BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Ketika manusia perimitif beralih dari periode terbaru dan meramu keperiode bercocok tanam. Baru disadari perlunya penyimpanan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dalam jangka panjang. Pada saat tersebut baru terpikir untuk membuat tempat penyimpanan berupa lumbung makanan yang biasanya terbuat dari tanah atau sejenisnya.
Aktifitas yang dilakukan satu kelompok organisme mempengaruhi kelompok organisme lain. Campur tangan manusia, misalnya dalam praktik pengendalian hayati, juga menjadi penyebab keberadaan organisme tertentu dalam organisme tertentu dalam ekosistem penyimpanan. Walaupun penyaimpanan dimaksudkan untuk menghindari dari hama dan susut didalam tempat penyimpanan tidak bisa dihindari, beragam factor menjadi penyebabnya antara lain serangga hama gudang, kotaminan cendawan, reaksi biologis biji-bijian, kerusakan fisik dan penangan manusia.
Saat ini, fungsi utama penyimpanan secara ekonomis adalah mengurangi fluktuasi pasar. Suplai berlebih berbagai komoditi umumnya hanya terjadi beberapa bulan selama setahun, sementara permintaan konsumen boleh dikatakan cenderung tetap sepanjang tahun .Pada gudang Bulog, pola penyusunan karung yang biasa digunakan adalah kunci lima dan bata mati.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penyusunan karung, dan pembuatan flonder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode fumigasi yang paling umum diindonesia dan Negara berkembang lainya adalah fumigasi tumpukan bahn simpan yang dilakukan dengan sungkup pelastik. Metode ini rawan kebocoran bila sungkup tidak menutup rapat atau bila digerigiti tikus. Apabila dilakukan dengan baik, teknologi yang relative sederhana ini cukup bagus hasilnya. Perktek fumigasi ini berhubungan dengan perdagangan internasional dan karan tina. Fumigasi kapal adalah fumigasi ruangan penyimpanan (palka) didalam kapal, baik berisi bahan ekspor atau impor maupun kosong. Fumigasi konteiner dilakukan dengan memasukan fumigant kedalam konteiner yang telah terisi komoditas. Metode yang diterapkan pada fumigasi kapal dan kounteiner tidak jauh berbeda dengan fumigasi sebelumnya, perinsipnya kebocoran fumigant harus dihilangkan dan fumigant harus berada dalam dosis letal dalam waktu yang mencukupi, disamping factor keamanan kerja harus diperioritaskan. Pada perakteknya, fumigasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah pengapalan, tergantung permintaan dan peraturan Negara pengimpor atau pengekspor.
Gudang sistem curah lebih cocok dibangun di Negara-negara yang menerapkan pertanian skala besar, serta kondisi iklim dan teknologinya memungkinkan menjaga kadar air biji tetap rendah. Biaya tenaga kerja yang tinggi juga menjadi pertimbangan dibangunnya gudang yang lebih efesien. Apabila dilakukan dengan baik, kehilangan hasil dalam system ini lebih rendah dibanding system stapel, sehingga dibeberapa Negara berkembang telah diuji coba penggunaannya. Sayangnya, uji coba semacam ini sering berujung pada kegagalan karena tridak sesuai.
System kemas hampa dapat memperpanjang usia penyimpanan beras dan dapat mempertahankan mutu beras dan dapat mempertahankan mutu beras selama disimpan 2-3 tahun di gudang terbuka, disamping serangga hama dan jamur dapat dicegah tanpa menggunakan pestisida. Mesin kemas hampa terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu : unit pengeringan, unit pencetak kemasan dan mesin pengemas. Pengemasan hampa mampu dilakukan dalam 20 ton/jam dengan satu kantong kemasan untuk satu ton beras. System tersebut juga dapat dipergunakan untuk mengemas produk bahan pangan lain (gula, kopi, jagung, kakao).
Letaknya gudang bisa diatas bisa di bawah tanah yang bentuk umumnya tinggi (silo) atau lebar. Pada awalnya menggunakan material kayu, namun kemudian material logam dan beton dinilai lebih efisien. Ukuran gudang system curah dibangun mengikuti alur distribusi bahan simpan, mulai dari ukuran terkecil ditingkat petani(fram bin berkapasitas 25-80 ton) hingga terminal elevator berkapasitas 5000- 500.000 ton.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
No
|
Nama Alat Dan Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Kantong Pelastik 1Kg
|
20 Buah
|
2
|
Abu Sekam
|
20 Kg
|
3
|
Timbangan
|
1 Buah
|
4
|
Lilin
|
1 Buah
|
3.2 Cara Kerja
1. Kantong plastik diisi dengan abu sekam, ditutup kemasannya dengan membakar ujung polastiknya.
2. Dilakukan penyusunan dengan kedua pola, dihitung kekokohan penyusunan karung.
BAB IV
PEMBAHASAN
Di sebut sistem tumpuk/staple karena berupa bangunan gudang yang berisi tumpukan karung bahan simpan yang disusun menurut kunci tertentu. Bila digunakan karung goni, tinggi tumpukan bisa sampai 25 karung, sedangkan dengan karung plastic hanya 15 – 22 karung.
