MASALAH NUTRISI PADA LANJUT USIA

BAB XXXV
MASALAH NUTRISI PADA LANJUT USIA

TUJUAN BELAJAR

TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka Anda sudah akan dapat:
1. Mengetahui perubahan fisiologis pada lanjut usia.
1.1. Menceritakan kembali perubahan-perubahan fisiologis pada lanjut usia.
1.2. Menceritakan kembali perubahan-perubahan fisiologis pada lanjut usia di Indonesia.
2. Mengetahui komposisi dan asupan gizi pada lanjut usia.
2.1. Menyebutkan zat-zat dan mineral penting yang berhubungan dengan masalah gizi pada lanjut usia.
2.2. Menceritakan kembali komposisi asupan gizi yang seimbang yang dibutuhkan lanjut usia.

TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan Anda sudah akan dapat:
1. Mengetahui perubahan jaringan aktif tubuh pada lanjut usia.
1.1. Menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan jaringan aktif tubuh pada lanjut usia.
1.2. Menceritakan masalah gizi yang berkaitan dengan lanjut usia.
2. Menerapkan pola gizi yang baik pada lanjut usia dalam dunia kedokteran.
2.1. Menentukan zat gizi, vitamin dan mineral yang dibutuhkan lanjut usia dengan komposisi yang tepat.
2.2. Menerapkan pola gizi yang tepat pada lanjut usia agar dapat menurunkan permasalahan gizi pada lanjut usia.

I. PENDAHULUAN
Pada proses menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body mass (LBM = jaringan aktif tubuh) yang sudah dimulai sejak usia 40 tahun disertai dengan menurunnya metabolisme basal sebesar 2% setiap tahunnya (Pennington, 1988) yang disertai dengan perubahan disemua sistem didalam tubuh manusia. Bila seseorang berhasil mencapai usia lanjut maka upaya yang harus dilakukan adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas kehidupannya tetap baik.
Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tidak benar, aktivitas fisik kurang, obesitas, stres, merokok dan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan memiliki kontribusi yang besar terhadap penurunan berbagai fungsi organ dan perubahan status gizi pada lanjut usia. Perubahan status gizi pada lanjut usia dikaitkan dengan perubahan lingkungan dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi adalah naiknya insiden penyakit degenerasi maupun non degenerasi yang berakibat pada perubahan asupan makanan,absorpsi,dan utilitas zat-zat gizi di jaringan.
Masalah gizi yang kerap kali menimpa lanjut usia dapat dicegah seandainya tiap lanjut usia dan tenaga kesehatan mampu mendeteksi secara dini. Pengetahuan tentang gizi yang baik serta mempertahankan aktivitas fisik dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan dengan bertambahnya umur.

II. PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA LANJUT USIA
A. Perubahan pada panca indera terutama pengecap.
Sekresi saliva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun. Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
B. Esofagus
Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman.
C. Lambung
Pengosongan lambung lebih lambat,sehingga orang akan makan lebih sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia. Penyerapan zat gizi berkurang dan produksi asam lambung menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan. Di atas umur 60 tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang, akibatnya absorpsi protein, vitamin dan zat besi menjadi berkurang. Terjadi overgrowth bakteri sehingga terjadi penurunan faktor intrinsik yang juga membatasi absorbsi vitamin B12, penurunan sekresi asam lambung dan ezim pankreas, fungsi asam empedu menurun menghambat pencernaan lemak dan protein, terjadi juga malabsorbsi lemak dan diare.
D. Tulang
Kepadatan tulang akan menurun,dengan bertambahnya usia. Kehilangan massa tulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita dimulai pada usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang puncak tercapai. Dampaknya tulang akan mudah rapuh (keropos) dan patah , mengalami cedera, trauma yang kecil saja dapat menyebabkan fraktur.

E. Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40 tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass (otot,organ tubuh,tulang) dan metabolisme dalam sel-sel otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak tubuh. Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol total dan trigliserida.
F. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 – 80 tahun. Reaksi asam basa terhadap perubahan metabolisme melambat. Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri.
G. Jantung dan Pembuluh darah
Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan perubahan
yang diakibatkan oleh penyakit. Pada lanjut usia jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel)meningkat sehingga efisien fungsi pompa jantung berkurang. Pembuluh darah besar terutama aorta menebal dan menjadi fibrosis. Pengerasan ini, selain mengurangi aliran darah dan meningkatkan kerja ventrikel kiri,juga mengakibatkan ketidakefisienan baroreseptor (tertanam pada dinding aorta, arteri pulmonalis, sinus karotikus). Kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah berkurang.
H. Paru-paru
Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang, kekuatan kontraksi otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun pada lanjut usia. Perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru.
I. Kelenjar endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi,respon terhadap stimulasi serta struktur kelenjar endokrin. Pada usia diatas 60 tahun terjadi penurunan sekresi testosteron, estrogen, dan progesteron.
J. Kulit dan rambut
Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi. Rambut rontok dan berwarna putih, kering dan tidak mengkilat.
K. Fungsi imunologik
Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan. Ada kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan mineral termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini.

III. KEBUTUHAN RNERGI DAN ZAT GIZI PADA LANJUT USIA
Tabel 3.1. KGR / RDA
Negara Usia yang dibedakan
Indonesia 46 – 59 thn > 60 thn
Amerika serikat 25 – 50 thn > 51 thn
Canada 25 – 49 thn 50 – 74 thn > 75 thn
Jepang Tiap dekade sampai 80 tahun keatas
Tabel 3.2. ENERGI YANG DIPERLUKAN
Indonesia 49 – 59 thn > 60 thn
Pria 2500 kkal 2200 kkal
Wanita 2100 kkal 1850 kkal
Amerika serikat 25 – 50 thn 51 tahun
Pria 2900 kkal 2300 kkal
Wanita 2200 kkal 1900 kkal

Produksi energi menurun secara progresif dengan bertambahnya usia. Penurunan ini terjadi oleh karena berkurangnya jaringan aktif (metabolizing tissue). Kebutuhan energi untuk aktivitas menurun lebih besar daripada untuk metabolisme basal.
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air (62,4%), protein (16,9%), lemak (13,8%), hidrat arang dan garam (6,9%). Agar dapat mencapai komposisi yang tepat bagi tubuh, manusia memenuhinya melalui makanan yang berasal dari sumber hewani dan nabati.

