1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan kepandaian. Seseorang dapat dikatakan berhasil apabila ia dapat mencapai hasil yang maksimal dari apa yang telah dilakukan. Begitu halnya seorang siswa apabila ia memperoleh hasil belajar yang tinggi, maka siswa tersebut berarti telah berhasil mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.
Sehubungan dengan uraian di atas Sumartono (1997:18) menjelaskan bahwa :
“Hasil belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan suatu nilai yang tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan dalam mengerjakan sesuatu pada suatu tertentu pula”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil belajar adalah hasil yang maksimal dicapai oleh seseorang. Hasil maksimal tersebut telah dicapai berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Karena tiap siswa memiliki perbedaan individu dalam arti memiliki kemampuan, kemauan, minat dan intelegensia yang tidak sama, maka sudah selayaknya hasil maksimal yang dicapainya juga tidak akan sama, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menunjang antara lain faktor peralatan, faktor kesempatan dan faktor lingkungan. Faktor keadaan siswa-siswa dan lain sebagainya. Usaha yang tekun dari diri sendiri dan dorongan dari luar yakni yang berupa bimbingan baik dari guru atau orang tua juga akan ikut menentukan hasil maksimal yang dicapai oleh siswa. Semakin besar usaha siswa dan bimbingan yang diperoleh dalam belajar pada umumnya semakin tinggi hasil atau hasil yang dicapainya.
Sedangkan pengertian belajar menurut Nawawi (1989:100) dalam bukunya yang diterbitkan oleh Departemen pendidikan dan Kebudayaan, adalah :
“Tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Tetapi menurut pendapat Poerwodarminto (1980:768), hasil belajar adalah :
“Hasil yang telah dicapai. Sedangkan belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, dengan demikian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajarnya”.
Dari ketiga pendapat tersebut pada dasarnya mempunyai arti yang sama hanya batasan yang diberikan berbeda. Hal ini telah dijelaskan menurut Nawawi (1989:102) yang memberikan batasan hasil belajar itu dibatasi dengan 3 (tiga) tingkat kemampuan antara lain :
1) Penguasaan materi pengetahuan berupa kemampuan menghafal, mengingat, fakta-fakta yang terdapat dalam materi/bahan pelajaran, istilah-istilah, pengertian-pengertian, prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi yang bersifat teoritis.
2) Pengertian dan pemahaman yang dicerminkan dalam tiga bentuk tingkah laku, yakni kemampuan menterjemahkan kedalam bahasa sendiri dalam memahami suatu gagasan, kemampuan menafsirkan dan kemampuan menghubungkan suatu topik dengan contoh-contohnya yang konkrit, diiringi dengan kemampuan menetapkan kesimpulan-kesimpulannya.
3) Penggunaan materi pengetahuan berupa kemampuan mempergunakan hasil tentang suatu gagasan/pendapat yang bersifat umum, prosedur dan metode, termasuk juga prinsip-prinsip tehnik ke dalam situasi kongkrit.
Tiga tingkatan kemampuan yang lain sebagai hasil belajar yang lebih komplek tidak termasuk belajar antara lain : Analisis, Sintesis dan Evaluasi.
Jadi jelaslah bahwa hasil belajar itu merupakan hasil yang dicapai seseorang siswa dalam belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor nilai. Akan tetapi secara luas tidak hanya ditentukan oleh skor saja, bahkan juga pada hal-hal yang nyata seperti bakat dan keahlian.
Dalam hal hasil ini, sesuai dengan kenyataan yang ada, bagaimana keadaan murid di kelas, di rumah dan di masyarakat, apakah sesuai dengan kepribadiannya, inipun merupakan berhasil, hanya saja berhasil yang merupakan perubahan yang ada di rumah atau di masarakat.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : faktor endogen/intern dan faktor exogen/ekstern.
a. Faktor endogen atau intern
Faktor ini adalah berasal dari siswa sendiri artinya faktor yang berupa kemampuan anak yang dibawa sejak lahir. Pada dasarnya setiap anak sudah dibekali dengan berbagai kemampuan, bakat atau potensi. Kemampuan yang bersifat bawaan ini tidak dapat dirubah, tetapi hanya dapat dipengaruhi atau dikembangkan menurut batas yang dimilikinya. Orang tua dan guru hanya dapat mempengaruhi dan mengembangkan potensi yang ada, yakni dengan jalan memberikan rangsangan dan dorongan yang sesuai dengan memberikan pendidikan dan bimbingan secukupnya. Jadi bimbingan dan pendidikan yang dilaksanakan keluarga maupun di sekolah hanya merupakan proses untuk mengembangkan potensi-potensi anak itu sendiri.
