Pemecahan Masalah Secara Kreatif (Creative Problem Solving) | Teknik ini mengemukakan beberapa teknik kreatif, yang dikelompokkan sesuai dengan tiga tingkatan model belajar menurut Treffinger; Namun dalam pembahasan ini saya menggunakan teknik tingkat III yaitu pemecahan masalah secara kreatif.
Teknik Kreatif Tingkat III
Pada tingkat III siswa dilibatkan dalam tantangan dan masalah nyata. Ia menjadi seorang peneliti dan dalam penelitiannya ia dapat menggunakan teknik-teknik kreatif yang sudah dipelajari pada tingkat I dan II.
- Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Proses Creative Problem Solving (CPS) atau Pemecahan Masalah secara Kreatif (PMK) dikembangkan oleh Parnes, Presiden dari Creative Problem Solving Foundation (CPSF). Proses ini meliputi lima langkah: menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan menemukan penerimaan. Tahap pertama didahului dengan ungkapan pikiran dan perasaan mengenai masalah yang dirasakan sebagai mengganggu (mess) tetapi masih samar-samar (fuzzy problem).
Tahap menemukan fakta ialah tahap mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin dipecahkan dan menemukan data baru yang diperlukan. Tahap ini didahului oleh keadaan “kacau” dan masalahnya masih samar-samar (mess and fuzzy problem).
Pada tahap menemukan masalah, diupayakan merumuskan masalah dengan menanyakan: “Dengan cara-cara apa saya…”; pertanyaan ini mengundang memberikan banyak gagasan. Pemikir diharapkan dapat mengembangkan masalahnya dengan menemukenali sub-masalah: masalah dapat dirumuskan kembali (redefinition) atau disempitkan.
Pada tahap menemukan gagasan diupayakan mengembangkan gagasan pemecah masalah sebanyak mungkin. Dalam hal ini dapat digunakan teknik-teknik yang sudah diajarkan pada tingkat I dan tingkat II.
Pada tahap penemuan sosial, gagasan yang dihasilkan pada tahap sebelumnya diseleksi berdasarkan kriteria evaluasi yang bersangkut-paut dengan masalahnya, misalnya berdasarkan waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan gagasan tersebut.
Pada tahap terakhir, menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan disusun rencana tindakan agar mereka yang mengambil keputusan (kepala sekolah, orang tua, majikan, dan lainnya) dapat menerima gagasan tersebut dan melaksanakannya.
- Proses Lima Tahap (Shallcross)
Sehubungan dengan tingkatan dalam proses kreatif ini, Shallcross (1985) membedakan antara primary creativity dengan secondary process creativity. Kreativitas primer ialah proses pemecahan masalah secara alamiah oleh pikiran kita, karena pemikir tidak menyadari bahwa terjadi suatu proses. Sedangkan pada kreativitas sekunder ada peningkatan kesadaran dalam pemecahan yang berlangsung melalui beberapa tahapan.
Teknik pemecahan masalah secara kreatif yang dikemukakan oleh Shallcross (1985), meliputi lima tahap, yaitu orientasi, persiapan, penggagasan, penilaian, dan pelaksanaan atau implementasi.
Pendekatan ini pada dasarnya sama seperti Creative Problem Solving (CPS), tetapi CPS meliputi enam tahap, dimulai dengan ungkapan masalah secara samar (mess and fuzzy problem) sedangkan teknik Shallcross hanya terdiri dari lima tahap. Pernyataan masalah dirumukan pada tahap orientasi, sedangkan tahap persiapan adalah tahap menemukan, penggagasan merupakan tahap menemukan gagasan, tahap penilaian sesuai dengan tahap penemuan solusi, dan tahap implementasi adalah tahap menemukan penerimaan pada CPS.
Pada tahap, orientasi masalah dirumuskan atau tujuan ditentukan. Masalah atau topik dijabarkan dengan menulis suatu paragraf yang melukiskan bagaimana pikiran dan perasaan seseorang mengenai topik atau masalah tersebut. Kemudian dalam satu atau dua kalimat dirumuskan tujuan yang ingin dicapai atau masalah yang hendak dipecahkan.
Pada tahap persiapan kita menghimpun semua fakta yang sudah diketahui mengenai masalahnya dan menanyakan semua fakta yang belum kita ketahui. Tahap ini adalah tahap pengumpulan data.
Pertama, daftar semua informasi faktual yang sudah dimiliki dengan menanyakan:
- Siapa?
- Apa?
- Bilamana?
- Dimana?
- Mengapa?
Kedua, daftarlah semua informasi faktual yang masih perlu diperoleh. Untuk setiap butir daftar ini, sebut kemungkinan sumber-sumber yang dapat memberi informasi tersebut. Jangan membatasi diri pada sumber-sumber yang biasa digunakan. Gunakan teknik-teknik yang sudah dipelajari sebelumnya untuk menemukan sumber-sumber yang baru, yang tidak lazim atau konvensional.
Pada tahap penggagasan (ideation), Anda menerapkan berpikir divergen untuk menghasilkan gagasan-gagasan sementara (tentatif) untuk pemecahan masalah. Tanyakan pada diri sendiri:”Dengan cara-cara apa saya dapat…” (memecahkan masalahnya)?” Jangan tanyakan: “Bagaimana saya dapat…” karena ini dapat diartikan bahwa hanya ada satu solusi, sedangkan yang diinginkan justru banyak kemungkinan solusi (berpikir divergen).
Pada tahap penilaian atau evaluasi, Anda menerapkan berpikir konvergen yaitu menyeleksi gagasan-gagasan yang paling baik untuk dilaksanakan. Kunci untuk penilaian yang berhasil ialah menemukan kriteria untuk mempertimbangkan kelayakan dari setiap gagasan. Setiap kriteria dipilih berdasarkan pertimbangan apa dampaknya terhadap situasi atau orang apabila gagasan itu dilaksanakan. Misalnya, dalam proyek yang hanya menyangkut Anda, kriteria yang dapat dipilih seperti, apa dampaknya terhadap waktu, biaya, dan terhadap diri Anda sendiri.
Tahap pelaksanaan atau implementasi merupakan tahap terakhir dalam proses pemecahan masalah secara kreatif. Perlu diperhatikan bahwa kelima tahap ini tidak statis. Mungkin saja ketika mengerjakan tahap ketiga timbul informasi yang penting untuk tahap pertama atau kedua. Dalam hal ini Anda dapat kembali dan melengkapi informasi tambahan itu. Makin lengkap setiap tahap, makin besar kemungkinan mencapai pemecahan yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Semiawan, Conny R. 1992. Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi. Jakarta: PT Grasindo.