Gambar 3.1 USDA Diet Pyramid

Zat gizi dapat digolongkan kedalam 6 golongan yaitu :
– Karbohidrat
– Lemak
– Protein
– Mineral
– Vitamin
– Air
Zat-zat ini dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok besar yaitu:
– Zat yang memberikan energi untuk pergerakan tubuh maupun reaksi. Yang tergolong ini adalah karbohidrat, lemak, dan protein.
– Zat yang membangun dan memperbaiki tubuh (merupakan bahan bangunan tubuh). Yang termasuk golongan ini adalah air, protein, lemak, karbohidrat, dan mineral.
– Zat yang bersifat sebagai pelumas berbagai reaksi kimia maupun reaksi dalam tubuh. Termasuk didalamnya adalah vitamin dan mineral
Tabel 3.3. Asupan yang dianjurkan
Laki-laki Perempuan
Inggris Indonesia Inggris Indonesia
75+ 60+ 75+ 60+
Energi (Kal) 2100 2200 1900 1850
Protein (g) 53 62 48 54
Zat besi (mg) 10 13 10 14
Kalsium (mg) 500 500 500 500
Vit.C (mg) 30 60 30 60
Dibawah ini adalah beberapa unsur yang perlu diperhatikan pada lanjut usia :

A. KARBOHIDRAT
Hidrat arang ( karbohidrat) memiliki beberapa fungsi,antara lain:
 Sebagai sumber energi
 Pemberi rasa manis pada makanan
 Penghemat protein
 Mengatur metabolisme lemak
 Membantu pengeluaran feses
Gambar 3.2. Sumber Karbohidrat
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula; termasuk juga hasil olahan bahan-bahan seperti bihun, mie, roti, tepung – tepungan, selai, sirup, dan lain-lain.
Pada umumnya lanjut usia mengkonsumsi karbohidrat hanya 45-50%, seharusnya 55-60% dari total kalori. Peningkatan asupan karbohidrat kompleks memungkinkan peningkatan asupan mineral, vitamin dan serat.
Umumnya lanjut usia menderita kekurangan lactase, yaitu suatu enzim yang berfungsi menghidrolisis laktosa. Ketiadaan proses hidrolisis mengakibatkan laktosa tidak dapat diserap, yang kemudian dapat menyebabkan diare, karena laktosa dimetabolisme oleh bakteri usus. Hal inilah yang menyebabkan banyak lanjut usia tidak mau mengkonsumsi susu. Mengingat kandungan mikronutrien maka bila menderita intoleransi laktosa maka dianjurkan untuk mengkonsumsi susu yang rendah laktosa.

B. PROTEIN
Protein berfungsi sebagai:
• Mengatur keseimbangan air
• Mengangkut zat-zat gizi
• Sumber energi
• Pertumbuhan dan pemeliharaan
• Pembentukan antibodi

Gambar 3.3. Sumber Protein
Sumber protein ada 2,yaitu :
1.Hewani : telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang
2.Nabati : kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan lainnya.
Pada lanjut usia sehat, kebutuhan protein 12–15% dari total energi. Pada lanjut usia tidak dibutuhkan jumlah protein yang berlebihan karena akan memperberat kerja ginjal dan hati. Menurut WHO kecukupan protein pada usia > 60 ahun adalah 0,75 g/KgBB/hari. The Food and Nutrition Board, kebutuhan protein pada lanjut usia sehat adalah 0,8 g/KgBB/hari, baik bagi pria maupun wanita.

C. LEMAK
Fungsi lemak:
 Sebagai sumber energi ( 2X karbohidrat ).
 Memberikan rasa kenyang dan kelezatan.
 Sumber asam lemak esensial.
 Pelaruk vitamin A,D,E,K.
 Sebagai bantalan organ ( terutama jaringan saraf ).
 Memelihara suhu tubuh (isolator ).
 Memberi bentuk tubuh ( terutama pada wanita).
Pada lanjut usia dibutuhkan lemak 20-30% dari total kalori. WHO (1990 ) menganjurkan konsumsi lemak 15-30% dari total kalori. Dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh dan 3-7% dari lemak jenuh ganda.
Konsumsi kolesterol yang dianjurkan ≤300mg/hari. Kolesterol merupakan komponen penting dinding sel dan menjadi bahan dasar pembentukan asam empedu dan hormon seks.
Kelebihan dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah. Peningkatan kadar kolesterol dapat mempertinggi resiko penyakit jantung koroner.

Gambar 3.4. Sumber lemak

Sumber lemak : minyak, tumbuh-tumbuhan, mentega, margarin ,lemak hewan, kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, susu, keju dan makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak.

D. AIR
Fungsi air dalam tubuh,yaitu :
 Pelarut dan alat angkut
 Katalisator
 Pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh
 Fasilitator pertumbuhan
 Pengatur suhu
Kebutuhan air pada lanjut usia 30 ml/KgBB atau 1500 – 2000cc/hari. Semakin tua umur seseorang, fungsi kerja organ khususnya ginjal makin berkurang. Air berguna untuk mengangkut sisa-sisa oksidasi tubuh dan bermanfaat mendorong gerak peristaltik usus pada saat berlangsung proses pencernaan.

E. VITAMIN
Setiap jenis vitamin yang masuk ke dalam tubuh akan mengatur sendiri dengan proses yang berbeda. Karena perannya yang amat spesifik, setiap jenis vitamin tidak dapat menggantikan jenis vitamin yang lain.
Jenis vitamin ada yang larut lemak dan larut air. Yang termasuk dalam larut lemak adalah vitamin A, D, E, K.

