PENGARUH IHSG, SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP INVESTASI PORTOFOLIO DI INDONESIA

Besarnya pengaruh IHSG, suku bunga dan inflasi terhadap investasi portofolio di Indonesia di analisis dengan menggunakan model regresi linear berganda, dengan persamaan sebagai berikut :
IF = β0 +  β1RI +  β2r  + β3IN  + e1
Berdasarkan hasil analisis diperoleh model regresi sebagai berikut :
IF = -0,799  +  0,293RI – 0,137 r  –  0,167IN  + e1
Data-data yang dikumpulkan diproses dengan menggunakan program shazam dan diperoleh print out hasil yang ditabelkan pada tabel IV – 4
TABEL IV-5
HASIL ESTIMASI PENGARUH IHSG, SUKU BUNGA DAN INFLASI
TERHADAP INVESTASI PORTOFOLIO DI INDONESIA, 1992-2008
Variabel
Koefisien Estimasi
Standar Error
T hitung
Konstanta
-0,799
0,051
-0,257
IHSG
0,293
0,047
0,976
Suku Bunga
-0,137
0,078
0,156
Inflasi
-0,167
0,062
0,435
R2           = 0,699
D-W    = 1,826
F tabel = 0,256
Adj R= 0,737
F hitung  = 0,800
T tabel     = 0,506
   Sumber : Hasil Penelitian, 2009
               Berdasarkan Tabel IV-4 diperoleh koefisien-koefisien yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1.   Konstanta 0) sebesar -0,799. Menunjukkan bahwa investasi portofolio di Indonesia adalah sebesar -0,799 persen pada saat IHSG, suku bunga dan  laju inflasi dianggap konstan.
2.   Koefisien variabel IHSG 1) adalah 0,293. Artinya adalah apabila terjadi peningkatan IHSG sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan investasi portofolio sebesar 0,293 persen, dengan asumsi suku bunga dan laju inflasi dianggap konstan, dan faktor-faktor lain juga tetap.
3.   Koefisien variabel suku bunga 2) adalah -0,137. Artinya adalah apabila terjadi peningkatan suku bunga sebesar 1 persen, maka akan menurunkan investasi portofolio sebesar 0,137 persen, dengan asumsi IHSG dan laju inflasi dianggap konstan, dan faktor-faktor lain juga tetap.
4.   Koefisien variabel inflasi 3) adalah -0,167. Artinya adalah apabila terjadi peningkatan laju inflasi sebesar 1 persen, maka akan menurunkan investasi portofolio sebesar 0,167 persen, dengan asumsi IHSG dan suku bunga dianggap konstan, dan faktor-faktor lain juga tetap.
5.   R2 (koefisien determinasi) adalah 0,699. Artinya adalah bahwa sebesar 69,9 persen perubahan-perubahan yang terjadi di dalam investasi portofolio dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam variabel IHSG, suku bunga dan laju inflasi. Sedangkan sisanya sebesar  30,1 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
6.   Perhitungan Adjusted R2 adalah 0,737. Artinya adalah bahwa derajat hubungan antara variabel bebas ( IHSG, suku bunga dan laju inflasi) dengan variabel terikat (investasi portofolio) adalah 73,7 persen. Dengan kata lain IHSG, suku bunga dan laju inflasi berhubungan signifikan dengan investasi portofolio di Indonesia. Sedangkan sisanya sebesar 26,3 persen berhubungan dengan faktor-faktor lain di luar penelitian ini.
7.   Pengujian hipotesis dengan uji –t, menunjukkan bahwa variabel IHSG memiliki pengaruh positif terhadap investasi portofolio di Indonesia selama periode 1992-2008 yang diperoleh dengan keyakinan sebesar 95 persen, hal ini didasarkan pada perolehan t-hitung 0,976 > t-tabel 0,506. Variabel suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap investasi portofolio di Indonesia selama periode 1992-2008 yang diperoleh dengan keyakinan sebesar 95 persen, hal ini didasarkan pada perolehan t-hitung 0,156 < t-tabel 0,506. Dan variabel laju inflasi juga memiliki pengaruh negatif terhadap investasi portofolio di Indonesia selama periode 1992-2008 yang diperoleh dengan keyakinan sebesar 95 persen, hal ini didasarkan pada perolehan t-hitung 0,435 < t-tabel 0,506.
8.   Untuk menguji pengaruh IHSG, suku bunga dan laju inflasi secara keseluruhan terhadap investasi potofolio di Indonesia dapat dibuktikan dari hasil perhitungan dengan F-hitung dan F-tabel. Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai F-hit = 0,800 > F-Tab = 0,256. Ini berarti bahwa IHSG, suku bunga dan laju inflasi secara keseluruhan bersama-sama mempengaruhi investasi potofolio di Indonesia selama periode 1992-2008.
            Dengan diperoleh nilai D-W hitung adalah sebesar 1,826 maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi otokorelasi (korelasi serial) atau model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang otokorelasi. Atau dapat dikatakan bahwa Durbin – Watson Test yang menunjukkan angka sebesar 1,826 merupakan angka signifikan secara statistik yang mengisyaratkan  bahwa tidak terjadi otokorelasi.