A. Disain Model Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif mampu membawa perubahan belajar bagi peserta didik, dan telah menjadi kebutuhan wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang karena dipandang tidak nyaman bagi peserta didik. Sebaliknya, peserta didik akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi peserta didik saat ini. Untuk membelajarkan peserta didik sesuai dengan cara-gaya be-lajar mereka, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, harus diingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Pemilihan model pembelajaran yang tepat harus memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini dikemukakan disain model pembelajaran inovatif sebagai pe-ngantar berupa pengertian, rasional dan sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip. Modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian (Lutfi Zulfi, 2008).
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan me-manfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalam-an, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi, komuni-kasi, sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Model pem-belajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4–5 orang, peserta didik heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sin-taks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan strategi, memben-tuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pela-poran.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik (daily life modeling), sehingga akan tera-sa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pi-kiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan de-ngan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyam-paian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), ques-tioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh peserta didik parti-sipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisa-si, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkons-truksi konsep, aturan, analisis, sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembela-jaran, penilaian terhadap setiap aktvitas, usaha peserta didik, penilaian porto-folio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) memiliki pola guided reinven-tion dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan un-tuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan ver-tikal (reorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembang-an matematika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermak-naan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks me-lalui refleksi, informal ke formal), intertwinment (keterkaitan intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pa-da keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembe-lajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan peserta didik, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembe-lajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual peserta didik, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar peserta didik dapat berpikir opti-mal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, ge-neralisasi, dan inkuiri.
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah men cari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algo-ritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalah yang memenuhi kriteria di atas, peserta didik berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, peserta didik mengidentifkasi, mengeksplorasi, menginvestiga-si, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
Problem Posing
Problem posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal, per-tanyaan.
Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini me-latih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komu-nikasi, interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Peserta didik dituntuk untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban peserta didik beragam. Se-lanjutnya peserta didik juga diminta untuk menjelaskan pro-ses mencapai ja-waban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keter-bukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai de-ngan kemampuan berpikir peserta didik, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson peserta didik, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
6. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap peserta didik dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya peserta didik mengkonstruksi konsep, prinsip, aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk peserta didik secara acak sehingga setiap peserta didik mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, peserta didik tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurangi kondisi tersebut, guru hendaknya memberikan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban peserta didik yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
7. Pembelajaran Bersiklus (Cycle learning)
Pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplonasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplonasi berarti menggenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
8. Reciprocal Learning
Dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana peserta didik belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Belajar akan efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkannya diperlukan pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD, modul, membaca, dan merangkum.
9. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan pada pe-manfaatan semua alat indra yang dimiliki peserta didik. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar harus dengan melalui mendengarkan, menyi-mak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan me-nanggapi; Visualization yang bermakna belajar harus menggunakan indra mata untuk mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, meng-gunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa be-lajar harus menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), belajar harus de-ngan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, me-nyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecah-kan masalah, dan menerapkan.
10. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan peserta didik hete-rogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tu-gas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompe-tisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti da-lam kondisi permainan yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lem-but, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengi-si waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah seba-gai berikut:
a. Buat kelompok peserta didik heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 peserta didik yang berkemampuan setara, meja 1 diisi oleh peserta didik dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh peserta didik yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap peserta didik yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap peserta didik mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Peserta didik bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Peserta didik pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dan seterusnya.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, peserta didik superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh peserta didik dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
11. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi peserta didik yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somantic ekuivalen dengan kinesthetic.
12. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanya pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara peserta didik dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
13. TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah Team Assisted Individualy adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada peserta didik. Oleh karena itu peserta didik harus membangun pengetahuan, tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-peserta didik adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Sintak BidaK adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul, (2) peserta didik belajar kelompok dengan dibantu oleh peserta didik pandai, anggota kelompok secara individual saling tukar ja-waban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
14. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar, LKS, modul secara kolaboratif, sajian, presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap peserta didik atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
15. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap peserta didik memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap peserta didik tidak sama sesuai dengan nomor peserta didik, tiap peserta didik dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor peserta didik yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap peserta didik, umumkan hasil kuis dan beri reward.
16. Jigsaw
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak peserta didik dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
17. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada peserta didik dan peserta didik bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap peserta didik, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
18. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data, penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan peserta didik, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
19. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi.
20. CPS (Creative Problem Solving)
CPS merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
21. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyi-mak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan de-ngan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintak-nya adalah: informasi, kelompok (membaca, mencatat, menandai), presenta-si, diskusi, melaporkan.
22. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara peserta didik berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua peserta didik bertamu ke kelompok lain dan dua peserta didik lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
23. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan mene-mukan.
24. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembang-kan meta kognitif peserta didik, yaitu dengan menugaskan peserta didik untuk membaca bahan belajar secara seksama, cermat, dengan sintaks: Survey de-ngan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana, darimana) tentang ba-han bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawab-anya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat, bahas ber-sama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh
25. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan memba-yangkan konteks aktual yang relevan.
26. MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan be-lajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja, aktivitas secara konseptual kognitif, konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan melaku-kan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan kon-sep, ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) produc-tion melalui ekspresi-apresiasi konsep
27. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui, memahami, menggunakan, memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pema-haman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
28.CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berke-naan dengan tingkat keyakinan peserta didik tentang kemampuan yang dimili-kinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dan 5 untuk certain.
29. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertim-bangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesai masalah sebagai berikut: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
30. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, peng-gunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
31. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu, membaca dan menulis secara koperatif kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, peserta didik bekerja sama (membaca bergantian, mene-mukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian me-nuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
32. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan ling-karan besar, dimana peserta didik saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sin-taksnya adalah: separuh dari jumlah peserta didik membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, peserta didik yang berhadapan berbagi informasi secara bersama-an, peserta didik yang berada di lingkran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya
33. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar peserta didik. Sintaksnya adalah: Sebagian peserta didik berdiri berjajar di depan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian peserta didik lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok peserta didik pertama, peserta didik yang berhadapan berbagi pengalaman dan pengetahuan, peserta didik yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.
34. Artikulasi
Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu peserta didik menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan.
35. Debat
Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks: peserta didik menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, peserta didik membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
36. Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok peserta didik, penyampaian kompetensi, menunjuk peserta didik untuk melakonkan scenario yang telah dipelajarinya, kelompok peserta didik membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan, kesimpulan dan refleksi.
37. Talking Stick
Sintak pembelajan ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, peserta didik mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada peserta didik dan peserta didik yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada peserta didik lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan, refleksi, evaluasi.
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelom-pok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelom-pok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpul-an, refleksi dan evaluasi.
38. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajikan materi, pe-serta didik mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke peserta didik lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
39. Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, peserta didik atau kelompok menuliskan nomor semba-rang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, peserta didik yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan peserta didik menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
40. Demonstration
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan me-dia atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gam-baran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk peserta didik atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
41. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algo-ritma prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah: sajian in-formasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan proce-dural, membimbing pelatihan, penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
42. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, peserta didik berkelompok mengerja-kan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
43. Pair Checks
Peserta didik berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang me-nyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran ja-waban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap peserta didik mencari dan mendapatkan se-buah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap peserta didik mencari kar-tu jawaban yang cocok dengan persoalannya peserta didik yang benar menda-pat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pem-belajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal peserta didik. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, peserta didik berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, peserta didik membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
46. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru peserta didik mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.
47. Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, peserta didik (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
48. Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, peserta didik mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
49. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS (Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
50. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive ques-tioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Veri-vication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, peserta didik latihan dan bertanya, balikan, perbaikan, pengayaan, interaksi.
51. Generatif
Generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orientasi, motivasi, pengungkapan ide, konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajian konsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi
52. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikir-an dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, peserta didik membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya, peta konsep, bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
53. Complete Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintak: siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap, sam-paikan kompetensi, peserta didik ditugaskan membaca wacana, guru mem-bentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap, peserta didik berkelompok melengkapi, presentasi.
54. Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, memben-tuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.
55. Time Token
Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar peserta didik tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama se-kali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap peserta didik diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), peserta didik berbica-ra (pidato tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai ku-pon dikembalikan.
56. Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu berisi nama peserta didik, bahan belajar, dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap peserta didik disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman, perluasannya kepada peserta didik lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan peserta didik lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
57. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada peserta didik secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
58. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara peserta didik mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajar-an ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop mengguna-kan computer, internet.
59. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan, urun ide, penguatan, penggunaan ide kreatif, konflik in-ternal, skill, proses rasa, pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara man-diri melalui pemanasan, minat, kuriositi, tanya, kelompok, kerjasama, kebebas-an, terbuka, reward.
60. Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja indi-vidual, dan menjaga suasana nyaman, menyenangkan. Sintaksnya adalah: sa-jian konsep, latihan, tiap peserta didik selesai tugas langsung diperiksa, dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah maka guru membimbing.
61. Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik or-kestra simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha peserta didik diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami dengan dunia realitas peserta didik, namai dan buat generalisasi sampai ditemukan konsep, demonstrasikan melalui presentasi komunikasi, ulangi dengan tanya jawab, latihan, rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum, tawa, ramah, sejuk, nilai dan harapan. Rumus quantum fisika adalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal, rasa, fisik, religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.
B. APLIKASI SINTAK DISAIN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Pada uraian ini akan diberikan ulasan singkat tentang beberapa model-mo-del pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas SMK bidang teknik elektronika. Model-model pembelajaran tersebut meliputi Pengajaran Lang-sung (DI= Direct Instruction), Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) dan Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI=Problem Base Instruction) serta inkuiri atau belajar melalui penemuan (Akhmad Sudrajat, 2008).
1. Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial dan se-ring disebut belajar melalui observasi atau teori pemodelan tingkah laku. Seba-gian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa peserta didik belajar dengan mengamati secara selektif, mengi-ngat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut, hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah meng hindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks.
Para pakar pada umumnya membedakan pengetahuan menjadi dua yaitu, pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan dek-laratif adalah pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan prose-dural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Supaya ungkapan tentang pengetahuan deklaratif dan prosedural lebih jelas dapat di-amati sebuah AVO meter. AVO meter apapun pasti tersusun atas bagian-ba-gian yang menyusunnya. Bagian-bagian tersebut meliputi sensor dan trans-duser (kumparan putar), modifikasi tingkat menengah yang akan mengubah fungsi menjadi amper-meter, volt meter dan ohmmeter, bagian terakhir adalah alat penanmpil (display). Masing-masing bagian tersebut mempunyai fungsi tertentu, yang pada akhirnya mendukung fungsi AVO meter tersebut. Pengeta-huan tentang bagian-bagian AVO meter dan fungsi masing-masing bagian ter-sebut merupakan pengetahuan deklaratif.
AVO meter digunakan dengan prosedur atau langkah-langkah yang te-pat, supaya memberikan hasil yang akurat. Pada langkah awal menggunakan AVO meter sebagai fungsi ohmmeter harus ”mengenolkan” jarum penunjuk melalui kalibrasi ohmmeter. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengukur-an terhadap suatu nilai tahanan yang belum diketahui. Langkah-langkah dalam menggunakan AVO meter tersebut merupakan pengetahuan prosedural. Da-lam menerapkan model pengajaran langsung hendaknya perlu menyederha-nakan baik pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 1 beri-kut ini akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dija-lankan oleh guru pada tiap-tiap sintaks
Tabel 1. Sintaks Model Pengajaran Langsung
Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiap-kan peserta didik. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, in-formasi latar belakang pelajaran, penting-nya pelajaran, mempersiapkan peserta di-dik untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan keterampilan (pen-getahuan prosedural) atau mempresen-tasikan pengetahuan (deklaratif) Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberikan bim-bingan pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberi-kan umpan balik Guru mengecek peserta didik apakah telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
5. memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan mela-kukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengem-bangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para peserta didik bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami pemi-nat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa peserta didik dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap ang-gota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para pe-serta didik juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural (Heru Subrata, 2008). Keempat tipe ter-sebut mempunyai perbandingan seperti pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Perbandingan tipe STAD, jigsaw, investigasi kelompok dan pendekatan struktural.
