepuasan kerja inilah yang menjadi tujuan setiap seseorang atau karyawan di dalam melakukan sesuatu atau pekerjaan. Meskipun secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang ingin meraih kemajuan, termasuk dalam meniti karir ukuran keberhasilan yang di gunakan memang berbeda-beda, perbedaan tersebut merupakan akibat tingkat kepuasan seseorang berlain-lainan pula.
Adapun pengertian tentang kepuasan sebagai berikut:
- Kepuasan kerja merupakan sikap umum seseorang karyawan terhadap pekerjaannya, kepuasan kerja menunjukkan adanya kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang di sediakan oleh pekerjaan (http://www.scrib.com/doc/17000839/kepuasan-kerja)
- Menurut Sihotang (2007 : 244) kepuasan (satisvaction) kerja merupakan hasil kesimpulan seseorang pekerja tentang perbandingan antara hasil kerja yang di harapkan dengan hasil yang nyata-nyata di perolehnya.
Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja dan struktur organisasi. Sementara itu perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain. Penempatan kerja dan struktur organisasi, sementara itu perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Ada lima (5) aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu;
- Pekerjaan itu sendiri (Work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan sesorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
- Atasan (Supervision)
Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan atasannya bisa dianggap sebagai figur ayah / ibu / teman dan sekaligus atasannya
- Teman Sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
- Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
- Gaji / upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang di anggap layak atau tidak. (http://id.wikipedia.org/wiki/kepuasan_kerja)
Ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki, 2001 : 225) yaitu sebagai berikut :
- Pemenuhan kebutuhan (need fulfill ment)
Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
- Perbedaan (Discrepancies)
Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterima orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan puas bila menerima manfaat diatas harapan.
- Pencapaian nilai (Value attainment)
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
- Keadilan (Equity)
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja
- Komponen genetik (Genetic Components)
Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja disamping karakterstik lingkungan pekerjaan.
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja. Diantaranya adalah gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja)
- Gaji / Upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, deraja sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol dari pencapaian (achievement) keberhasilan dan pengakuan / penghargaan.
- Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan (uncomfortable) akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.
- Hubungan kerja
Hubungan dengan rekan
Kepuasan kerja yang timbul karena mereka dalam jumlah tertentu berada dalam satu ruangan kerja sehingga dapat berkomunikasi. Bersifat kepuasan kerja yang tidak menyebabkan peningkatan motivasi kerja. Dalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim. Kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan. Kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
Hubungan dengan atasan
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggang rasa (consideration). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai serupa misalnya keduanya mempunyai pandangan hidup yang sama.
Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan sekaligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya. Greenberg dan Baron (2003 : 159) memberikan saran.
Untuk mencegah ketidakpuasan dan meningkatkan kepuasan dengan cara sebagai berikut :
- Membuat pekerjaan yang menyenangkan
Karena pekerjaan yang mereka senang kerjakan dari pada yang membosankan akan membuat orang menjadi lebih puas
- Orang yang dibayar dengan jujur
Orang yang dipercaya bahwa sistem pengupahan / penggajian tidak jujur cenderung tidak puas dengan pekerjaannya
- Mempertemukan orang dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya
Sebagian banyak orang menemukan bahwa mereka dapat memenuhi kepentingannya di tempat kerja, semakin puas mereka dengan pekerjaannya.
- Menghindari orang cenderung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang sangat membosankan dan berulang, karena orang jauh lebih puas dengan pekerjaan yang meyakinkan mereka memperoleh sukses dengan secara bebas melakukan kontrol atas cara mereka melakukan sesuatu.
Kreitner, R. dan Kenicki, A., 2001, Perilaku Organisasi, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Greenberg Jerald dan Baron Robert, 2003. “Behaviour in Organizations”. Edition 8. Upper Sadle River-New Jersey : pearson Educations. Inc.