Penyimpanan goni atau tumpukan karung biasanya mempunyai 2 pola penyusunan, yitu pola penyusunan kunci lima dan pola penyusunan bata mati. Dari kedua pola tersebut sama- sama teknik penyimpanan yang sangat menguntungkan dikarenakan pola ini lebih memperhatikan sirkulasi udara dalam ruang yang menjadi ancaman bagi bahan pangan terutama dalam kelembaban bahan tersebut.
Mulai karung kesepuluh, tumpukan dibuat piramida. Gudang system ini diadopsi di Indonesia karena sesuai dengan iklim, praktik produksi dan distribusi pertanian serta relative murah biaya pembuatan operasionalnya. Secara umum strutur gudang harus menjamin bahan simpan terlindungi, aman dari gangguan serangga, burung, tikus, dan pathogen, memungkinkan aplikasi pestisida/fumigasi, mudah dibersihkan dan dioperasikan. Gudang sistem curah lebih cocok dibangun di Negara-negara yang menerapkan pertanian skala besar, serta kondisi iklim dan teknologinya memungkinkan menjaga kadar air biji tetap rendah.
Biaya tenaga kerja yang tinggi juga menjadi pertimbangan dibangunnya gudang yang lebih efesien. Apabila dilakukan dengan baik, kehilangan hasil dalam system ini lebih rendah dibanding system stapel, sehingga dibeberapa Negara berkembang telah diuji coba penggunaannya. Sayangnya, uji coba semacam ini sering berujung pada kegagalan karena tridak sesuai
Pola kuncilima lebih efisien karena dapat menampung tumpukan karung yang lebih banyak di bandingkan dengan pola batamati dan biasanya Bulog Indonesia menggunakan sistim ini karena:
- mudah
- sirkulasi udara merata
- mudah untuk diankut
- gampang mengidentifikasi hama gudang
- dll.
Letaknya gudang bisa diatas bisa di bawah tanah yang bentuk umumnya tinggi (silo) atau lebar. Pada awalnya menggunakan material kayu, namun kemudian material logam dan beton dinilai lebih efisien. Dalam teknik penyimpanan bukan hanya penyimpanan yang menjadi masalah atau hama gudang saja. Karena bangunan penyimpanan juga harus diperhatikan juga seperti Ventilasi udaranya, lingkungannya, dan suhu ruangannya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan ini adalah:
- Sirkulasi udara yang diperoleh oleh pola kunci lima lebih merata dan dapat memudahkan mengidentivikasi hama gudang dengan mudah.
- Pola penyimpanan kunci lima lebih baik dibandingkan dengan pola bata mati karena pola ini dapat menampung tumpukan karung yang relative banyak dan juga dapat menghemat ruang atau tempat.
- Letaknya gudang bisa diatas bisa di bawah tanah yang bentuk umumnya tinggi (silo) atau lebar. Pada awalnya menggunakan material kayu, namun kemudian material logam dan beton dinilai lebih efisien.
- Bahan yang telah diberi perlakuan simpan sebagai mana biasanya, hanya perlu dilindungi dari kemungkinan serangan tikus yang berakibat kebocoran karung.
- Secara umum strutur gudang harus menjamin bahan simpan terlindungi, aman dari gangguan serangga, burung, tikus, dan pathogen, memungkinkan aplikasi pestisida/fumigasi, mudah dibersihkan dan dioperasikan.
- Penggunaan flonder sangat penting didalam penyimpanan terutama didalam gudang, karena flonder dapat mencegah dari kelembaban dan juga dapat memperkecil kerusakan yang disebabkan hama gudang.
- DAFTAR KEPUSTAKAAN
Kartasapoetra. 1990 . Teknologi Penanganan Pasca Panen.Rineka Cipta, Jakarta.
Ratna, dkk.2005. Penuntun Praktikum Penyimpanan dan Penggudangan. Banda Aceh
Sakti indera,2005. Penyimpanan Dan Penggudangan Dalam Teknologi Pasca
Panen,Banda Aceh.