VITAMIN A
Fungsi :
– Penglihatan
– Diferensiasi Sel
– Fungsi kekebalan
– Fungsi pertumbuhan dan perkembangan
– Fungsi reproduksi
– Pencegahan kanker dan penyakit jantung

Gambar 3.5. Vitamin A

Tabel 3.4. Angka kecukupan Vitamin A yang dianjurkan
Jenis Kelamin/umur Angka kecukupan gizi yang dianjurkan
Pria ≥ 60 thn 600 µg retinol ( setara 3600 µg beta – karoten )

Wanita ≥ 60 thn 500 µg retinol ( setara 3600 µg beta – karoten )

Gambar 3.6. Sumber vitamin A

Sumber Vitamin A : Hati, kuning telur, susu, mentega, wortel, minyak ikan
Sumber karoten : Sayuran berwarna hijau tua, sayuran dan buah berwarna jingga seperti daun singkong, bayam, kacang panjang, buncis, tomat, pepaya, mangga, jeruk.

VITAMIN B1 ( TIAMIN )
Fungsi : Vitamin B1 di arbsorbsi melalui usus kecil, serta mengalami
fosforilasi dalam selaput lendir.

Gambar 3.7. Sumber vitamin B1

Sumber :
– Tumbuhan : Padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan.
– Binatang : Hati, ginjal, telur, susu, daging babi.
Kekurangan tiamin dapat menimbulkan gejala seperti kesemutan, mudah lemas, capai.

 VITAMIN B2 ( RIBOFLAVIN )
Fungsi :
– Menopang sistem kardiovaskuler dan saraf
– Membantu pembentukan protein, hormon, dan sel darah merah
Gambar 3.8. Sumber Vitamin B2

Sumber : ayam, pisang, kacang kedelai, ikan, susu, beras merah, hati, kentang

 VITAMIN B6 ( Piridoksin )
Fungsi :
– Menopang sistem kardiovakuler dan saraf
– Metabolisme asam amino dan protein
– Membantu membentuk hormon dan sel darah merah
Gambar 3.9. Sumber Vitamin B6

Sumber : Ayam, pisang, kacang kedelai, ikan, susu, beras merah, hati,kentang
Defisiensi piridoksin dapat mengakibatkan neuritis perifer, gangguan kulit dan kekurangan darah.

 VITAMIN B12 ( SIANOKOBALAMIN )
Vitamin B12 mengandung C, H, O, N, P, dan Co. Vitamin B12 juga berhubungan dengan anemia pernisiosa.
Bentuk-bentuk aktif dari sianokobalamin :
– Cyanocobalamin ( Vitamin B12 ) : CN –Co
– Hydroxycobalamin ( Vitamin B12a ) : OH – Co
– Aquacobalamin ( Vitamin B12b ) : H2O – Co
– Nitrocobalamin ( Vitamin B12c ) : NO2 – Co
Peranan dari sianokobalamin :
– Pembentukan asam nukleat ( DNA an RNA )
– Siankobalamin + asam pantotenat = Purin dan Pirimidin
– Sintesa dan transfer gugus labil CH3
Sumber : Hati sapi, ayam, kerang, tiram, ikan sarden, telur, susu.

Jenis Vitamin B Pria Wanita
Vitamin B 1( Tiamin) 1,0 mg 1,0 mg
Vitamin B 2 ( Riboflavin) 1,2 mg 1,0 mg
Vitamin B 6 (Piridoksin ) 2,0 mg 1,6 mg
Vitamin B 12 ( Kobalamin ) 1,0 mg 1,0 mg
Tabel 3.5. Asupan Vitamin B yang Dianjurkan Bagi Lanjut usia ( > 60 tahun )

 VITAMIN C ( Asam askorbat )
Fungsi :
– Antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas
– Membantu sintesis kalogen
– Membantu absorbsi zat besi dan kalsium
– Membantu pembentukan Hb
– Mencegah infeksi, kanker, serta penyakit jantung
Gambar 3.10. Sumber Vitamin C

Sumber : Buah jeruk, sayur berdaun hijau, hati, ginjal, pepaya, kiwi, apel, strawberi.
Kadar vitamin C dalam buah dan sayur tergantung dari :
– Jenis buah (asam) dan sayuran
– Cara / tempat penyimpanan
– Iklim
– Kesuburan tanah
– Pengolahan
Kebutuhan vitamin C bagi lanjut usia: 60 mg / hari

Defisiensi : Defisiensi vitamin C yang jelas jarang ditemukan. Yang banyak ditemui adalah defisiensi pada orang yang sedikit makan buah dan sayur, orang dengan konsumsi alkohol tinggi, lanjut usia dengan diet yang terbatas, orang yang sakit berat dan lama.
Gejala defisiensi vitamin C yang klasik :
– Follicular hyperkeratosis
– Gusi bengkak dan meradang
– Gigi goyang dan mudah tanggal
– Kering pada mulut dan mata
– Kerontokan rambut
– Kulit kering dan gatal
– Kalau ada kelainan dalam sintesis kalogen, maka penyembuhan luka akan lama, jaringan perut dapat pecah kembali, mudah terbentuk infeksi sekunder pada daerah yang berdarah.

 VITAMIN D
Fungsi :
– Membantu pembentukan tulang bersama vitamin A dan C, hormon paratiroid dan kalsitonin, protein kolagen serta mineral-mineral kalsium, fosfor, magnesium, dan flour.
– Membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor yang tersedia dalam darah diendapkan pada proses pengerasan tulang.
Pada lanjut usia dengan defisiensi kalsium, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi kalsium 1000-1500 mg/hari. Penambahan suplemen vitamin D (800 IU/hari) dapat diberikan pada lanjut usia yang sangat sedikit terpapar sinar matahari dan pada lanjut usia yang tidak mendapatkan vitamin D yang cukup pada makanan.