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok Pendekatan Struktural
Tujuan kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akade-mik sederhana Informasi aka-demik tingkat tinggi dan kete-rampilan inkuiri Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama Kerja kelompok dan kerja sama Kerjasama da-lam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial
Struktur tim Kelompok heterogen dengan 4-5 orang anggota Kelompok belajar heterogen de-ngan 5-6 orang anggota meng-gunakan pola kelompok ”asal” dan kelompok ”ahli” Kelompok be-lajar dengan 5-6 anggota hete-rogen Bervariasi, ber-dua, bertiga, ke-lompok dengan 4-6 anggota.
Pemilihan topik pelajaran Biasanya guru Biasanya guru Biasanya peserta didik Biasanya guru
Tugas Utama Peserta didik dapat meng-gunakan lem-bar kegiatan dan saling membantu untuk menun-taskan materi belajarnya Peserta didik mempelajari ma-teri dalam kelom-pok ” ahli” kemu-dian membantu anggota kelom-pok asal mempe-lajari materi itu Peserta didik menyelesaikan inkuiri kompleks Peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek dan me-nulis laporan, dapat menggu-nakan tes essay Bervariasi
Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain Publikasi lain Lembar pengetahuan dan publikasi lain Bervariasi
Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang meru-pakan ciri khususnya. Tabel 3 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan tingkah laku guru pada setiap sintaks.
Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok beker-ja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam mengerjakan peker-jaan besar (misalnya rangkaian amplifier berdaya besar), setiap anggota ke-lompok mengerjakan sub-sub bagian, kemudian hasil dari masing-masing kelompok diintegrasi menjadi suatu sistem
3. Pengajaran Berdasarkan Masalah
Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan dua model yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah mempunyai ciri umum yaitu menyajikan kepada peserta didik tentang masalah yang autentik dan bermakna yang akan memberi kemudahan kepada para peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri khusus yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk tersebut serta adanya kerja sama. Masalah autentik adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung jika ditemukan penyelesaiannya. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimana memodifikasi suatu peralatan elektronika supaya dapat menambah fungsi alat”. Apabila peme-cahan terhadap masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan secara ekonomis dan memberikan kemudahan dalam mengerjakan tugas manusia
Masalah autentik juga sangat menarik minat peserta didik sebagai subyek belajar, karena terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari dan bermanfaat bagi dirinya. Dengan mengangkat masalah-masalah autentik ke dalam kelas, maka pembelajaran akan lebih bermakna.Untuk mewujudkan ini diperlukan landasan teoritik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah adalah gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya, Piaget yang berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu pada anak akan memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan daya otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang merupa-kan tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut dalam model pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 4 berikut ini adalah sintaks model pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku guru pada setiap tahap sintak.
Tabel 4. Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Orientasi peserta didik kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan proyek yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
4. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan
Para peserta didik dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja para ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui penemuan ini antara lain adalah Bruner, yang merupakan pelopor pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan merupakan suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu peserta didik memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi. Tokoh lain adalah Richard Suchman yang mengembangkan suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri. Dengan pengajaran ini guru menyajikan kepada peserta didik suatu kejadian yang menimbulkan konflik kognitif dan rasa ingin tahu peserta didik sehingga merangsang mereka melakukan penyelidikan.
Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan se-suatu. Tabel 5 berikut ini adalah sintaks dan tingkah laku guru dalam model belajar melalui penemuan.
Tabel 5. Sintaks Model Belajar Melalui Penemuan
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Observasi untuk menemukan masalah Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan peserta didik menemukan masalah.
Tahap 2
Merumuskan masalah Guru membimbing peserta didik merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya.
Tahap 3
Mengajukan hipotesis Guru membimbing peserta didik untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya.
Tahap 4
Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain) Guru membimbing peserta didik untuk merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.
Tahap 5
Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain) Selama peserta didik bekerja guru membimbing dan memfasilitasi.
Tahap 6
Melakukan pengamatan dan pengumpulan data Guru membantu peserta didik melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data.
Tahap 7
Analisis data Guru membantu peserta didik menganalisis data supaya menemukan sesuatu konsep
Tahap 8
Penarikan kesimpulan atau penemuan Guru membimbing peserta didik mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.