Makalah Singkat Mengenai Pendidikan

BAB I
PENGERTIAN DAN HUKUM DASAR PENDIDIKAN

Sesungguhnya yang dimaksud dengan dasar-dasar kependidikan ialah uraian ringkas asas-asas atau pengantar kependidikan. Uraian ini didasarkan atas pendekatan yang lebih mendasar dan praktis. Artinya, uraian tentang teori pendidikan secara teoritis hanya bersifat mendasar sekedar memberikan wawasan tentang arti, ruang lingkup, fungsi, tujuan dan sistematika atau komponen-komponen pendidikan.
A. Konsepsi dan Ruang Lingkup Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan pada hakekatnya ialah usaha manusia melestarikan hidupnya. Sekedar memperjelas pengertian, berikutini kita kutip beberapa definisi :
1. Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan ini menurut Carter V. Good dalam “Dictionary of Education” dijelaskan sebagai berikut :
a. Pedagogy (1) Seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar (pengajaran)
(2) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid.
b. Menurut Carter, Education berarti :
(1) Proses perkembangan pribadi
(2) Proses social
(3) Profesional course
(4) Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun atau dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa.
2. Menurut buku “Higher Education for American Democracy”
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradap, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama setiap masyarakat.
3. Menurut Prof. Richey dalam buku “Planning for Teaching, an Introduction to Education”
Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Pendidikan adalah suatu aktivitas dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat yang kompleks modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spealisasi dan melembaga.
4. Menurut Brubachet dalam bukunya “Modern Philosophies of Education”
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik di tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan dengan alam semesta.

B. Hukum-hukum Dasar dalam Pendidikan
Usaha pendidikan dilakukan manusia berdasar keyakinan tertentu. Keyakinan ini didasarkan atas suatu pandangan baik filosofis maupun teoritis (ilmiah). Keyakinan ini disebut para ahli sebagai hukum-hukum dasar atau teori-teori pendidikan. Teori ini dipandang sebagai ide-ide dalam filsafat pendidikan yang meliputi :
1. Teori (hukum) empirisme
Ajaran filsafat empirisme yang dipelopori oleh John Locke (1632-1704) mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan terutama pendidikan.
2. Teori (hukum) nativisme
Tokoh nativisme ini Arthur Scopenhouer (1788-1860) menganggap faktor pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan itulah kepribadian manusia. Ajakan nativisme ini dapat dianggap aliran yang pesimistis, karena menerima kepribadian sebagaimana adanya, tanpa kepercayaan, adanya nilai pendidikan untuk merubah kepribadian.

C. Lembaga-lembaga Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi :
(1) Keluarga atau rumah tangga atau orang tua, sebagaimana wujud kehidupan sosial yang asasi, sebagai unit kehidupan bersama manusia terkecil.
(2) Masyarakat, yakni lingkungan sosial yang ada di sekitar keluarga itu, kampug, desa, warga ataupun pulau.
1. Lembaga keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasar sukarela dan cinta yang asasi antara subyek manusia (suami-istri)
2. Lembaga sekolah
Lembaga ini meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasar-dasarnya dalam lingkungan keluarga, sekolah menerima tanggung jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga.
3. Lembaga masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Masyarakat dalam arti organisasi ialah lembaga atau perwujudan pengelola dan kepemimpinan bersama (berasas demokrasi).

D. Tanggung Jawab Lembaga-lembaga Pendidikan
1. Tanggung jawab keluarga
a. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak.
b. Dorongan/motivasi kewajiban moral sebagai konsekwensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya bahkan kemanusiaan.
2. Tanggung jawab sekolah
a. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (UU Pendidikan).
b. Tanggung jawab keilmuan berdasar bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
c. Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab professional pengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasar ketentuan-ketentuan jabatannya.
3. Tanggung jawab pemerintah
a. Tanggung jawab kenegaraan dan kemasyarakatan yang wujudnya motivasi untuk melestarikan tegaknya kemerdekaan bangsa dan negara.
b. Tanggung jawab strukturnya kelembagaan yakni sebagai wujud tata kelembagaan negara dengan masing-masing aspek dan tanggung jawabnya.

BAB II
ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Menurut sistemnya ilmu pengetahuan dibedakan sebagai berikut ;
1. Ilmu-ilmu murni berhadapan dengan ilmu pengalaman (empiri). Ilmu-ilmu murni berdiri sendiri lepas dari empiri, misalnya matematika.
2. Ilmu-ilmu pengalaman, berdasarkan pengalaman jadi obyeknya ialah gejala kehidupan umpamanya : alam, gejala-gejala hidup atau situasi pendidikan.
A. Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu yang Normatif
Mengapa ilmu pendidikan bersifat normatif ? karena memang ilmu pendidikan bercorak normatif. Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia biasanya termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melaksanakan pendidikan. nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan cirri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek pendidikan.
Untuk menjelaskan sistem nilai menjadi norma bagi pendidikan maka di bawah ini disajikan beberapa uraian sebagai berikut :
1. Mengapa di Yunani kuno orang sangat mementingkan tujuan pendidikan yaitu pembentukan warga negara yang kuat. Jadi yang utama adalah pendidikan jasmani, karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (mensana incorporore sano).
2. Bila kita melihat pada abad 17, 18, dan 19 di Eropa Barat nampak pengaruh rasionalisme yang sangat kuat. Mereka memandang manusia adalah makhluk berfikir (homo sapien). Orang sangat menjunjung tinggi akal, baik akal teoritis dan praktis. Dengan akal manusia menghasilkan pengetahuan. Dan dengan pengetahuan manusia dapat berbuat baik dalam pengertian sempurna.
Dengan demikian ilmu pendidikan diarahkan pada perbuatan mendidik yang bertujuan. Dan tujuan itu ditentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang sedang nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normative maka dapat ita tegaskan bahwa ilmu pendidikan masalah ilmu yang bersifat normatif.

B. Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis/Praktis
Pada umumnya ilmu mendidik tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang obyek didiknya. Jadi dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu mendidik boleh disebut ilmu yang praktif, sebab ditujukan kepada praktek dan kepada perbuatan yang mempengaruhi anak didik.
Tetapi dalam ilmu mendidik secara teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan di dalam swa pikirnya yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. pemikiran teoritis ini disusun dalam satu sistem pendidikan dan biasanya disebut ilmu mendidik teoritis.
Para pendidik Genial itu sebenarnya juga menggunakan teorinya sendiri. Walaupun teori itu belum disistematiskan, seorang maha guru ilmu mendidik Jra Guming pernah berkata : “teori tanpa praktek adalah baik bagi kaum cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan para penjahat”.
1. Bidang yang menyangkut tujuan pendidikan
Gambaran manusia bagi bangsa Indonesia ialah manusia Indonesia seutuhnya atau manusia Pancasilais. Untuk mewujudkan tujuan itu maka melalui pendidikan formal disekolah didirikan berbagai tingkat sekolah. Tiap tingkat sekolah mempunyai tujuan tersendiri dalam rangka mencapai tujuan nasional. Biasanya rumusan tujuan terdapta dalam kurikulum tiap tingkat sekolah dan disebut institusional. Setelah dirumuskan tujuan institusional, maka ada tujuan kurikuler. Jabaran tujuan kurikuler itu menjadi tujuan instruksional umum.
2. Anak didik
Yang terpenting dalam uraian ini ialah pengenalan tentnag anak. Bahwa setiap anam mempunyai persamaan tetapi juga perbedaan. Anak itu merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Dan ada pada anak itu kemungkinan untuk dididik. Sebagai contoh : bagaimana kita dapat mempelajari proses pengidentifikasian dari seorang anak pada umur 3 tahun sampai masa dewasa. Pengelolaan tentang anak sangat diperlukan dalam mempelajari ilmu pendiidikan.
3. Pengetahuan tentang diri pendidik sendiri
Saloman seorang tokoh pendidikan zaman percetakan (aufklarung) menuturkan dalam bukunya yang bernama “Buku Kepiting” terlihat suatu gambar pada halaman buku seekor induk kepiting dan anaknya yang sedang mengikuti induknya. Induk berkata pada anaknya : “Nak, jalan ikut ibu”, anak menjawab : “Ya, Bu, saya memang mengikuti jalannya Ibu, karena ibu berjalan begitu maka saja juga berjalan demikian”.
Dari anecdote ini ini dapat belajar untuk mendidik, bahwa contoh si pendidik sangat besar pengaruhnya dalam proses didik. Oleh karena itu si pendidikan itu perlu mempunyai pengetahuan tentang dirinya sendiri.
4. Pengetahuan tentang alat pendidikan
Alat pendidikan adalah segala usaha atau tindakan yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan itu sangat perlu dipelajari karena ia merupakan salah satu pembantu proses didik.
5. Pengetahuan tentang lingkungan
Penelitian terhadap lingkungan dan penciptaaan lingkungan yang memungkinkan berlangsungnya proses didik adalah satu tugas ilmu pendidikan karena lingkungan juga ikut membentuk pribadi anak didik.

BAB III
DASAR-DASAR FILOSOFIS KEPENDIDIKAN

Apabila orang tua menyarankan anaknya agar melanjutnya ke IKIP, maka mereka berharap agar anaknya menjadi seorang guru yang baik. Oleh sebab pekerjaan guru adalah pekerjaan paling mulya. Sesuai dengan filsafat hidupnya yang menjunjung tinggi nilai sikap pengabdian, yaitu memberikan pelayanan jasa pada masyarakat dan kemanusiaan.
Dengan demikian, setiap tingkah laku manusia selalu didapatkan dan diwarnai oleh nilai-nilai yang bersumber dari filsafat hidupnya dan selalu berusaha untuk menanamkan sistem nilai tersebut pada orang lain. Itulah sebabnya setiap kegiatan mendidik dipandang sebagai kegiatan yang bersifat normatif, yaitu proses menanamkan norma-norma kehidupan sesuai dengan dan bersumber pada dasar-dasar filsafat yang dimilikinya.

A. Filsafat sebagai Ilmu dan Metode Berfikir
1. Anekdote ruang kuliah filsafat
a. Bahwa bahan filsafat memang sebenarnya ada, tetapi daya kemampuan berfikir manusia sangat terbatas, sehingga tidak mampu mengadakan sambungan pemikiran.
b. Bahwa bahan filsafat tidak dapat dipahami karena kesalahan dalam cara bekerjanya pikiran mahasiswa, sehingga bahan ada tidak ditemukan.
c. Bahwa mungkin bahannya tidak ada karena hanya hasil spekulasi, tetapi mahasiswa percaya bahwa bahan itu ada, sehingga dasarnya bukan pengertian tetapi kepercayaan, paradok bukan, tetapi kenyataan memberikan bukti betapapun benar kenyataan tentang sesuatu bila tidak dilandaskan kepercayaan menjadi tidak benar.
d. Bahwa bahannya tidak ada, tetapi mahasiswa percaya ada dan benar, meskipun salah, dan tidak ada memang.

2. Apakah filsafat dan metode filsafat
a. Definisi konsepsional filsafat
J.A. Leighton mendefinisikan filsafat sebagai “a word view, or reasoned conception of the whole cosmos, and life view, or doctrine of the values, meanings, and purposes of human life”. Yang merupakan sistematika filsafat yaitu metafisika, ethika, dan logika yang artinya secara berturut-turut adalah teori tentang kosmologi dan ontology, tentang nilai moral dan ajaran berfikir filosofis, yaitu logika formal aristoteles dan logika materiak, instrumental dan logika simbolis dari George Boole dkk.
Tentang nilai yang disebutkan sebagai ethos, maka definisi filsafat adalah “the symbolic expression of culture”, sebagai arti suatu konsep tidak mungkin berdiri sendiri dan selalu dikaitkan dan berkaitan dengan latar belakang.
b. Definisi analisis operasional
Filsafat sebagai metode berpikir, salah satu daya jiwa manusia yang paling dapat dipercaya dan yang telah menghasilkan ilmu filsafat adalah piker dan pikiran, tetapi dikenal berbagai jenis dan tingkat pikir.
Filsafat sebagai sistem, sejalan dengan filsafat sebagai metode berpikir, maka filsafat dalam pengertian sistem terdiri atas tiga aspek yang saling berkaitan. Tiga aspek kategori metafisika yang menjawab masalah kosmologi dan ontology ethika yang menjawab persoalan nilai agama atau tingkah laku dan kategori logika yang menjelaskan sumber, alat dan kriteria ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir logis rasional.
Filsafat sebagai aliran dan atau teori, karena variasi teori tentang kategori-kategori sistematika filsafat di atas, menyebabkan tumbuhnya bermacam-macam aliran filsafat seperti idealisme, rasionalisme, realisme, empirisme, pragmatisme, materialisme, dan eksistensialisme.

3. Bahaya mempelajari filsafat
Setelah mempelajari sistem-sistem filsafat kita pada kenyataan terdapatnya sistem nilai ganda. Artinya dikembangkan baik penegah hukum, maupun pelanggar hukum. Dengan kata lain perbedaan antara kedua jenis manusia di atas tidak terletak pada tingkah lakunya, tapi ditentukan oleh kenyataan sudut tinjaunya.
Kemudian bahaya kedua adalah deviasi filosofis memberikan akibat fatal dalam kenyataan tingkah laku manusia baik sebagai individu atau warga negara. Bagi orang idealisme yang absolut seperti Hegel martabat manusia hanya terealisir apabila manusia meluluhkan diri pada sang absolut, yang transcendental, sedang Max (Marx) berpandangan bahwa manusia dapat bergelar manusia selama mereka meluluhkan diri ke dalam organisme negara absolut dan materialistis. Tetapi Dewey menentang semua deminasi apapun, dia berkeyakinan bahwa manusia pada dasarnya bernilai absolut, artinya sangat menjunjung martabat individu.
Bahaya ketiga adalah dengan selesainya mata kuliah filsafat, manusia merasa telah memiliki “jiwa” ilmu filsafat, bahkan mengangkat diriya sebagai filosof. Oleh sebab semakin manusia ahli teori ethika tambah tidak ethis secara filosofis.

B. Ilmu Filsafat Pendidikan
1. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif
Postulat di atas memberikan gambaran bagaimana hubungan antara agama, filsafat dan kebudayaan yang dapat dijadikan atau mendasari pertimbangan dalam merumuskan pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan yang secara umum merupakan pokok-pokok masalah dalam ilmu filsafat pendidikan.
Untuk menjelaskan postulat di atas, dapat dibaca pokok-pokok pikiran di bawah ini :
a. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah atau ukuran tingkah laku perbuatan manusia.
b. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan menanamkan norma perbuatan yang didasarkan pada filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan.
c. Ilmu pengetahuan yang dapat dimasukkan ke dalam ilmu pengetahuan normatif meliputi agama, filsafat dengan segala cabang yaitu metafisika, ethika, esthethika dan logika.

2. Mengapa filsafat pendidikan
Mengapa ilmu filsafat pendidikan harus dipelajari oleh setiap guru/pendidik. Pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bahwa setiap manusia individu harus bertindak secara sadar dan terarah tujuan yang pasti serta atau keputusan batinnya sendiri.
b. Setiap individu harus bertanggung jawab, termasuk tanggung jawab dalam pendidikan yang tinggi rendahnya nilai mutu tanggung jawab tersebut akan banyak ditentukan oleh sistem dasar nilai norma yang melandasinya.
3. Pendekatan-pendekatan filsafat pendidikan
a. Pendekatan tradisional
1) Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga untuk mempelajari filsafat pendidik haruslah memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat.
2) Bahwa kenyataan yang essensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap, kekal dan abadi.
3) Bahwa nilai norma yang benar adalah yang absolut, universal dan obyektif.
b. Pendekatan progresif
1) Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat sosial humanisme ilmiah yang skeptis terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transcendental.
2) Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang esensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.
4. Nilai manfaat filsafat pendidilan
a. Bahwa “unexamined life is not worth while living”, artinya hidup tanpa perenungan adalah suatu kehidupan yang kurang bobot.
b. Bahwa berbuat salah tetapi tahu atau sadar akan kesahannya, lebih baik dari pada berbuat baik tapi tidak tahu letak kebaikannya.