Gambar 3.11. Sumber Vitamin D

Sumber: Sinar matahari dan dari makanan dalam bentuk kolekalsiferol yaitu kuning
telur, hati, mentega, dan minyak ikan.

 VITAMIN E
Defisiensi vitamin E sangat jarang terjadi kecuali pada keadaan malnutrisi dan kelemahan pada lanjut usia.
Vitamin E sangat berguna sebagai antioksidan yang dapat menghambat jumlah radikal bebas yang diproduksi oleh tubuh dan proses kimia yang dapat menyebabkan penuaan, namun fakta kliniknya belum begitu nyata.
Angka kecukupan gizi :
– Pria > 60 tahun : 10 mg/hari
– Wanita > 60 tahun : 8 mg/hari

Gambar 3.12. Sumber Vitamin E

Sumber : Minyak sayur, kacang-kacangan mentah, biji-bijian, sayur berdaun hijau dan buah-buahan.

 VITAMIN K
Fungsi :
Membantu pembekuan darah dan sebagai kofaktor enzim didalam tubuh.
Sumber :
– Daun hijau seperti brokoli, kol, lobak, selada
– Kuning telur
– Hati
– Minyak kacang kedele
– Flora bakteri dalam usus
Gambar 3.13. Sumber vitamin K

Defisiensi vitamin K jarang terjadi. Defisiensi dapat terjadi pada :
– Malabsorbsi lipid
– Rusaknya flora usus akibat pengobatan dengan antibiotik dalam waktu lama
– Penyakit hati yang berhubungan dengan vitamin K
Angka kecukupan gizi :
– Pria > 60 tahun : 80 µg / hari
– Wanita > 60 tahun : 65 µg / hari

F. MINERAL
 BESI ( Fe )
Fungsi:
– Pembentukan hemoglobin
– Meningkatkan kekebalan tubuh
– Menambah energi
Keseimbangan zat besi ditentukan oleh penyerapan, penyimpanan, dan pengeluaran zat besi. Penurunan asam lambung mempengaruhi penyerapan. Obat-obatan juga berpengaruh dalam penyerapan seperti kolestiramin yang banyak digunakan lanjut usia untuk menurunkan kadar kolesterol ternyata menurunkan penyerapan zat besi.
Kebutuhan yang dianjurkan : 10 mg/hari.
Sumber : Hati, daging, kacang-kacangan, gandum, sayur berdaun hijau.

 SENG ( Zn )
Fungsi:
– Memelihara struktur protein
– Fungsi metabolisme
– Meningkatkan imunitas
– Replikasi sel
– Mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas
Sumber : Kacang-kacangan, ikan laut, tiram, telur
Kebutuhan pada lanjut usia pria 15 mg/hari, dan untuk lanjut usia wanita 12 mg/hari.
Defisiensi seng dapat menyebabkan dysgeusia, anoreksia, penyembuhan luka yang lama, menurunnya daya tahan tubuh dan berkurangnya nafsu makan.

 MAGNESIUM ( Mg )
Fungsi:
– Sintesis dan sekresi insulin
– Transpor glukosa ke dalam sel
– Metabolisme glukosa
Sumber : Sayuran hijau, sereal, biji-bijian, kacang-kacangan, daging, susu, dan hasil olahannya.
Kecukupan magnesium untuk pria dewasa 280 mg/hari dan untuk wanita 250 mg/hari. Suplemen magnesium sangat dibutuhkan bagi para lanjut usia yang menjalani terapi diuretik.

 KALSIUM ( Ca )
Fungsi: Menjaga keseimbangan air dan garam dalam tubuh.
Sumber: Buah, sayuran, kacang-kacangan.
Kebutuhan minimum sebanyak 2000 mg / hari.

Indikasi diberikan vitamin dan mineral pada lanjut usia :
1. Pertimbangan dokter akan status gizi pasiennya.
2. Penyakit kronis yang menimbulkan maknitrisi.
3. Penyakit yang membutuhkan diet rendah protein, gangguan penyerapan lambung, dehidrasi dimana dibutuhkan mineral kalium/natrium.

Efek samping pemberian vitamin dan mineral pada lanjut usia :
– Tidak ada, kecuali bila dimakan secara berlebihan. Vitamin B, C larut dalam air, sehingga apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan akan disimpan dalam tubuh dan akan menyebabkan keracunan.
– Vitamin A yang berlebihan akan mengakibatkan penglihatan kabur,rambut rontok dan kulit kering/kuning.
– Vitamin D yang berlebihan menyebabkan perubahan tulang, penumpukan kalsium dalam otot/organ tubuh, batu/kegagalan ginjal dan artritis.

G. SERAT
Serat merupakan komponen makanan yang berasal dari sumber nabati, berguna untuk membuang segala materi sisa-sisa pencernaan dari dalam saluran cerna.
Serat dalam tubuh sangat berguna dan membantu mendorong gerak peristaltik usus serta dapat mencegah konstipasi (mengerasnya feses) pada masa usia lanjut, serta menghindari berbagai penyakit antara lain mencegah kanker usus besar, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan kegemukan.
Sumber : sayuran, buah-buahan.
Kebutuhan serat : 30 gram/hari.