Kita mengetahui bahwa pendidikan adalah penting, bahkan lebih penting dari yang lain-lainnya. Hal ini tampak pada orang tua yang selalu berusaha agar anak-anaknya menjadi anak yang pandai, anak yang baik, berguna bagi nusa dan bangsa dan masyarakat pada umumnya. Sampai-sampai orang tua tidak segan-segan menjual kekayaannya bila diperlukan untuk membiayai anak-anaknya dalam belajar mereka. Orang tua sekarang insyaf, bahkan pendidikan sangat menentukan masa depan anak. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini seseorang akan memperoleh kehidupan yang baik harus dengan berkompetisi dengan orang lain. Jika tidak pandai bersaing, maka akan terdesaklah orang yang lebih pandai.
Sebagian orang telah mengatakan bahwa harta warisan yang paling baik bagi anak-anaknya adalah pendidikan dan pengajaran kepada mereka. Namun pada kenyataannya masih ada orang tua yang belum sadar sepenuhnya akan hal ini dan masih banyak anak yang gagal dalam belajarnya. Banyak diantara mereka yang tidak naik kelas, tidak lulus ujian, dikeluarkan dari sekolah dan sebagainya. Karena mereka mendapatkan hambatan-hambatan dalam belajar mereka.
Pada umumnya orang tua sendiri kurang menyadari atau mengerti apa sebab-sebabnya anak mereka gagal dalam belajar. Sebab-sebab itu banyak, ada beberapa sebab endogen yang dapat penulis uraikan yang antara lain sebagai berikut :
1) Faktor biologis
Faktor biologis ialah faktor yang berhubungan dengan jasmani anak, misalnya :
a) Kesehatan
Kesehatan adalah faktor didalam belajar. Pelajar yang tidak sehat badannya, tentu tidak dapat belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu, dan pelajar sukar masuk. Begitu juga anak yang badannya lemah sering pusing dan sebagainya tidak akan tahan lama dalam belajar dan lekas capai. Dalam keadaan ini apabila kita memaksa anak untuk belajar giat, kita akan bersalah sebab bagaimanapun juga anak tetap tidak dapat belajar dengan baik. Kewajiban orang tua adalah meneliti, apakah ada penyakit atau gangguan-gangguan yang lain. Jika ternyata ada, hendaklah segera memeriksa ke dokter agar supaya tidak terlambat, baik kesehatannya maupun kemajuan belajarnya. Makin lama kita menunggu untuk memeriksakan kesehatannya, makin terbelakang pula bagi anak dalam usaha belajarnya.
b) Cacat badan
Cacat badan dapat juga menghambat belajar. Termasuk cacat badan, misalnya : setengah buta, setengah tuli, gangguan bicara, tangan hanya satu dan cacat badan lainnya. Anak-anak cacat seperti ini hendaknya dimasukkan dalam pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa.
Anak-anak setengah buta meskipun ditolong dengan alat-alat khusus (misalnya kaca mata istimewa), namun sering kali juga mengalami kesukaran-kesukaran. Sehingga bagaimanapun juga mereka akan terlambat. Begitu juga anak-anak setengah tuli, atau gangguan dalam bicara meskipun sudah ditolong dengan alat-alat khusus, toh tetap akan berbeda hasilnya dibanding dengan anak-anak normal.