BAB IV
DASAR-DASAR SOSIAL PENDIDIKAN

Dasar-dasar sosial sebagai suatu rumpun masalah pendidikan merupakan bidang studi sosiologi pendidikan. Nama lain untuk cabang ilmu pengetahuan ini adalah hubungan sekolah dengan masyarakat, yang melandaskan diri pada dasar pemikiran bahwa sekolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
A. Hukum Hubungan Sekolah dan Masyarakat
1. Bahwa perubahan lingkungan fisik, sosial, politik, dan ekonomi akan menentukan atau membawa perubahan konsepsi manusia tentang pendidikan.
2. Bahwa perubahan konsepsi manusia tentang kehidupan akan menentukan atau merubah konsepsi manusia tentang pendidikan.
3. Bahwa perubahan dalam konsepsi dan tujuan merupakan akibat, ditentukan oleh atau sebagai suatu usaha perubahan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan dan tujuan hidup manusia.
Dengan demikian pendidikan adalah kegiatan sosial dan lembaga pendidikan merupakan lembaga sosial, sehingga perubahan sosial di luar empat segi tembok gedung sekolah tidak dapat dipisahkan dan selalu merupakan sebab dari perubahan penyesuaian di dalam tembok gedung sekolah. Perubahan di luar tembok gedung sekolah merupakan akibat atau hasil perubahan pengaruh dari perubahan lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan politik maupun perkembangan industri dalam kehidupan ekonomi dalam suatu masyarakat.

B. Beberapa Konsep Pendidikan
1. Pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan menyampaikan pengetahuan, sehingga memungkinkan kita dari generasi yang satu kepada yang berikutnya.
2. Pendidikan adalah proses dimana individu diajar sikap setia dan taat beragama dengan mana pikiran manusia ditata dan dibina.
3. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan di mana individu diberi pertolongan untuk mengembangkan kekuatan, bakat kemampuan dan minatnya.
4. Pendidikan adalah pembangunan kembali pengalaman, sehingga memperkaya arti perbendaharaan pengalaman yang dapat meningkat kemampuan dalam menentukan arah tujuan pengalaman selanjutnya.
5. Pendidikan adalah proses di mana seseorang diberi kesempatan menyesuaikan diri terhadap aspek kehidupan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan modern, untuk mempersiapkan agar berhasil dalam kehidupan orang dewasa.

C. Sumber-sumber Sosial Problema Pendidikan
1. Faktor-faktor sosial dari kemajuan murid
Hasil belajar murid, kemajuan atau kemunduran, ditentukan oleh beberapa faktor sosial, baik yang terdapat dalam sekolah maupun yang di luar sekolah. Faktor kedua adalah keadaan keluarga pelajar, seperti jumlah saudara, tingkat status sosial akademis dan ekonomis dan pola pendidikan serta sikap orang tua terhadap pendidikan. Fktor ketiga adalah kelompok masyarakat yang biasa disebut pergaulan, positif atau negative pengaruh yang diberikan oleh kelompok ini terhadap kemajuan anak di sekolah banyak kaitannya dengan jenis dan jumlah kegiatan yang dilakukan oleh mereka.
2. Faktor sosial dari kemajuan guru
Kemajuan guru ditentukan pula oleh faktor bagaimana kebijaksanaan dan pemberian tuntunan oleh seorang guru serta relasi personalisasi administrative pendidikan dan ini meliputi kelayakan tentang pertumbuhan jabatan guru, apakah didasarkan atas masa kerja atau hasil karya mereka.
3. Faktor sosial dari kemajuan sekolah
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri yaitu tidak ada 2 sekolah yang dapat dikatakan sama, oleh sebab itu lingkungan di mana sekolah didirikan atau berperanan tidak mungkin sama dan tentu bervariasi. Padahal keadaan sosial pada suatu ketika memberikan pengaruh yang penting terhadap apa yang terdapat d dalam kelas dan sekolah.

BAB V
DASAR-DASAR PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN

A. Hukum-hukum Dasar Perkembangan Kejiwaan Manusian
Sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati, anak akan mengalami perubahan karena bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu bersifat jasmaiah maupun kejiwaannya. Proses perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah, yaitu kea rah kemajuan bukan kemunduran. Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Adapun hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan.
1. Bahwa tiap-tiap anak itu memiliki sifat kepribadian yang unik, artinya anak memiliki sifat khas yang dimiliki dirinya sendiri dan tidak dimiliki anak lain.
2. Bahwa tiap-tiap anak itu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Mereka memiliki potensi-potensi yang berbeda dan bervariasi meskipun mereka mempunyai usia kalender yang sama, tetapi kemampuan mentalnya tidak sama.

B. Proses Pendidikan Autoaktifitas
Manusia merupakan makhluk yang aktif, di dalam diri seseorang terdapat kekuatan yang menjadi daya penggerak yang disebut motivasi. Proses pendidikan adalah salah satu aktivitas manusia. Fungsi motivasi dalam proses pendidikan adalah membangkitkan dorongan untuk melakukan aktivitas pendidikan.

C. Pendidikan, Pengajaran, Perubahan Tingkah Laku
Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk kemampuan yang menurut taksonomi Bloom diklasifikasikan dalam 3 domain :
1. Kemampuan kognitif, yang termasuk dalam kemampuan ini adalah mampu mengingat apa yang dipelajari, mampu menangkap makna dari yang dipelajari, mampu menggunakan hal yang sudah dipelajari, mampu merinci hal yang dipelajari supaya struktur, organisasinya dapat dimengerti, mampu mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk kesatuan baru dan mampu menentukan nilai yang dipelajari untuk tujuan tertentu (mengetahuan, memahami, mengetrapkan, mengalisis, mensistesis, mengevaluasi).
2. Kemampuan afektif, yang termasuk dalam kemampuan ini antara lain :
a. Menerima : kesediaan untuk memperhatikan
b. Menanggapi : aktif berpartisipasi
c. Menghargai : penghargaan kepada benda, gejala, perbuatan tertentu
d. Membentuk : memadukan nilai-nilai yang berbeda menjadi nilai yang bersifat konsisten
e. Berpribadi : mempunyai nilai untuk mengendalikan perbuatan.
3. Kemampuan psikomitor, yang termasuk kategori ini adalah kemampuan menyangkut kegiatan otot (fisik) secara singkat dapat dikatakan, bahwa kemampuan psikomotor ini menyangkut kegiatan fisik yang meliputi kegiatn melempar, menekuk, mengangkat, berlari dan sebagainya.

BAB VI
KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP

Pendidikan adalah lembaga dari usaha pembangunan bangsa dan watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat komprehensif, yakni pendidikan kemampuan, mental, piker, kepribadian manusia seutuhnya.
Konsepsi pendidikan seumur hidup (life long education) mulai dimasyarakat melalui kebijakan negara (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978, tantang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsi pembangunan nasional.

A. Pendidikan Manusia Seutuhnya
Teori ilmu jiwa mengajarkan bahwa kepribadian manusia merupakan satu kebulatan antara potensi-potensi lahir bathin bahkan juga jasmani dan penampilannya. Kepribadian manusia ialah suatu perwujudan keseluruhan bagi manusianya yang unik, lahir batih dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya. Pengertian demikian tersirat dalam ungkapan “ia tidak mempunyai kepribadian”. Padahal istilah dan konsepsi kepribadian, hanyalah suatu konsep kejiwaan yang belum diberikan persyarakatan dan predikat apapun.
Membahas pendidikan manusia seutuhnya, sebenarnya adalah menganalisa secara konsepsional (teoritis dan praktis) apa dan bagaimana perwujudan manusia seutuhnya. Konsepsi tradisional, seutuhnya (kebulatan) dimaksud ialah kebulatan atau integrasi antara aspek jasmaniah dengan rohaniah, antara akal dengan keterampilan.

B. Dasar-dasar, Tujuan dan Implikasinya
1. Dasar-dasar
a. Dasar-dasar filosofis
Bahwa sesungguhnya secara filosofis (filsafat manusia) hakekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan kesatuan integral potensi-potensi.
b. Dasar-dasar psikofisis
Dasar-dasra psikofisi adalah dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi merupakan kesatuan antara beberapa potensi-potensi.
c. Dasar-dasar sosio budaya
Segi-segi sosio budaya bangsa ini mencakup :
(1) Tata, nilai warisan budaya bangsa yang menjadi filsafat hidup rakyatnya seperti nilai ketuhanan, kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong royong, teposeliro.
(2) Nilai-nilai filsafat negaranya yaitu Pancasila
(3) Nilai-nilai budaya dan tradisinya seperti bahasa nasional, adat-istiadat, unsure-unsur seni.
(4) Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik formal ataupun non formal.
2. Tujuan
a. Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakekatnya yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
b. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidkan wajar berlangsung selama hidup.
3. Implikasi
a. Pengertian implikasi
Ialah akibat langsung atau konsekwensi dari suatu keputusan, jadi sesuatu yang merupakan tindak lanjut dari suatu kebijakan atau keputusan.
b. Segi-segi implikasi dari konsepsi pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup.
1) Manusia seutuhnya sebagai obyek didik atau sasaran didik
2) Proses berlangsungnya pendidikan, yakni seumur hidup manusia
c. Isi yang didirikan :
1) Mengembangkan potensi jasmani dan panca indra
2) Mengembangkan potensi fakir (rasional)
3) Mengembangkan potensi perasaan
4) Penyaluran potensi karsa (kemauan keras) dengan sikap raji belajar
5) Mengembangkan potensi cipta dengan menghidupkan daya kreasi/imajinasi
6) Mengembangkan potensi karya
7) Mengembangkan budi nurani
Dengan mengembangkan ketujuh potensi itu dengan sikap hidup dan isi pendidikan yang secara mendasar, maka pendidikan manusia seutuhnya itu secara teoritis konseptual telah memadai, sekolah dan masyarakat bahkan tanggung jawab individu manusia Indonesia.

BAB VII
FUNGSI SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA SOSIAL

A. Pranata Sosial dalam Masyarakat
Di dalam setiap masyarakat baik sederhana maupun kompleks, terbelakang maupun maju, padanya pasti terdapat pranata-pranata sosial (social institution). Dalam hubungan ini, paling tidak mesti terdapt 5 macam pranata sosial, yaitu :
(1) Pranata pendidikan
(2) Pranata Ekonomi
(3) Pranata Politik
(4) Pranata Teknologi dan
(5) Pranata Moral atau ethika

B. Sekolah sebagai Pusat Pendidikan Formal
Sekolah lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi dan efektifitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat, artinya sekolah merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. sekolah merupakan lembaga sosial, formal yang terikat kepada tata aturan formal berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas serta memiliki struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengelolaan yang pasti dan murni.

C. Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Hubungan antara sekolah dan masyarakat, paling tidak bisa dilihat di dua segi, yaitu :
(1) Sekolah sebagai partner dari masyarakat dalam melaksanakan fungsi pendidikan
(2) Sekolah sebagai produser yang melayani peranan-peranan pendidikan dari masyarakat
Dilihat dari sudut pandang pertama, berarti kedua-duanya dilihat sehingga pusat pendidikan yang potensial. Kemudian apabila dilihat dari sudut pandang kedua, yaitu sekolah sebagai produser disatu pihak dengan masyarakat sehingga pemesan (konsumen) dipihak lain, berarti keduanya memiliki ikatan hubungan rasional berdasarkan kebutuhan dikedua belah pihak.

BAB VIII
MASYARAKAT SEBAGAI SALAH SATU LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Masyarakat mempunyai pengaruhnya yang besar terhadap berlangsungnya segala kegiatan yang menyangkut masalah pendidikan. Dilihat dari materi yang diharap, baik pendidikan yang bersifat informal maupun non formal berisikan generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bahan yang diberikan harus disesuaikan dengan keadaan dan tuntutan masyarakat. Ada beberapa hal yang erat hubungannya dengan pendidikan di antaranya.

A. Nilai-nilai Sosio Budaya Bangsa
Pendidikan tidak akan lepas dari nilai-nilai kebudayaan yang dijunjung oleh semua lapisan masyarakat bangsa itu. Nilai-nilai itu senantiasa berkembang yang harus diikuti oleh pendidikan agar tidak ketinggalan zaman. Perubahan itu biasanya menunjukkan berbagai kemajuan dalam kehidupan masyarakat yang menyangkut masalah sosial ekonomi, politik dan kebudayaan.

B. Kesadaran Aspirasi Pandangan Hidup dan Cita-cita Nasional
Pandangan hidup dapat diartikan sebagai pedoman kearah mana kita kerjakan. Tanpa adanya pandangan hidup bangsa akan mudah terpengaruhi oleh bermacam-macam tantangan yang dihadapi, sebagaimana sebuah kapal yang berlayar di tengah lautan dengan gelombang yang dahsyat sedang isinya hanya para pengungsi yang sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang pelayaran.
Di samping pandangan hidup seperti yang telah diuraikan di atas, masalah berikutnya yang penting adalah cita-cita nasional. Kehidupan mesti dibarengi dengan adanya cita-cita yang hendak dicapai cita-cita dapat menimbulkan gairah untuk berjalan dalam menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan tenaga dan pikiran.

C. Dinameka Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Ekonomi
Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan perkembangan teknologi, dan perkembangan teknologi menyebabkan perkembangan di bidang ekonomi. Berkat pemberian Tuhan kepada manusia yang berupa akal dan pikiran manusia terus maju tanpa hentinya. Kegiatan manusia untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah perintah Tuhan dan bahkan Tuhan menyatakan bahwa orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya disbanding dengan orang yang tidak berilmu.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dikembangkan pula berbagai metode mengajar yang sesuai lebih efektif dan efisien. Materi pelajaran pun dikembangkan karena telah banyak perubahan yang terjadi dan ditemukan yang lebih mendalam sebagai akibat diperkembangan teknologi, sebagai contoh, berkat hasil penelitian bulan, penyakit, planet-planet, maka berkembanglah materi pelajaran yang berhubungan dengan hal-hal di atas.
Ilmu pendidikan sendiri telah banyak mendapatkan manfaat dari hasil perkembangan teknologi dengan dimanfaatkannya alat-alat Bantu dalam proses belajar mengajar. Penemuan tentang audio visual aid (AVA) telah banyak membantu guru dalam memberikan pengalaman belajar pada anak didik.

BAB IX
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA SEKOLAH DAN MASYARAKAT

A. Pengaruh Sekolah terhadap Masyarakat
Pengaruh sekolah terhadap masyarakat tergantung kepada luas tidaknya produk serta kualitas dari produk sekolah itu sendiri. Semakin luas sebaran produk sekolah, lebih-lebih bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang memadai, tentu produk pesekolahan tersebut membawa pengaruh positif dan berarti bagi perkembangan masyarakat.
Berikut ini akan dikemukakan empat macam pengaruh yang bisa dimainkan oleh pendidikan terhadap perkembangan masyarakat. Keempat pengaruh tersebut adalah :
(1) Menderdaskan kehidupan masyarakat
(2) Membawa virus pembaruan bagi perkembangan masyarakat
(3) Melahirkan warga masyarakat yang siap dan dibekali bagi kepentingan karya
(4) Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat
Pengaruh Pertama
Tingkat kecerdasan masyarakat, dapat dikembangkan melalui program pendidikan. Baca-tulis hitung dan juga pengetahuan umum merupakan pengetahuan dasar dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat. Tingkatan kecerdasan warga masyarakat sangat menentukan ketetapan dan kecepatan penyelesaian atau menanggulangi aneka ragam masalah dan tantagan kehidupan yang dihadapinya.
Pengaruh Kedua
Pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak, dan masalah-masalah kehidupan yang tidak ada henti-hentinya di lain pihak, kedua kenyataan tersebut memotori lahrnya pemikiran-pemikiran dan praktek-praktek baru yang inovatif. Program pendidikan disamping menjamin upaya peningkatan kecerdasan, juga mengupayakan transformasi dari pengetahuan, pemikiran dan praktek-praktek baru. Isi atau arah program pendidikan bisa disebut sebagai transformasi virus-virus pembaharuan yang pada akhirnya berfungsi dan menjalar di tengah-tengah masyarakat.
Pengaruh Ketiga
Seseorang memerlukan kesiapan tertentu yang diperlukan lapangan kerja. Fungsi penyiapan bagi kepentingan dunia kerja, dalam kenyataannya tak terlepas dari perhatian lembaga pendidikan sekolah. Berfungsinya lembaga pendidikan formal di dalam memberikan bekal-bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang relevan lagi dunia kerja, hal tersebut secara langsung terhadap lapangan kerja di masyarakat.
Pengaruh Keempat
Sikap-sikap positif dan konstruktif yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat memang tanggung jawab dari pada lembaga pendidikan. orientasi tesebut senantiasa menjadi perhatian lembaga pendidikan formal.

B. Pengaruh Masyarahat terhadap Sekolah
Identitas yang dimiliki dari dinameka suatu masyarakat, secara langsung akan berpengaruh terhadap tujuan, orientasi dan proses pendidikan di sekolah. Pengaruh masyarakat terhadap :
(1) Orientasi dan tujuan pendidikan, indentitas suatu masyarakat dan dinamikanya, senantiasa membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan pendidikan, karena program pendidikan di persekolahan harus dibawa yang biasanya tercermin dalam kurikulum dalam kenyataannya selalu terjadi perubahan-perubahan dalam suatu jangka waktu tertentu. Munculnya orientasi dan tujuan baru yang berkembang dalam masyarakat, hal tersebut bergema di sekolah baik di lihat dari kacamata makro maupun mikro.
(2) Proses pendidikan di sekolah, bagaimana berlangsungnya proses pendidikan di sekolah juga tidak terlepas dari pengaruh masyarakat yaitu pengaruh sosial budaya dan partisipasinya. Pengaruh sosial budaya yang dimaksud biasanya tercermin dalam proses belajar mengajar baik yang menyangkut pada aktivitas pendidik maupun anak didik di dalam proses pendidikan. Katakanlah sekarang dikembangkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), implementasinya akan banyak diwarnai oleh nilai sosial budaya. Nilai sosial budaya yang mempribadi bisa jadi menghambat atau mendukung terhadap proses pendidikan. oleh karena itu usaha-usaha pembaharuan terhadap proses pendidikan di sekolah mau tidak mau mesti mempertimbangkan pula pengaruh sosial budaya dari masyarakat lingkungannya.

BAB X
PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pembaharuan Pendidikan
1. Pandangan terhadap pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan sejajar dengan usia manusia sendiri. Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Sejak kelahirannya manusia memiliki potensi dasar yang universal, berupa :
(1) Kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan buruk (moral identity)
(2) Kemampuan dam kebebasan memperkembangkan diri sesuai dengan cita-citanya (individual identity)
(3) Kemampuan untuk berhubungan dan kerja sama dengan orang lain (social identity)
Tanpa pendidikan anak tidak akan menjadi “manusia” dalam arti yang sesungguhnya. Dengan upaya pendidikan potensi dasar universal anak akan tumbuh dan membentuk diri anak yang unik. Sesuai dengan pembawaan, lingkungan budaya, dan zamannya. Tujuan pendidikan diabdikan untuk kebahagiaan individu, keselamatan masyarakat, dan kepentingan negara.
Pada waktu akhir-akhir ini pemerintah kita dan negara-negara anggota perhimpunan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) telah bangkit dan menyadari, bahwa pembangunan bangsa di bidang yang lain, industri, pertanian, perdagangan, politik, pertahanan, semua tergantung pada tenaga manusia yang terampil yang dapat dikembangkan dengan pendidikan yang tepat pada waktunya.

2. Pertambahan penduduk
Penduduk dunia berkembang dengan cepat. Penduduk dunia pada tahun 1985 akan berjumlah dua kali lipat penduduk dunia tahun 1970. besarnya perubahan itu bervariasi dari setiap tempat. Namun rata-rata mencapai 30 persen. Perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan landasan jumlah anak usia sekolah dan peningkatan kebutuhan dasar serta sumber-sumber pendidikan. Pertumbuhan penduduk yang cepat berarti pula memerlukan pertambahan jumlah sekolah dan kebutuhan untuk penyelenggaraan pendidikan lainnya.
Pertambahan penduduk yang cepat menimbulkan akibat yang luas terhadap segala segi kehidupan masyarakat termasuk dalam segi pendidikan. Masalah-masalah pendidikan dapat dibedakan sebagai masalah kekurangan kesempatan belajar, rendahnya mutu pendidikan, ketidaksesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan masalah efisiensi serta efektifitas pelaksanaan pendidikan.
Cara pemecahan masalah pendidikan biasa dilakukan, misalnya dengan menambah jumlah sekolah, meningkatkan fasilitas yang diperlukan untuk mempertinggi mutu pendidikan yang dilakukan, mengutamakan pendidikan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, pelayanan administrasi dan supervise pendidikan.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan
Tanggapan yang biasa dilakukan dalam kependidikan terhadap perkembangan ilmu ialah dengan memasukkan penemuan dan teori baru ke dalam kurikulum sekolah, kebiasaan memasukkan penemuan dan teori baru ke dalam kurikulum sekolah juga menyebabkan adanya kurikulum yang sarat dengan masalah-masalah baru.
Implikasi dari fungsi sekolah seperti tersebut dahulu, maka sekolah tidak harus memasukkan penemuan dan teori-teori baru dalam kehidupan yang kompleks ini ke dalam kurikulumnya, melainkan harus mengajak siswa-siswi bagaimana belajar dan memecahkan masalah dalam kehidupan mereka.
4. Tuntutan adanya proses pendidikan yang relevan
Adanya proses pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi sangat diperlukan mengingat akan keterbatasan dana pendidikan.

