Pengertian Zoobenthos

Zoobenthos | Kata benthos berasal dari kata yunani “vanthos” yang berarti dalam dan mengacu pada komunitas kehidupan organisme di zona bentik pada ekosistem aquatik. Salah satu fauna perairan tawar adalah kelompok fauna invertebrata yang hidup di dasar perairan yang disebut kelompok zoobenthos (Zaleha et al., 2009).  Diantara kelompok zoobenthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah spesies yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro, kelompok tersebut lebih dikenal dengan makrozoobenthos (Rosenberg dan Resh, 1993).

Menurut Fitriana (2006) organisme benthos merupakan organisme yang hidup atau tinggal di dalam sedimen yang memproduksi berjuta larva dalam bentuk meriplankton yang mendukung populasi ikan dan menjaga keseimbangan ekosistem dengan membuat lubang, sehingga air dan udara dapat masuk ke dalam tanah. Dilihat dari sebaran vertikalnya, bentos terbagi menjadi epifauna dan infauna. Epifauna adalah bentos yang hidup diatas permukaan tanah sedangkan infauna merupakan bentos yang hidup didalam sedimen (Odum, 1994).

Hewan bentos hidup relatif menetap sehingga baik digunakan sebagai  petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke  habitatnya. Kelompok tersebut lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Kelompok bentos yang relatif    mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah  invertebrata makro atau lebih dikenal dengan bentos. Bentos mempunyai peranan  yang sangat penting dalam siklus nutrient di dasar perairan. Karena bentos  berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan  siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.

Makroozoobenthos

Makrozoobenthos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan, dan merupakan bagian dari rantai makanan yang keberadaannya bergantung pada populasi organisme yang tingkatnya lebih rendah sebagai sumber pakan misalnya ganggang (Noortiningsih et al., 2008). Secara umum makrozoobenthos adalah organisme yang tersaring pada ayakan dengan ukuran 500 μm. Selain itu makrozoobenthos merupakan sumber makanan utama bagi organisme lainnya seperti ikan demersal (Zaleha et al., 2009). Setyobudiandi (1997) juga menyatakan bahwa berdasarkan ukurannya, hewan benthos yang tersaring dengan saringan bentos berukuran 0,5 mm disebut makrobenthos.

Makrobentos  merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar  perairan baik yang sesil, merayap maupun yang menggali lubang. Organisme  yang termasuk makrobentos diantaranya crustaceae, isopoda, decapoda, oligochaeta, mollusca, nematoda dan annelida.

Klasifikasi makrobentos menurut  ukurannnya yaitu makrobentos merupakan bentos yang memiliki ukuran lebih  besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing pelecypod, anthozoa,  echinodermata dan crustaceae. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki  ukuran antara 0. 1- 1 mm, contohnya polychaeta, pelecypoda, copepod, ostracoda,  nematode, turbellaria dan foraminifera. Mikrobentos merupakan bentos yang  memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bakteri, diatom, ciliate,  amoeba dan flagellate. Anonim (2007:109)

Menurut Pratiwi et al. (2004) makrozoobenthos merupakan salah satu komunitas terpenting dalam ekosistem perairan yang memiliki peranan sebagai organisme kunci dalam jaringan makanan. Organisme ini hidup menetap (sesile) dan memiliki daya adaptasi yang bervariasi terhadap kondisi lingkungan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran.

Makrozoobenthos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah, mudah ditangkap serta memiliki kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran makrozoobenthos dalam keseimbangan suatu ekosistem perairan termasuk lahan budidaya dapat menjadi indikator kondisi ekologi terkini pada suatu kawasan tertentu (Pong-masak dan Pirzan, 2006). Dengan sistem hidupnya yang sesil, makrozoobenthos ini sering digunakan untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia dan biologi perairan. Suatu perairan yang sehat atau belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir jumlah spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi (Odum, 1994).

Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi benthos

Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas benthos ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik  perairan seperti pasang surut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kecerahan, substrat dasar dan suhu air. Sifat kimia antara lain kandungan oksigen dan karbondioksida terlarut, pH, bahan organik, dan kandungan hara berpengaruh terhadap hewan benthos (Setyobudiandi, 1997).

  • Pasang surut

Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut (sea level) secara berbeda yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa (terutama matahari dan bulan)terhadap massa air di bumi (Pugh, 1987).

  • Salinitas

            Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan.  Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promi (0/00) (Effendi, 2003). Biota akuatik umumnya dapat menyesuaikan diri dengan perubahan salinitas sampai batas tertentu, menurut Setyobudiandi (1997) kisaran salinitas optimal untuk gastropoda di perairan berkisar antara 26 ‰ – 32 ‰, sedangkan untuk bivalvia dapat hidup pada salinitas antara 20 ‰ –  36‰.

  • Kecerahan

Kejenihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel telarut dalam lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan turunnya efisiensi makan dari organisme pemakan suspensi (Levinton,1982).

  • Suhu

                Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dandiurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan air yang datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspos (Kinne, 1964). Suhu merupakan faktor langsung yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup makrozoobenthos, batas toleransi tertinggi untuk keseimbangan struktur populasi hewan bentos pada suhu mendekati 32˚C (Adriman, 1995).

  • Arus

            Arus secara langsung berpengaruh terhadap organisme bentos dan secara tidak langsung pada substrat perairan (Nybakken, 1992). Menurut Odum (1994) pengendapan partikel lumpur di dasar perairan tergantung pada kecepatan arus, apabila perairan memiliki arus yang kuat maka partikel yang mengendap adalah partikel yang ukurannya lebih besar. Sebaliknya pada tempat yang arusnya lemah, maka yang mengendap di dasar perairan adalah lumpur halus. Penyebab utamanya timbulnya arus adalah pasang surut.

  • Oksigen Terlarut

Oksigen adalah gas yang amat penting bagi hewan. Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air. Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis makrobenthos di perairan. Semakin tinggi kadar O2 terlarut maka jumlah benthos semakin besar (Sastrawijaya, 2000).

  • Derajat Keasaman (pH)

Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5 (Effendi, 2003).