2) Faktor Psychologis
Faktor psychologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah, termasuk dalam faktor ini adalah : intelegensia, perhatian, minat, bakat dan emosi.
a) Intelegensia
Faktor intelegensia adalah faktor indogen sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Bilamana pembawaan intelegensia anak memang rendah, maka anak tersebut sukar mencapai hasil belajar yang baik. Anak sukar untuk mengerti apa yang dipelajari, sehingga perlu bantuan dari pendidik atau orang tua untuk dapat berhasil belajarnya. Kendatipun anak sudah belajar dengan sebaik-baiknya, kalau memang intelegensianya rendah, maka ia akan mengalami kesukaran juga dalam belajarnya. Andaikata anak tersebut kita marahi terus menerus tidak ada artinya, sebab memang kurang kemampuannya.
Selain faktor intelegensi atau kecerdasan, ada pula faktor lain yaitu cacat mental, cacat yang dibawa sejak lahir. Termasuk cacat ini adalah : idiosi, embilisitas dan debilitas.
Anak-anak yang tergolong embisil adalah anak-anak yang kecenderungannya sama dengan anak-anak normal yang berumur 3 – 7 tahun.
Anak-anak tersebut diatas biasanya mengalami hambatan yang besar dalam usaha belajar mereka. Mereka tidak dapat diharapkan untuk menerima pelajaran dengan sempurna. Anak-anak debil dan embisil ringan dan anak-anak yang lambat belajar masih dapat mengikuti belajar seperti anak-anak yang lain, sehingga pasti mendapatkan kesukaran dalam belajar mereka.
b) Perhatian
Perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar anak. Untuk dapat menjamin belajar yang baik, anak harus ada perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila bahan pelajaran itu tidak menarik maka timbullah rasa bosan, malas, dan belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga hasil mereka kemudian menurun. untuk itu maka pendidik harus mengusahakan agar bahan pelajaran yang diberikan dapat menarik perhatiannya. Berikan humor seperlunya agar bahan pelajaran itu benar-benar dapat menarik bagi anak-anak. Biasanya perhatian timbul bila bahan itu berguna/berarti bagi anak. Latihan ujian untuk anak-anak kelas IV adalah bahan yang berarti bagi anak kelas V Sekolah dasar. Perhatian ini sering timbul bahan pelajaran kebetulan sesuai dengan bakat anak.
c) Minat
Bahan pelajaran yang menarik minat/keinginan anak akan dapat dipelajari oleh anak dengan sebaik-baiknya. Yang tidak sesuai dengan minat/keinginan anak pasti tidak dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar. Minat sering timbul bila ada perhatian. Maka itu untuk menimbulkan minat, kita sebaiknya juga harus menimbulkan perhatian, misalnya dengan menghubungkan dengan hal-hal yang menarik bagi anak.
d) Bakat
Sering kita mendengar bahwa pelajaran itu tidak sesuai dengan bakatnya, fakultas itu tidak sesuai dengan bakatnya dan lain-lain. Misalnya kita menginginkan agar anak kita menjadi dokter, kemudian kita memasukkan ke fakultas kedokteran. Tetapi ia sama sekali tidak ada bakat untuk menjadi seorang dokter, maka ia mengalami kesukaran-kesukaran dalam belajarnya.
Sebaliknya bagi anak yang mempunyai bakat dokter, ia selalu baik dalam hasil belajarnya, sehingga ia merasa senang dan selalu berusaha lebih giat lagi yang lebih baik. Bagi anak yang selalu gagal, maka kesenangan belajarnya akan semakin berkurang dan mengalami kesukaran-kesukaran.
b. Faktor Exogen / Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri anak, artinya segala pengaruh dari luar diri anak baik sebagai hasil pendidikan maupun dari hasil pergaulan. Usaha pendidikan adalah menciptakan situasi yang membuat anak mau dan mampu untuk belajar. Adapun yang termasuk faktor ekstern atau exogen antara lain :
1) Faktor Keluarga
Didalam keluarga anak dapat pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan mempunyai pengaruh besar terhadap anak-anaknya bila dibandingkan dengan pendidikan yang lain. Hal ini disebabkan hubungan antara kedua orang tua bersifat kodrati. Disamping itu pula pendidikan dan bimbingan orang tua tidaklah terbatas pada tempat dan waktu. Anak-anaknya mendapatkan pendidikan dan bimbingan dimana dan kapan saja. Dalam hubungan dengan uraian diatas Suwarno (1977: 65) mengatakan bahwa :
“Alam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan yang terpenting oleh sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga itu selalu mempengaruhi pertumbuhannya budi pekerti tiap-tiap manusia”.
