Metodelogi Penelitian Kualitatif
Psikologi Pendidikan Reguler 2005
Dasar-dasar Teori Penelitian Kualitatif
1. Fenomenologis
Fenomenologis adalah usaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Paradigma fenomenologi menambah semua empiri yang dipercaya sebagai sumber kebenaran oleh rasionalisme dengan satu lagi yaitu empiri transendental (keyakinan; atau yang berkaitan dengan Ke-Tuhan-an). fenomenologi tidak berupaya membangun ilmu dari generalisasi, tapi ilmu idiografik (khusus berlaku untuk obyek yang diteliti).
Dalam hal ini peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual subjek yang ditelitinya, sehingga peneliti mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Banyak antropolog yang menggunakan pendekatan fenomenologi dalam studi mereka tentang pendidikan.
2. Etnografi
Etnografi adalah usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan. Dalam hal ini peneliti berusaha memahami cara-cara orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena yang teramati sehari-hari. Tujuannya menguraikan suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik bersifat material dan yang bersifat abstrak.
Kebudayaan ini sebagai pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk menafsirkan pengalaman yang menimbulkan perilaku. Sebaiknya etnografi mempertimbangkan perilaku manusia dengan jalan menguraikan apa yang diketahui mereka yang membolehkan mereka berprilaku baiksesuai dengan common of sense dalam masyarakat. Dalam kerangka kebudayan, kebudayaan merupakan alat organisatoris atau konseptual untuk menafsirkan data yang berarti dan yang memberi ciri pada etnografi.
3. Interaksi Simbolik
Interaksi Simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif pendekatan interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Melalui interaksi inilah mereka membentuk pengertian atau definisi.
Pendekatan ini berasumsi bahwa pengajaran manusia ditengahi oleh penafsiran. Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya adalah esensial serta menentukan dan bukan bersifat kebetulan atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu. Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan.
4. Etnometodologi
Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari. Subjek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang dalam brebagai macam situasi dalam masyarakat kita. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup.
5. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah kemampuan seseorang untuk mengkonstruk atau membangun sendiri suatu pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan informasi yang dimiliki orang tersebut.
Konstruktivisme sebagai suatu pandangan yang lain terhadap dunia, seperti yang diungkapkan oleh Thomas Khun bahwa semesta secara epostimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan/pandangan manusia dibentuk oleh kemampuan tubuh inderawi dan intelektual, asumsi-asumsi kebudayaan dan bahasa tanpa kita sadari. Bahasa dan ilmu pengetahuan bukanlah cerminan semesta, melainkan bahasa membentuk semesta, bahwa setiap bahasa mengkonstruksi aspek-aspek tertentu dari semesta dengan caranya sendiri. Peter Dahlgren mengatakan realitas sosial setidaknya sebagian, adalah produksi manusia, hasil proses budaya, termasuk penggunaan bahasa.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya