Jenis padi yang ditanam di Indonesia ada dua macam, yaitu padi bulu dan padi cere (tak berbulu). Padi bulu umumnya tidak mudah rontok, dituai secara gedengan (buliran), dan dirontok ketika hendak digiling menjadi beras. Alat perontok yang paling sederhana berupa kayu atau bambu pemukul, tongkat perontok, sisir perontok pondok pengirik, dan lain-lain. Mesin perontok yang digerakkan dengan motor biasanya dilengkapi dengan alat (blower) pengembus kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Proses perubahan beras pecah kulit dengan cara menghilangkan lapisan bekatul menjadi beras sosoh disebut “proses penyosohan” (atau proses pemutihan baras, rice polishing, milling, whitening). Hasil akhir proses ini adalah beras sosoh dengan hasil samping (ikutan) berupa bekatul atau dedak halus.
Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya (sekam), disebut beras pecah kulit (brown rice).
Dewasa ini, berbagai macam model dan type mesin penyosoh beras (polisher) sudah banyak digunakan di Indonesia, Baik yang diimpor maupun yang telah dibuat didalam negeri. Alat ini dapat berdiri sendiri dan terpisah dari alat pengupas gabah, atau dapat pula merupakan suatu kesatuan (unit) mesin pengupas gabah dan penyosoh beras yang digabungkan sekaligus. Masing-masing model mempunyai ciri dan spesifikasi tertentu, yang harus diperhitungkan oleh pemilik dan operatornya.
Ditinjau dari sumber tenaga penggeraknya, ada huller yang digerakkan dengan tangan manusia, tanaga hewan, tenaga air (kincir), maupun tenaga motor diesel, gasoline, atau motor listrik. Dewasa ini, yang banyak dipakai masyarakat adalah Huller dengan system rol karet (rubber roll), system bantingan (flash), dan type Engelberg. Didalam bagian pengupasan (hulling head) terdapat dua buah rol karet yang berputar berlawanan arah, masing-masing berputar kearah dalam. Kedua rol duduk pada dua poros yang terpisah satu sama lain, sejajar secara horizontal. Masing-masing rol berputar dengan kecepatan putaran besar-kecilnya gabah. Pada system bantingan, gabah dilemparkan secara keras sampai membentur dinding lingkaran karet (rubber ring), sehingga kulitnya terkupas. Syarat-syarat gabah yang hendak digiling sama seperti pada system rol karet. Tiap-tiap Huller dengan system rol karet selalu menggunakan sepasang (dua buah) rolo karet sekaligus. Kedua rol karet itu disebut rol utama dan rol pembantu (main roll dan sub roll atau fast roll dan slow roll).
Mesin Pengupas Gabah ( Huller )
Ada beberapa model dan type mesin pengupas gabah. Besarnya kapasitas penggunaannya sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar. Mesin ini sering disebut Huller atau Husker.
Pengilingan gabah menjadi baras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Gabah kering giling berarti gabah yang sudah kering dan sudah siap untuk digiling. Bila diukur dengan alat pengukur kadar air (moisture tester), kekeringan ini mencapai angka 14 – 14½ %. Pada kadar air ini, gabah mudah digiling/dikupas kulitnya. Berikut adalah mesin pengupas gabah sederhana (manual):
Gabah bersih dan dalam keadaan kering giling hendaknya sudah disiapkan sebelum motor dihidupkan dan sebagian dimasukkan kedalam bak penampungan gabah. Perlengkapan-perlengkapan lain seperti karung dan timbangan, juga disiapkan dahulu; pintu pemasukan gabah yang berhubungan dengan ruang pemecah kulit yang didalamnya terdapat akselerator dan lingkaran karet, ditutup rapat.
Pada Huller, system bantingan mengunakan sebuah lingkaran karet dengan kekerasan kenyal tertentu (90º – 97º). Pada titik tengah lingkaran karet ini terdapat sebuah poros (sumbu utama) yang berputar cepat RPM 3000 – 4000. Pada poros ini dipasang sebuah alat pelempar gabah yang disebut akselerator (accelerator). Bentuknya seperti piringan dan terdiri atas dua lapis yang diberi antara berupa pelat beralur selebar ± 3 cm dan dilekatkan dengan las. Pelat beralur ini melengkung dan berada diantara kedua piringan pelat tersebut, sehingga membentuk ruangan-ruangan. Pelat beralur membagi renggang antara kedua piringan pelat itu dengan membentuksekat-sekat menjadi 3 atau 5 ruangan. Seluruh pelat beralur dan piringan ini merupakan satu unit alat pelempar yang dipasang pada poros utama, sehingga ikut berputar dengan kecepatan putar tinggi. Komponen inilah yang melemparkan gabah kesamping, sehingga gabah membentur dinding lingkaran karet. Putaran akselerator ini menimbulkan gaya sentrifugal, sehingga Huller dengan system ini disebut pula type sentrifugal.
Mesin Penyosoh Gabah ( Polisher )
Kulit ari atau lapisan bekatul (dedak halus) dapat dilepaskan dari beras pecah kulit, sehingga beras nampak lebih putih, lebih bersih, dan bercahaya. Proses perubahan beras pecah kulit dengan cara menghilangkan lapisan bekatul menjadi beras sosoh disebut Proses Penyosohan ( Polishing Process ). Tujuan penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk:
- Memisahkan sekam, kulit ari, katul dan lembaga dari endosperm beras,
- Meningkatkan derajat putih dan kilap beras,
- Menghilangkan kotoran dan benda asing, serta
- Sedapat mungkin meminimalkan terjadinya beras patah pada produk akhir.
Melekatnya lapisan bekatul pada butiran beras tidak sama kerasnya, berbeda menurut jenis padi dan derajat keringnya gabah. Berdasarkan proses penyosohan beras, kita mengenal beberapa type alat penyosoh, yaitu:
- Type gesekan ( Speed type, Grinding type, Abrasive roll type )
- Type tekan ( Pressure type, Friction type )
- Type benturan ( Collision type )
Beras pecah kulit yang dimasukkan kedalam ruang penyosohan akan mengalami proses gesekan silinder penyosoh oleh dinding ruang penyosoh, dan juga mengalami gesekan antara beras dan beras melepaskan lapisan bekatulnya. Semakin lama beras berada di dalam ruang penyosoh dengan proses gesek-menggesek tersebut, maka semakin lama berasnya tersosoh dan lapisan bekatulnya semakin banyak yang terpisah.
Mula-mula ruang penyosohan harus diisi penuh dengan beras pecah kulit sebelum pintu pengeluaran bebas sosoh dibuka. Beras ini akan mengalami penyosohan diruang penyosohan. Setelah beberapa saat lamanya, barulah beras dibiarkan mengucur keluar dari ruang penyosohan melalui pintu pengeluaran. Mulanya beras belum tersosoh sempurna, bahkan kadang-kadang masih seperti bentuk semula. Namun beberapa detik kemudian, keluarlah beras sosoh yang sudah tersosoh sempurna. Beras yang mula-mula keluar dan belum tersosoh sempurna itu dikembalikan lagi kedalam bak penampungan beras pecah kulit.
Jika ingin beras setengah sosoh dengan warna beras yang tidak terlalu putih, maka batu penyosohnya dapat dinaikkan dengan memutar roda pengatur batu penyosoh. Jika batu dinaikkan sedikit, maka jarak renggang antara batu penyosoh dan saringan menjadi lebih lebar, ruang penyosoh bertambah besar, jumlah beras yang harus disosoh bertambah banyak, sedangkan kecepatan putaran batu penyosoh tetap. Akibatnya, sebagian beras kurang sempurna tersosoh dan keluar dari pintu pengeluaran hanya setengah sosoh saja.