Sebenarnya semua keluarga khususnya orang tua menginginkan anak-anaknya mempunyai potensi yang tinggi, namun kenyataannya tidak semua orang tua selalu memberikan pendidikan dan bimbingan belajar.
Adapaun faktor keluarga tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa macam, antara lain :
a) Orang tua
Faktor orang tua merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya. Sebaliknya orang tua yang tidak mengindahkan pendidikan anak-anaknya, acuh tak acuh, bahkan tidak memperhatikan sama sekali, tentu tidak akan berhasil dalam belajarnya.
Misalnya anak tidak disuruh belajar secara teratur, tidak dibelikan alat-alat belajar, dan sebaginya. Mungkin sebetulnya anak itu pandai, akhirnya menemui kesulitan belajar dan kemudian segan untuk belajar.
Begitu pula orang tua yang memanjakan anak-anaknya juga termasuk cara pendidikan yang tidak baik. anak manja biasanya sukar dipaksa untuk belajar. Ia dibiarkan begitu saja, karena orang tuanya terlalu sayang kepada anak, tapi apabila terlalu sayang akan menimbulkan hal-hal yang kurang baik dan menyesatkan. Bila ia disuruh belajar ia marah-marah, akhirnya ia segan untuk menyuruhnya. Jika ini berjalan terus menerus, akhirnya anak menjadi nakal, bertindak semaunya sendiri tidak memperdulikan perintah orang tuanya. Sebab barang tentu hal ini akan menimbulkan kesukaran-kesukaran belajar.
Sebaliknya dapat pula terjadi yaitu orang tua yang selalu memaksa dan mengejar-ngejar untuk belajar, dari waktu ke waktu terus diperintah untuk belajar, agar dapat mencapai hasil yang tinggi, dapat menjadi juara kelas dan sebagainya. Sehingga anak tidak mempunyai kesempatan untuk beristirahat, sikap orang tua semacam ini adalah salah. Sebab anak tidak dapat beristirahat secara sempurna, disamping itu lama-lama menjadi benci terhadap belajar, bahkan dapat juga dihinggapi rasa ketakutan. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gangguan-gangguan kejiwaan dan menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam belajar anak. Pada umumnya orang tua mereka kurang memberikan dorongan yang cukup kepada anak-anaknya, mereka kurang mendorong anak untuk menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tua yang salah, anak jadi benci terhadap belajar.
Faktor lain yang masih ada hubungannya dengan faktor orang tua adalah hubungan orang tua dengan anak. Apakah hubungan itu bersikap acuh tak acuh atau diliputi suasana kebencian, atau sebaliknya diliputi oleh hubungan yang terlalu penuh kasih sayang dan sebagainya.
Hubungan acuh tak acuh tanpa kasih sayang akan menimbulkan frustasi atau penyesalan yang mendalam dalam hati anak. Ia selalu kecewa dan menderita tekanan-tekanan batin sehingga usaha belajarnya terlambat, begitu juga orang tua yang sangat keras terhadap anaknya menimbulkan tekanan batin pada anaknya. Hubungan orang tua dengan anak menjadi tegang, kaku dan tidak harmonis, satu sama yang lain tidak ada perasaan kasih sayang, karena itu usaha belajar mereka juga terhambat. Sebab belajar harus membutuhkan suasana jiwa yang tenang dan gembira. Orang tua juga terlalu keras terhadap anak-anaknya jelas tidak memberikan ketenangan dan kegembiraan. Orang tua terhadap anaknya sering menuntut hal-hal yang bersifat “harus begini”, “harus begitu” dan sebagainya, ini semua justru membuat anak menjadi malas dan terhambat dalam belajar.
Sebaliknya juga terjadi dimana orang tua terlalu memanjakan anaknya, tidak juga menjadi pendorong yang baik, anak menjadi malas dan minder.
Adapun hubungan orang tua dengan anak yang baik ialah hubungan yang penuh dengan pengertian yang disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman, dengan tujuan untuk memajukan belajar anak. Begitu juga contoh sikap yang baik dari orang tua sangat mempengaruhi belajar anak.
b) Faktor suasana rumah
Lingkungan keluarga yang lain ynag dapat mempengaruhi usaha belajar anak adalah faktor suasana rumah. Suasana rumah yang terlalu gaduh atau terlalu ramai tidak akan memberikan anak belajar dengan baik. Misalnya rumah dengan keluarga besar atau banyak sekali penghuninya.
Begitu juga suasana rumah tangga yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantaranya anggota-anggotanya. Anak merasa sedih, bingung dan dirundung kekecewaan serta tekanan batin yang terus menerus. Akibatnya anak suka keluar rumah mencari suasana baru. Apa kemudian yang terjadi ?. Dalam sekejab saja anak mendapat pengaruh jahat dari luar yang masuk dalam jiwanya, akhirya ia malas dan terhambat dalam belajarnya.
c) Faktor ekonomi keluarga
Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan juga dalam belajar anak. Misalnya anak dari keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap, sebaliknya anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat yang serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, minder, putus asa sehingga dorongan belajarnya kurang.
d) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah kadang juga menjadikan faktor hambatan bagi anak, menurut Ahmadi (1990 : 84) yang termasuk faktor ini misalnya : Cara penyajian pelajaran yang kurang baik. Dalam hal ini misalnya karena guru kurang persiapan atau kurang menguasai buku-buku pelajaran, sehingga dalam menerangkan kepada anak kurang baik dan sukar dimengerti. Begitu juga metode dan sikap guru yang kurang baik dapat membosankan kepada anak, Hubungan guru dan murid yang kurang baik. Biasanya bila anak itu menyukai gurunya, akan suka pula pada pelajarannya. Sebaliknya bila anak membenci kepada gurunya atau ada hubungan yang kurang baik maka dia akan sukar pula menerima pelajaran yang diberikannya. Anak tidak dapat maju sebab segan mempelajari pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut, Hubungan antara anak dengan anak kurang menyenangkan. Hal ini terjadi pada anak yang diasingkan/dibenci teman-temannya. Anak yang dibenci ini akan mengalami tekanan batin yang menghambat kemajuan belajar. Ia sering tidak masuk sekolah dan kadang-kadang mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan, Bahan pelajaran yang terlalu tinggi diatas ukuran normal ukuran kemampuan anak, Alat-alat belajar disekolah yang serba kurang / tidak lengkap, Jam-jam pelajaran yang kurang baik. Misalnya sekolah yang masuk siang, dimana udara sangat panas mempunyai pengaruh yang melelahkan.
e) Lingkungan Masyarakat
Yang termasuk lingkungan masyarakat yang dapat menghambat kemajuan belajar anak ialah : 1) Mas media, seperti : bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya. Semua ini dapat memberi pengaruh yang kurang baik terhadap anak, sebab anak akan berlebihan menonton atau membaca, bahkan tidak dapat mengendalikannya. Sehingga semangat belajar mereka menjadi terpengaruh dan mundur sekali, dalam hal ini perlu pengawasan dan pengaturan waktu ayng bijaksana, 2) Teman bergaul yang memberikan pengaruh yang tidak baik. Orang tua sering terkejut tiba-tiba melihat anaknya yang belum cukup umur sembunyi-sembunyi merokok atau pergi tanpa tujuan, sehingga tugas-tugas sekolahnya ditinggalkan, 3) Adanya kegiatan-kegaiatan dalam masyarakat, misalnya adanya tugas-tugas organisasi, belajar pencak silat, belajar menari dan sebagainya. Jika tugas-tugas ini dilebih-lebihnkan jelas akan menghambat belajar anak, 4) Corak kehidupan tetangga. Dalam hal ini dimaksudkan apakah anak itu hidup dalam lingkungan tetangga yang suka judi, atau lingkungan pedagang/buruh dan sebagainya. Sebab ini semua dapat mempengaruhi semangat belajar anak.