B. Tujuan Pembaharuan Pendidikan
Kehidupan manusia selalu mengalami perubahan dan kebutuhan meningkat sesuai engan perkembangannya. Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan faktor dominant terhadap kemampuannya untuk menanggapi masalah kehidupan sehari-hari. Setiap masalah pendidikan berkaitan erat dengan segi kehidupan yang lain. Masalahnya setiap bersifat kompleks, sesuai dengan kehidupan masyarakat. Seberapa besar keterikatan suatu masalah pendidikan dengan masalah ekonomi atau masalah sosial lain. Secara sederhana masalah pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu :
(1) Masalah pemerataan
(2) Masalah mutu
(3) Masalah efektivitas dan relevansi dan
(4) Masalah efisiensi

C. Masalah-masalah sebagai Dinamika Hidup
Sirkulasi perubahan sosial yang merupakan lingkaran masalah, usaha pemenuhan masalah baru dan usaha baru, ini harus diterima sebab sesuai dengan dinamika kehidupan manusia. Reaksi berantai dalam masyarakat yang berupa strukturasi destruktrurasi-restrukturasi kembali dan seterusnya, akan berulang kembali dan memerlukan keikutsertaan manusia secara bertanggung jawab untuk membimbing dan menyelaraskannya dengan tujuan hidup yang tepat.

BAB XI
HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN PEMBANGUNAN

A. Titik Temu Pendidikan dan Pembangunan
Imanuel Kant menyatakan, bahwa menjadi manusia karena pendidikan. karena pendidikan selalu berupaya membawa tugas suci dan mulia bagi manusia dan kemanusiaan. Dalam khazanah ilmu pendidikan disebutkan, bahwa tegas mulia pendidikan terletak pada upaya mengembangkan aspek-aspek pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah. Dengan demikian hakikat pendidikan adalah upaya memasiakan manusia dan membudayakan manusia, sehingga mampu mencipta, berkarya, membudi dan membaik bagi kehidupan ekosferisnya (kebulatan diri dan lingkungannya).
Sedangkan istilah pembangunan sering diartikan pembangunan ekonomi dan industrialisasi karena sebagian besar negara-negara di dunia memusatkan diri pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi yang dianggap sebagai kuda pacuan yang dapat diandalkan lari secepatnya dalam mencapai ekonomi itu sendiri. Tetapi pembangunan itu sendiri adalah upaya dari suatu masyarakat, bangsa atau negara dalam menyesuaikan diri terhadap tantangan dan kebutuhan yang dihadapinya.
Essensi sebuah usaha pembangunan tidak terletak pada terwujudnya industrialisasi dan layunya pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional atau regional. Tetapi pada teratasinya masalah dan terpenuhnya hajat hidup baik biologis maupun rohaniah masyarakat. Ini berarti, bahwa usaha pembangunan bertitik pangkal pada kepentingan manusia. Karena itu hasil akhirnya pun diukur berdasarkan kebaikan perbaikan mutu hidup manusianya.

B. Sumbangan Pendidikan terhadap Pembangunan
Kemampuan jasmaniah dan rohaniah manusia dibenuk oleh pendidikan dengan pemberian pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap-sikap tertentu. Dengan demikian pendidikan dalam maknany yang luas senantiasa menstimulir dan menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan umat manusia. Stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan terhadap usaha pembangunan jelas diperlukan dan diharapkan. Banyak contoh konkrit seperti di negara bagian Carribes Amerika Serikat bahwa stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan memberikan hasil yang memuaskan di dalam menghadapi persoalan-persoalan hajat hidup masyarakat.
Dalam hubungannya di bidang politik, usaha pendidikan berfungsi mempersiapkan rakyat menjadi bagian politik, sehingga menyadari hak dan kewajibannya masing-masing dalam kehidupan demokrasi. Di pandang dari sudut sosial budaya, pendidikan dapat diharapkan bantuannya untuk membimbing rakyat. Mengasuh rakyat dan memberikan bantuan pada rakyat, agar lebih sempurna dan kaya secara rohaniah. Makato Aso dan Ikuo Amono menjelaskan, bahwa pembaharuan menyeluruh di Jepang adalah purna investasi pendidikan.

C. Pendidikan yang Relevan dengan Pembangunan
Pendidikan yang relevan dengan pembangunan, berarti mempunyai tingkat keterhubungan yang tinggi antara bekal pendidikan yang diberikan pada seseorang, masyarakat atau bangsa. Ini berarti, bahwa pendidikan yang relevan dengan pembangunan dituntut untuk mengabdi pada kepentingan nasional, regional, lokal sampai pada kelompok kecil berupa keluarga.
Dunia modern sekarang mengalami perubahan dan perkembangan yang cepat. Perubahan dan perkembangan yang cepat tersebut memerlukan penyesuaian pengetahuan, keterampilan dari seseorang yang menghadapi tantangan dan hajat hidup baru.
Uraian di atas mempertegas orientasi yang perlu dijadikan titik tolak ukur mengembangkan pendidikan yang relevan dengan pembangunan. Karena pendidikan dituntut untuk lari cepat, sehingga memungkinkan seseorang atau masyarakat menyesuaikan diri secara berhasil di dalam perubahan dan perkembangan dunia kini serta yang akan datang.