MAKALAH PSIKOLOGI KLINIK ANAK EVALUASI DENTAL ANXIETY PADA PASIEN ANAK-ANAK

MAKALAH PSIKOLOGI KLINIK ANAK EVALUASI DENTAL ANXIETY PADA PASIEN ANAK-ANAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

PENDAHULUAN

Prevalensi dari kecemasan dan phobia (ketakutan) terhadap treatment kedokteran gigi besar. Survei dari The United Kingdom Adult Dental Anxiety tahun 1998 mengindikasikan bahwa 64 % orang dewasa teridentifikasi menjadi gelisah ketika akan melaksanakan treatment gigi. Kecemasan pasien dalam treatment gigi mempunyai pengaruh yang besar terhadap praktisi dental yang menangani pasien tersebut. Melakukan perawatan pada pasien yang cemas terutama pasien anak-anak dapat menjadi sumber utama stress pada para dokter gigi dalam lingkungan kerjanya sehari-hari.
Kecemasan pasien terhadapa perawatan gigi merupakan suatu hal yang multifaktorial dan mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Faktor-faktor yang mungkin bisa menyebabkan kecemasan atau ketakutan anak-anak terhadap treatment gigi adalah trauma yang dialami saat treatment gigi, perilaku keluarga, teman dan teman sebaya, pengaruh media dan sebagainya.
Penting untuk memahami dan mengevaluasi komponen individual dari kecemasan dalam treatment gigi karena ini akan membantu untuk meningkatkan perhatian dari para praktisi dental dalam mengelola perilaku dan melakukan tindakan medis kepada pasien yang mengalami dental anxiety.

EVALUASI DENTAL ANXIETY PADA ANAK-ANAK

Ketakutan dan kecemasan sebagai sebuah fenomena yang normal
Ketakutan diakui sebagai sebuah emosi, respon melawan terhadap sebuah bahaya dan manifestasi dari perasaan yang tidak menyenangkan atau kecemasan , dan antisipasi terhadap adanya sebuah bahaya. Ketakutan terhadap treatment gigi ditemukan pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Namun, penanganan pada anak-anak dental anxiey dan phobia lebih kompleks dibanding remaja dan orang dewasa.Kecemasan dan ketakutan yang berkepanjangan dari semasa kecil hingga dewasa bisa menyebabkan “phobia” atau persistensi dan ketakutan yang berlebih terhadap sebuah objek, aktivitas atau situasi. Phobia dapat menyebabkan penderitaan, pada pasien dan sulit untuk merubah pasien dental phobia ini. Perlu adanya intervensi psikologik dan terapeutik. Penanganan pasien dental phobia lebih sulit dibandingkan pasien dental anxiety.
Penting untuk membedakan antara phobia dengan anxiety (cemas).Anxiety adalah sebuah keadaan umum dari perasaan yang non spesifik, emosi yang ditimbulkan dari suatu keadaaan yang tidak menyenangkan, sinyal kepada tubuh untuk menyiapkan tubuh dari keadaan yang tidak menyenangkan. Respon fisiologi yang sering menyertai pasien dental anxiety adalah meningkatnya detak jantung, perubahan rata-rata respirasi, berkeringat, gemetar, kelelahan, dan kelemahan. Respon psikologi yang timbul adalah perasaan bahwa akan ada bahaya yang datang, ketidakberdayaan, dan ketegangan.
Phobia adalah sebuah bentuk rasa ketakutan yang berlebih yang mana irasional , tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bersifat menetap dalam jangka waktu tertentu, dan tidak mempunyai spesifitas umur.
1. Evaluasi etiologi dari dental anxiety pada anak-anak
Faktor-faktor etiologi yang berhubungan dengan perkembangan dengan dental anxiety terdiri dari perkembangan psikologis, jenis kelamin,pengalaman trauma gigi, pengaruh keluarga dan teman sebaya, dan faktor perawatan gigi yang diberikan.
a. Perkembangan kecemasan umum dan psikologi
Dental anxiety adalah sebuah fungsi kepribadian yang berhubungan dengan perasaan ketidakberdayaan. Oleh karena penting, untuk mempertimbangkan usia dan tingkat perkembangan psikologis anak ketika menilai kemampuan mereka untuk mengatasi stress terhadap suatu situasi.
Seiring dengan kematangan anak-anak, maka akan terjadi pula perubahan tingkat ketakutan anak. Pada saat bayi, mungkin rasa takut muncul sebagai reaksi cepat terhadap suara keras. Hal ini berkaitan dengan treatment gigi, dimana anak mendengar suara keras itu pada prosedur operasi gigi.
Sejak dini, anak-anak harus dibiasakan untuk berada di tempat yang gelap, tinggal sendiri, mengenalkannya pada orang asing, objek, maupun situasi tertentu. Hal tersebut akan membantu mengurangi rasa cemas dan ketakutan anak-anak terhadap situasi yang biasanya ada dalam ruangan dokter gigi. Anak-anak akan merasa familiar dengan dental situation.
b. Gender
Ada berbagai macam laporan dan pendapat mengenai pengaruh dari jenis kelamin (gender) pada etiologi dental anxiety. Pasien wanita baik anak-anak maupun dewasa mempunyai skor dental anxiety lebih tinggi dan mempunyai ketakutan yang lebih besar terhadap treatment gigi dibandingkan pasien laki-laki. Ada banyak perdebatan mengenai apakah hal ini disebabkan :
• Pria yang kurang mau mengakui kecemasan mereka
• Wanita merasa lebih rentan
• Perempuan menjadi lebih terbuka tentang kecemasan mereka.
c. Pengalaman trauma gigi
Pengalaman negatif dalam treatment gigi sering menjadi faktor etiologi utama dalam perkembangan dental anxiety pada anak-anak dengan pengalaman negatif langsung berupa nyeri, peristiwa menakutkan, dan pengalaman memalukan yang menyebabkan dental anxiety.
Pengalaman trauma saat treatment gigi dapat juga menjadi hubungan yang signifikan terhadap perilaku dental yang negatif dan akan menjadi faktor penting perkembangan dental anxiety pada anak-anak.
d. Pengaruh keluarga dan teman sebaya
Pengaruh di luar kontrol seorang dokter gigi sering terjadi dan banyak mempengaruhi dental anxiety pada anak-anak. Komunikasi dan informasi yang salah, percakapan dan saran negatif tentang treatment gigi dapat menimbulkan ketakutan pada anak-anak dan pengalaman tidak menyenangkan dalam treatment gigi yang diceritakan oleh keluarga dan teman sebaya dari si anak bisa menyebabkan dental anxiety.
e. Faktor treatment gigi yang diberikan oleh praktisi dental
Faktor treatment gigi yang diberikan oleh para praktisi gigi merupakan hal yang paling sering menyebabkan dental anxiety pada anak-anak. Dental anxiety pada anak-anak disebabkan oleh penggunaan jarum suntik dan bor gigi. Faktor lain mungkin sikap dari dokter maupun perawat gigi. Sikap dari dokter gigi sangat mempengaruhi dental anxiety anak-anak. Penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan anak-anak kepada dokter gigi akan mengakibatkan anak-anak tidak mempercayai dokter gigi lagi. Misalnya, dokter gigi mengatakan kalau gigi pencabutan gigi itu tidak terasa sakit padahal si anak merasa sakit setelah dicabut giginya. Si anak menjadi tidak percaya lagi kepada dokter gigi dan timbullah dental anxiety sewaktu mereka akan melakukan dental treatmen. (Chapman, 1999)