IV. KEADAAN GIZI DAN PERUBAHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN LANJUT USIA
Pertimbangan – pertimbangan dalam pemberian kebutuhan nutrisi pada lanjut usia sangat bervariasi bagi tiap individu, tergantung dari keadaan kesehatan, aktivitas fisik dan psikologisnya.
1. Kebiasaan dan tingkat aktivitas
Pada usia antara 40–80 tahun terjadi penurunan masa otot > 40% disertai dengan penurunan cairan tubuh total dan peningkatan proporsi lemak tubuh cadangan. Asupan kalori kemungkinan sangat rendah pada usia lanjut. Pada salah satu penelitian, 16 – 20% lanjut usia>60 tahun mengkonsumsi hanya 1000 kkal/hari. Perubahan yang nyata dalam tubuh adalah hilangnya kalsium dalam tulang. Berkurangnya kalsium dalam tulang disebabkan faktor–faktor seperti penurunan hormon estrogen pada wanita pasca menopause, penurunan aktifitas fisik, penurunan intake kalsium, dan penurunan absorsi kalsium dalam usus.
2. Perubahan fisik
Tampak penurunan dari sensasi haus dan kompensasi dari Total Water Loss (berkurangnya jumlah cairan tubuh) pada lanjut usia pria. Hal ini menunjukkan bahwa respon terhadap dehidrasi berkurang sehubungan dengan bertambahnya usia. Nafsu makan berkurang karena penurunan dari indera pengecap dan juga indera penciuman.
3. Perubahan psikososial
Lebih dari 60% pria dan 20% wanita berusia 65 tahun ke atas hidup sendiri, hal ini mengarah pada penurunan asupan makanandan dapat menyebabkan defisiensi kalori–protein atau defisiensi mikronutrien. Penurunan pendapatan umumnya terjadi pada lanjut usia wanita, menyebabkan terbatasnya pemilihan makanan yang kaya akan gizi dan dapat mengarah pada malnutrisi lanjut usia.
4. Keadaan lain yang berhubungan dengan lanjut usia
Keadaan lain pada lanjut usia yang dapat berpengaruh pada keadaan gizi yaitu pengobatan, keadaan gigi yang buruk, demensia, neoplasma, alkoholisme (berhubungan dengan defisiensi tiamin dan folat), berkurangnya aktivitas hidup sehari-hari, infeksi, dan depresi.

V. MASALAH GIZI YANG MENGENAI GOLONGAN LANJUT USIA
Malnutrisi Energi Protein
Malnutrisi dapat berarti gizi kurang ataupun gizi lebih. Pada gizi lebih terdapat susunan makanan mungkin seimbang, tapi jumlah yang dikonsumsi secara keseluruhan melebihan apa yang dibutuhkan oleh tubuh.
Pada gizi kurang, mungkin susunan makanan juga masih seimbang, hanya jumlah keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Walaupun penyebab yang tersering dari malnutrisi pada lanjut usia adalah aspek sosial, gigi, psikologi dan farmakologi, penyebab lain seperti infeksi kronis dan neoplasma harus diperhatikan.
Patofisiologi dari malnutrisi terjadi karena satu atau beberapa komponen berikut :
– Berkurangnya asupan makanan dan mikronutrien
– Menurunnya penyerapan makanan oleh karena penyakit saluran pencernaan
– Meningkatnya kebutuhan akan protein,kalori dan mikronutrien karena
infeksi atau stress
Faktor resiko untuk status gizi kurang pada lanjut usia adalah :
– Antropometris, bila berat badan menurun > 10% dalam 6 bulan terakhir.
– Riwayat gizi, bila ada :
o Berbagai intoleransi terhadap makanan (diare)
o Tidak nafsu makan/menolak makan
o Makanan tidak seimbang
o Penggunaan vitamin (suplemen makanan) dengan dosis berlebihan
o Ketidaktahuan
o Masalah ekonomi
o Isolasi sosial
o Keadaan gigi yang buruk
– Penyakit : penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya, alkoholisme, depresi, demensia, polifarmasi.
 Gejala dan tanda :
Klinikus harus memperhatikan satu atau lebih faktor resiko seperti isolasi sosial, masalah gigi, polifarmasi dan depresi yang merawat dalam keadaan malnutrisi.

Tanda-tanda pada pasien sering ditemukan dalam keadaan avitaminosis, defisiensi mineral atau hanya terdapat tanda berkurangnya berat badan, cepat lelah atau penurunan kemampuan kognitif.
Beberapa indikator keadaan gizi kurang/buruk pada lanjut usia (Kretchmer & Zimmermann, 1997) :
1. Penurunan berat badan secara berkelanjutan
2. Berat Badan / Tinggi Badan yang rendah secara bermakna
3. Penurunan serum protein secara bermakna
4. Perubahan fungsi tubuh secara bermakna
5. Asupan energi dan zat gizi lain di bawah AKG
6. Penurunan lingkar lengan atas secara bermakna
7. Penurunan tebal lemak bawah kulit/lipatan kulit secara bermakna
8. Munculnya obesitas berdasarkan berat badan ideal, indeks massa tubuh
9. Munculnya gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti
osteoporosis, defisiensi asam folat dan vitamin B12.
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui :
1. Pemeriksaan klinik, meliputi :
(1). Tanda-tanda yang dianggap memiliki nilai dalam pemeriksaan gizi
(2). Gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
(3). Gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi
2. Pemeriksaan antropometrik, merupakan pengukuran variasi berbagai dimensi
fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai tahapan usia dan derajat
kesehatan, meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
dan tebal lemak bawah kulit.
3. Pemeriksaan biokimiawi, paling mudah adalah darah dan urin.
4. Pemeriksaan biofisik, misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat
osteoporosis.
Status gizi secara kasar diukur dengan BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh) dan RLPP (Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul).
IMT = BB ( Kg)/TB ( m² )

Tabel 5.1. Klasifikasi IMT menurut WHO (1995) :
IMT ≤ 18,49 Kekurangan berat badan
IMT 18,5 – 24,99 Normal
IMT 25 – 29,99 Kelebihan berat badan tingkat ringan (overweight)
IMT ≥ 30 Kelebihan berat badan tingkat berat (obesitas)

