TRANSKRIPSI FONETIK
Disusun sebagai tugas kelompok untuk dipresentasikan pada kegiatan diskusi
Mata Kuliah : Fonologi Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Sance Lamusu, M.Hum
KELOMPOK IV
SITI MUSLIMATUL FIKAR
SITI NUR’AIN LAILA NINGSI
NURAWIN ITY
JAFAR IBRAHIM
DESNI T. ISHAK
Fakultas Sastra dan Budaya
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Gorontalo
2015
D. Sejarah Transkripsi
Oleh karena daya tangkap seorang pendengar berbeda satu sama lain, maka transkripsi fonetik terhadap suatu fonem yang sama pasti berbeda pula. Kalau demikian transkripsi fonetiknya akan berbeda-beda pula. Hal seperti itu tidak menguntungkan. Para pakar linguistic, utamanya yang bergerak dalam bidang fonologi mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan ini. Dibentuklah badan dunia tentang ilmu bunyi bahasa yang dinamai Internasional Phonetic Association (IPA). Untuk mengetahui secara singkat tentang organisasi dunia ini, ada baiknya dikemukakan saduran sejarah IPA seperti yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat dibaca dalam buku The Principles of the International Phonetic Association yang diedarkan oleh secretariat IPA, di Universitas College, London, !975.
Himpunan Ahli Fonetik Sedunia ‘The International Phonetic Association’ yang dalam bahasa Perancis Association Phonetique, dalam bahasa Jerman dinamakan Weltlautshriftverein didirikan pada tahun 1886 yang untuk pertama kali bernama Himpunan Guru Fontik atau The Phonitic Teacher’s Association yang didirikan oleh sekelompok guru bahasa Prancis. Mereka mempopulerkan juga hasil penemuan mereka pada waktu mengajar. Secara berkala transkripsi ponetik sesuatu bahasa mereka perkenalkan kepada masyarakat dunia. Pada mulanya mereka memusatkan perhatian pada penerapan fonetik dalam proses pengajaran bahasa Inggris. Anggota perhimpunan pun makin lama makin banyak dan meluas. Dengan demikian perhatian para anggota bertambah luas, yakni bukan saja tertuju pada bahasa-bahasa yang lain.
Pengelola organisasi untuk pertama kali dalam bentuk komite yang anggota-anggotanya berkedudukan di Paris. Dalam waktu singkat dipilihlah pengurus yang duduk dalam Badan Internasional yang mulai tahun 1888 kebijaksanaan organisasi dipikirkan oleh badan ini.pada tahun 1888 itu organisasi belum mempunyai kebijaksanaan bau dalam penentuan transkripsi fonetik, dan artikel-artikel yang dimuat dalam majalah masih memperlihatkan berbagai system.
Pada tahun 1888 ketika cirri khas organisasi telah dikenal, dan alphabet internasional telah dipolakan, maka mulai bulan Januari 1889 ditetapkan hal-hal sebagai berikut.
1. Bahasa Perancis ditetapkan sebagai bahasa pengantar resmi dalam pertemuan organisasi.
2. Perhimpunan diubah namanya menjadi L ‘Association Phonetic des Propesseurs de Langues Vicantes.
3. Nama majalah diubah menjadi Le Maitre Phoneticque.
Pada tahun 1987 nama perhimpunan diubah lagi menjadi L’ Association Phonetique Internationale, dan pada tahun 1969 pengurus organisasi menetapkan hal-hal berikut ini :
1. Majalah seharusnya dicetak berdasarkan huruf-huruf yang ada, dan diisi dengan ilustrasi yang berhubungan dengan transkripsi fonetik.
2. Bahasa resmi perhimpunan adalah bahasa Inggris.
3. Karangan-karangan yang menggunakan bahasa lain, maksudnya yang bukan bahasa INggris, sebaiknya diperhatikan juga.
4. Nama majalah diubah menjadi The Journal of the International Phonetic Association.
Apa yang telah ditetapkan paa tahun 1889 sebahagiannya tetap diperthankan. Pengurus IPA bekerja terus mengembangkannya, dan sekarang hasil pekerjaan mereka telah digunakan oleh linguist diseluruh dunia, baik dalam penyusunan kamus, penyusunan buku teks, baik yang tergabung dalam organisasi IPA. Maupun yang tidak.
E. Pelambangan Fonetis
1. Pelambangan Fonetis Menurut IPA
Lambang Vokal :
(i) Misalnya bahasa Jerman wie = bagaimana, seperti ketika, demi.
(e) Misalnya bahasa Jerman mehr = lebih
(a) Misalnya bahasa Inggris back = belakang
(d) Misalnya bahasa Inggris hot = panas
Lambang Konsonan:
(g) Misalnya bahasa Inggris get = menerima
(j) Misalnya bahasa Inggris you = engkau
(r) Misalnya bahasa Inggris rap = ketokan
(s) Misalnya bahasa Inggris see = melihat
/q/ Misalnya bahasa Perancis nuit = (?)
/x/ Misalnya bahasa Jerman ach = aduh
[β] Misalnya bahasa Spanyol saber = (?)
/v/ dalam bahasa Belanda menjadi /w/.
Bunyi-bunyi bahasa ini banyak yang tidak terdapat dalam BI sehingga sulit untuk meragakannya.
2. Pelambangan Fonetis Menurut Ladefoged Pelambangan Fonetis menurut Ladefoged (1975:24-27) ini khusus untuk bahasa Inggris.
Pelambangan Vokal (kolom 1 lafal Inggris Amerika, dan kolom 2, lafal Inggris Britis)
1 2
i i he ‘ia’
t t hid ‘menyembunyikan’
at et hay ‘rumput kering’
ε ε head ‘kepala’
Pelambangan Konsonan
p pie ‘kue’
t tie ‘dasi’
k key ‘kunci’
b bee ‘lebah’
s sea ‘laut’
3. Pelambangan Fonetis Menurut Verhaar (1983: 22-24), sebahagiannya dapat dimanfaatkan untuk transkirpsi fonetik BI dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia.Pelambangan ini dikutipkan berikut ini.
a adat
i: itu
o obat
u buku
ai balai
apa yang telah diperlihatkan di atas adalah bunyi-bunyi bahasa yang didapati dalam bahasa di dunia ini. Bunyi-bunyi bahasa ini seperti yang dilambangkan dalam IPA yang di sana-sini telah ditambah, terutama telah diseuaikan dengan bunyi bahasa yang terdapat dalam BI, bahkan ada beberapa di antaranya yang terdapat dalam bahasa jawa. Seperti yang dilambangkan dalam IPA, ada bunyi tidak terdapat dalam BI. Itu sebabnya dikatakan bahwa sistem fonologi BI sangat sederhana, bukan saja yang berhubungan dengan ejaan, tetapi juga yang berhubungan dengan pelafalan dan realisasi bunyi bahasannya.
Untuk lebih mendekatkan lambing dengan wujud bunyi bahasa yang sederhana, IPA menetapkan tanda-tanda tambahan yang disebut tanda diakritis ‘diactritical signs’.
Tanda-tanda diakritis yang lain (Harimurti; 1993; xvi) yakni:
~ tilde, pada konsonan untuk menandai palatalisasi, pada vokal untuk
Menandai nasalisasi
_ makron, pada vokal untuk menandai pemanjangan
F. Penerapannya
Dalam kaitannya dengan penerapan transkripsi fonetik, misalnya dalam BI, pelambangan fonetis yang dikemukakan oleh Verhaar (1983; 22-24) seperti yang disalinkan di atas dapat dipertimbangakan untuk dipertimbangkan untuk diterapkan. Hal-hal yang diperlihatkan, selain yang berhubungan dengan transkripsi bunyi-bunyi bahasa, juga yang berkaitan dengan unsur suprasegmental, misalnya tekanan, panjang, dan jeda.
Seperti dikatakan di depan, trnkripsi fonetik untuk suatu data boleh saja berbeda antara pentrankripsi yang satu dengan lain, oleh karena daya dengar dan daya tafsir yang berbeda-beda. Penulisan mengemukakan data dalam bentuk kalimat, kemudian akan segera diikuti trankripsi fonetiknya.
.
DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer, Pulubuhu R, Yennie. 2005. Linguistik . Gorontalo: Viladan Gorontalo.
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2003. Pengantar Fonologi. Gorontalo: Viladan Gorontalo