Model dental fear pada anak-anak oleh Chapman (1999). Diambi dari Chapman dan
Kirby-Turner (1999).dicuplik dengan izin dari Wiley-Blackwell.

2. Pengukuran Dental Anxiety
Dalam pendidikan kedokteran gigi, ilmu pengetahuan mengenai perilaku menjadi komponen yang penting. Komponen ini berguna dalam kaitannya dengan aplikasi metode psikologik untuk mempelajari dan mengukur perilaku dan sikap dalam treatment gigi khusunya perilaku dental anxiety. Ada cara dan pendekatan untuk mengukur denta anxiety. Contohnya, observasi (pengamatan) terhadap perilaku, skala analog visual, tingkat dental anxiety yang ditetapkan oleh dokter gigi, dan kuesioner yang diisi pasien untuk melihat perkembangan dental anxiety-nya. Pengukuran dental anxiety yang paling populer adalah dengan menggunakan kuesioner dan skala.

Skala anxiety pada anak-anak

Skala senyum wajah- Anak-anak diberikan instruksi untuk melingkari gambaran wajah mereka sesuai apa yan sedang mereka rasakan saat treatment gigi dilakukan.

KESIMPULAN
Dental anxiety pada anak-anak memiliki multifaktorial etiologi yang terdiri dari usia dan perkembangan psikologis,jenis kelamin pasien, trauma gigi dan medis,pengalaman, pengaruh keluarga dan kelompok teman sebaya. Anak-anak memiliki perilaku dan sikap sendiri ketika dihadapkan pada
situasi treatment gigi. Keadaan sosial dan dinamika keluarga juga akan mempengaruhi perilaku dental anxiety anak-anak. Penting untuk para professional dental untuk memperhatikan multifaktorial etiologi sehingga bisa melakukan manajemen perilaku pada seting dental.

DAFTAR PUSTAKA

Bankole O.O.; Denloye O.O.; Aderinokun G.A.; Jeboda S.O., 2002, The Relationship of Childrens Predicted Behaviour to Their Observed Behaviour During Dental Procedures, African Journal of Biomedical Research. 5 : 109 – 113.

Spectrum of anxiety management,
http://media.wiley.com/product_data/excerpt/92/14051806/1405180692.pdf diunduh 07/04/2012

Armfield, J.M.; Spencer,A.J.; Stewart, J.F., 2006, Dental fear in Australia: who’s afraid of the dentist, Australian Dental Journal.51: (1) :78-85.