IMT berdasarkan jenis kelamin :
Kekurangan berat badan : Pria : IMT < 20
Wanita : IMT < 19 Normal : Pria : IMT 20-25 Wanita : IMT 19-24 Kelebihan berat badan tingkat ringan (overweight): Pria : IMT 25-27 Wanita : IMT 24-27 Kelebihan berat badan tingkat berat (obesitas): Pria : IMT > 27
Wanita : IMT > 27
Tapi perlu diingat, lanjut usia dalam perjalanan usianya dapat mengalami pengurangan tinggi badan. Hal ini disebabkan antara lain :
1. Berkurangnya komponen cairan tubuh, sehingga discus intervertebralis relatif kurang mengandung air sehingga menjadi lebih pipih dan mengakibatkan tinggi badan berkurang.
2. Makin tua makin kifosis sehingga tinggi tegak lurusnya berkurang.
3. Osteoporosis pada lanjut usia wanita mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan berkurang.
Penurunan tinggi badan ini akan mempengaruhi hasil IMT.
Oleh sebab itu dianjurkan menggunakan ukuran tinggi lutut (knee height) untuk menentukan secara pasti tinggi badan lanjut usia.
TB pria : 59,01 + ( 2,08 X TL )
TB wanita : 75,00 + ( 1,91 X TL ) – ( 0,17 X U )
TL = Tinggi Lutut (cm)
U = Usia (tahun)

Tabel 5.2. Skala rasio menurut klasifikasi Bray,1992 :
RLPP Pria RLPP Wanita
≤ 0,95 Tidak beresiko terhadap penyakit kardiovaskular –
> 0,95 Beresiko terhadap penyakit kardiovaskular –
≤0,8 – Tidak berisiko terhadap penyakit kardiovaskular
> 0,8 – Berisiko terhadap penyakit kardiovaskuler

Yang saat ini digunakan untuk penilaian status gizi adalah :
Mini Nutritional Assessment (MNA) = Penilaian Status Gizi Mini

Nama : Jenis kelamin : Umur : Tgl :
BB (kg) : TB (cm) : TL/kneeheigt (cm) :
I. Penilaian Antropometrik
1. IMT (BB/TB dlm kg/m2) :
0 = IMT < 19
1 = 19 ≤ IMT < 21
2 = 21 ≤ IMT < 23
3 = IMT ≥ 23
2. LLA = Lingkar Lengan Atas (dlm cm) :
0,0 = LLA < 21 0,5 = 21 ≤ LLA ≤ 22 1,0 = LLA > 22
3. LB = Lingkar Betis (dlm cm) :
0 = LB < 31 1 = LB ≥ 31 4. Kehilangan BB selama 3 bln terakhir : 0 = Kehilangan BB > 3 kg
1 = Tidak tahu berapa besar
kehilangan BB
2 = Kehilangan BB antara 1-3 kg
3 = Tidak ada kehilangan BB
II. Evaluasi Menyeluruh :
5. Apakah pasien hidup bebas, tidak
tergantung pada suatu nursing home ?
0 = Tidak
1 = Ya
6. Apakah pasien menggunakan lebih
dari 3 jenis obat perhari ?
0 = Ya
1 = Tidak
7. Selama 3 bulan terakhir, apakah pasien
pernah menderita stres psikologis atau
penyakit akut ?
0 = Ya
1 = Tidak
8. Mobilitas :
0 = Terbaring di tempat tidur/
kursi
1 = Dapat berpindah dari tempat
tidur/kursi, tapi tidak dapat
berjalan keluar
2 = Dapat berjalan-jalan keluar
9. Masalah neuro-psikologik :
0 = Demensia berat/depresi
1 = Demensia sedang
2 = Tidak ada masalah neuro-
psikologik
10. Berapa banyak makan penuh (tidak sisa) yang pasien makan tiap hari ?
0 = 1 X makan
1 = 2 X makan
2 = 3 X makan
III. Penilaian Terhadap diet
11. Dekubitus / ulkus pada kulit :
0 = Ada
1 = Tidak ada
12. Bagaimana konsumsinya ?
– Sedikitnya 1 X konsumsi produk
dari susu (susu, keju, yoghurt)
perhari ?
Ya/Tidak
– 2 X atau lebih konsumsi kacang-
kacangan/telur perminggu ?
Ya/Tidak
– Konsumsi daging, ikan, unggas setiap hari ?
Ya/Tidak
0,0 = Jika 0/1 ya
0,5 = Jika 2 ya
1,0 = Jika 3 ya
13. Apakah mengkonsumsi 2 X/lebih
buah/sayuran perhari ?
0 = Tidak
1 = Ya
14.Apakah intake makanan pasien menurun selama 3 bulan terakhir akibat kehilangan nafsu makan, gangguan GIT, kesulitan mengunyah dan menelan ?
0 = Kehilangan nafsu makan tingkat berat
1 = Kehilangan nafsu makan tingkat sedang
2 = Tidak kehilangan nafsu makan
15. Berapa gelas – air, jus, kopi, teh,
susu, anggur, bir yang pasien
konsumsi perhari ?
0,0 = < 3 gelas 0,5 = 3 – 5 gelas 1,0 = > 5 gelas
16. Model pemberian makan :
0 = Makan butuh bantuan orang
lain
1 = Makan sendiri – dengan
beberapa kesulitan
2 = Makan sendiri tanpa kesulitan IV. Penilaian Subjektif
17. Apakah pasien menaruh perhatian
akan adanya masalah gizi ?
0 = Malnutrisi berat
1 = Tidak tahu/malnutrisi
sedang
2 = Tidak ada masalah gizi
18. Dalam perbandingan dengan
orang lain yang usianya sama,
bagaimana pasien memperhatikan
status kesehatannya ?
0,0 = Tidak baik
0,5 = Tidak tahu
1,0 = Baik
2,0 = Lebih baik

Total ( maks 30 point ) :
Score :
≥ 24 point = gizi baik
17 – 23,5 point = resiko malnutrisi
< 17 point = gizi kurang/buruk

Pemeriksaan laboratorium :
1. Serum albumin
Serum albumin tidak menurun secara bermakna dengan meningkatnya usia pada lanjut usia sehat. Kadar albumin sering dipakai sebagai petunjuk dalam menentukan malnutrisi protein, tapi bukan marker yang baik untuk melihat perubahan status protein dalam jangka panjang.
Penurunan kadar serum albumin dapat mengarah pada kondisi fisik yang sangat buruk. Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh penyakit GIT, penyakit hati, hipotiroid, decompensasi cordis, infeksi, defisiensi Zn. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsentrasi kadar serum albumin selain defisiensi asupan makanan adalah stres, infeksi, gangguan absorpsi, overhidrasi, sintesis yang inadekuat pada penyakit hati yang kuat dan sindrom nefrotik. ≤ 11 mg% menunjukkan adanya malnutrisi.
2. Hb
Hb dipakai untuk mendeteksi anemia gizi yang berhubungan dengan malnutrisi. Hipohemoglobinemia dapat disebabkan proses menua, defisiensi nutrien dan penyakit kronik. Pria < 12 gr% dan wanita < 11gr% menunjukkan adanya anemia. 3. Transferin Penurunan kadar transferin merupakan petunjuk yang lebih spesifik dalam menentukan malnutrisi protein dibandingkan dengan kadar serum albumin. 4. Kolesterol Kadar kolesterol yang sangat rendah mungkin terlihat pada keadaan malnutrisi berat.  Penatalaksanaan : Dilakukan oleh tim yang terdiri atas : geriatrician, dietician, perawat, pekerja sosial, psikolog, pharmacist, occupational theurapist. • Formulasi gizi Beberapa formulasi gizi dalam bentuk hiperosmolar dan berhubungan dengan diare. Diare yang terjadi pada pasien yang menerima formulasi gizi biasanya disebabkan karena infeksi atau obat-obatan. • Nutrisi parenteral Biasanya ditujukan kepada pasien dengan kondisi kesehatan yang lebih parah termasuk gangguan fungsi saluran pencernaan. • Program pelatihan Lanjut usia yang mengalami isolasi sosial dapat dilatih melalui program-program seperti adult day health centers, senior center dan meals on weels yang dapat mengarahkan pasien tersebut menjadi lebih mandiri. B. Obesitas Kegemukan pada lanjut usia harus dikonsultasikan guna pengaturan gizi yang bertujuan untuk mengurangi berat badan dan meminimalkan resiko. Kegemukan (obesitas) ditentukan dari 20% berat badan ideal dan menimbulkan konsekuensi klinis yang penting antara lain : 1. Peningkatan insiden penyakit kardiovaskuler, DM, hipertensi. 2. Penurunan fungsi tubuh 3. Peningkatan resiko terjadinya tromboemboli. Data statistik yang diteliti oleh maskapai asuransi kesehatan membuktikan bahwa orang yang mempunyai berat badan berlebihan (overweight) mempunyai usia relatif lebih pendek. Salah satu penyebab dari obesitas pada lanjut usia adalah karena waktu kegiatan yang berkurang, justru kalori makanannya tidak dikurangi, sehingga menumpuk sebagai lemak dibawah kulit. Hal ini dapat dihitung dengan rumus Body Mass Index. C. Diabetes Mellitus Gambar 5.1. Diagram Penderita Diabetes Mellitus (umur 20-69) 1988-1992. Seperti diketahui bahwa dengan meningkatnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Intoleransi glukosa pada lanjut usia berkaitan dengan : – obesitas – aktivitas fisik yang berkurang – kurangnya massa otot – penyakit penyerta – penggunaan obat-obatan – penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin Keluhan umum untuk pasien DM seperti poliuria, polifagia dan polidipsi. Sebaliknya yang sering dikeluhkan oleh pasien adalah akibat komplikasi degenerasi kronik pada pembuluh darah dan saraf, misalnya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. 20-50% DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan baik hanya dengan diet saja. Perencanaan makan : Susunan makanan yang baik pada penderita mengandung jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Sebenarnya tidak ada perbedaan antara anjuran makanan sehat untuk orang biasa dengan penderita DM, yaitu gizi seimbang. Susunan makanan yang baik bagi penderita DM, yaitu : Komposisi makanan : 10-15% protein 20-25% lemak 60-70% karbohidrat  Harus cukup kalori Kalori adalah satuan energi yang sangat penting untuk semua aktivitas kehidupan sel. Semua orang termasuk penderita DM harus cukup makan agar kebutuhan kalorinya terpenuhi. Kebutuhan kalori ini sangat individual sifatnya, tergantung dari aktivitas fisik, keadaan patologik seperti infeksi, pasca trauma, operasi. Kalori yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus Harris Benedict. Makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber karbohidrat kompleks lebih baik dikonsumsi daripada karbohidrat sederhana yang refined, karena karbohidrat kompleks dicerna dan diserap didalam tubuh lebih lama daripada karbohidrat sederhana sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks orang tidak segera merasa lapar. D. Hipertensi Sebenarnya penyakit hipertensi tidak perlu diobati secara khusus jika sifatnya tidak menetap atau hanya terjadi sewaktu-waktu dan normal kembali pada pengukuran selanjutnya. Yang harus diwaspadai adalah hipertensi yang bersifat menetap dan cukup lama. Lanjut usia dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya > 140/90 mmHg.
Pengobatan utama adalah mengetahui faktor pencetus, yang sering terjadi adalah pola konsumsi makanan tinggi lemak yang disertai rendahnya daya bakar kalori sehingga terjadi penyumbatan saluran pembuluh darah oleh lemak.
Perencanaan makanan :
o Kurangi usapan garam sampai 70-90 mEq/hari atau sama dengan 2 gr sodium atau 5 gr NaCl/garam dapur.
o Kurangi makanan yang banyak mengandung garam
o Mempertinggi asupan kalsium
o Kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh
o Tingkatkan konsumsi sayur dan buah
o Tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok
E. Osteoporosis
Osteoporosis terjadi karena proses demineralisasi tulang. Proses ini mulai berlangsung pada usia 30 tahunan. Penyebab proses ini adalah :
o Defisiensi kalsium
o Penurunan estrogen karena post-menopause
o Kurangnya aktifitas fisik
Perencanaan makanan :
o Konsumsi susu dengan kadar kalsium tinggi
o Konsumsi makanan tinggi kalsium
o Hindari makanan tinggi protein
o Hindari minum alkohol, kopi, dan antasida yang mengandung alumunium
o Tidak merokok

F. Anemia
Anemia banyak terjadi pada lanjut usia yang biasanya disebabkan oleh kekurangan Fe. Untuk mencegah anemia ini dapat dlakukan antara lain : banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, jika perlu ditambah suplemen yang mengandung Fe.

VI. SUPLEMEN GIZI BAGI LANJUT USIA
Umumnya lanjut usia terpengaruh untuk mengkonsumsi gizi karena pengaruh iklan. Hasil survei di California mengungkapkan bahwa 72% lanjut usia mengkonsumsi suplemen gizi vitamin C dan vitamin E dosis tinggi. Data tentang konsumsi suplemen di Indonesia belum ada.
Beberapa suplemen yang dianjurkan bagi lanjut usia :
 Vitamin E
Dikenal sebagai antioksidan, mencegah kerusakan karena radikal bebas dan menurunkan resiko penyakit jantung.
 Selenium
Membantu tugas enzim glutation, yaitu enzim pengusir radikal bebas. Merupakan komponen penting bersama vitamin C dalam memerangi penyakit jantung juga kanker
 Seng
Berfungsi sebagai penghasil antibodi, juga sebagai antioksidan.
 Beta Karoten
Mencegah terjadinya katarak
 Omega 3
Dapat mencegah kerusakan sel otak sekaligus mempertajam daya ingat, mengencerkan darah, mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke.
 Vitamin C
Membantu pembentukan kolagen, meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu pembentukan glikoaminoglikan dan chondroitine untuk persendian.
 Fe
Mencegah anemia.
VII. PRINSIP PENGOLAHAN GIZI PADA LANJUT USIA
Ada tiga faktor utama yang sangat berperan dalam menentukan kebutuhan zat gizi pada lanjut usia :
1. Menurunnya fungsi fisiologis
2. Meningkatnya frekuensi sakit
3. Menurunnya nafsu makan akibat bertambahnya usia
Mengingat pentingnya gizi ini, maka lanjut usia dianjurkan untuk selalu memperhatikan dan merencanakan kebutuhan makannya. Minimal tahu apa yang harus di makan.
Beberapa langkah perencanaan makanan :
1. Jadwal makan harus dibuat lebih sering namun dengan porsi kecil. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan fisik lanjut usia yang sudah banyak berkurang untuk mengolah makanan secara sempurna.
2. Banyak minum air putih dan mengurangi garam, sehingga kerja ginjal akan lebih ringan dan pengeluaran sisa makanan menjadi lebih lancar.
3. Mengurangi asupan makanan sumber kalori untuk menjaga berat badan agar tetap normal.
4. Bagi mereka yang benar-benar lanjut usia, usahakan makan makanan yang mudah dicerna dan hindari makanan yang terlalu gurih dan manis. Bila ada kesukaran karena gigi yang ompong, lunakkan terlebih dahulu. Usahakan ada makanan selingan antara pukul 10.00 pagi, seperti susu, biskuit, puding, atau sari buah.
5. Batasi minum kopi atau teh. Bila sudah menjadi kebiasaan usahakan yang encer saja. Karena kedua jenis minuman ini merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.

VIII. KESIMPULAN
Proporsi lanjut usia diseluruh dunia meningkat dengan tajam, sehingga status kesehatan lanjut usia dan sistem pelayanan kesehatan bagi lanjut usia perlu diperhatikan. Bertambahnya usia seseorang erat kaitannya dengan bertambahnya ketidakmampuan karena terjadinya kemunduran kondisi fisik serta perubahan dalam proses metabolisme dan meningkatnya ketergantungan yang berkaitan dengan gangguan fungsional. Maka dari itu perlu adanya perhatian khusus agar zat-zat gizi yang diperlukan dapat diberikan secara adekuat.
Diantara para lanjut usia banyak sekali variasi namun perubahan yang terjadi diperkirakan sama. Jenis dan jumlah unsur-unsur zat gizi dalam makanan sangat menentukan status gizi seseorang, juga berperan besar dalam penyembuhan penyakit dan mempertahankan kualitas hidup yang baik. Mengenali tanda-tanda awal gangguan gizi pada lanjut usia sangat penting karena kadang terlewati oleh kita untuk memperhatikan dan memberi pertolongan serta terapi yang tepat untuk mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Doyle, Derek dkk. Oxford Textbook of Palliative Medicine 2nd edition. Oxford: Oxford University Press, 2001

Hazzard, William R. Dkk. Principles of Geriatric Medicine and Gerontology. USA: Mc Graw Hill.Inc, 1990

Lubis, D.Bachtiar. Makalah: ”Kebutuhan pasien yang akan meninggal”. Dibacakan di Konas ke-2 API di Jakarta, 9-11 April 2005

Nugroho, Wahyudi. Keperawatan gerontologik edisi 2. Jakarta: EGC, 2000

Nuhonni, Siti Anisa. Makalah: ”Aspek Rehabilitasi pada End of Life Care”. Dibacakan di Konas ke-2 API di Jakarta, 9-11 April 2005

Setiabudhi, Tony; Hardywinoto. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek, Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup para Lanjut Usia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1999

Yuwana, Arimanto. Makalah: “Perawatan Terminal”. Dibacakan di Konas ke-2 API di Jakarta, 9-11 April 2005

http://www.google.com/

http://www.yahoo.com/

http://www.altavista.com/

http://www.emedicine.com/