KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada Rasulullah SAW serta sahabat dan keluarga beliau sekalian dengan segala kebaikan Beliau yang telah membawa kita dari Alam Jahiliyah kepada Alam Islamiayh dan dari Alam yang penuh Kebiadaban kepada Alam yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan. Dalam makalah ini yang berjudul “Perencanaan Proses Pembelajaran Yang Efektif ” yang ditulis dengan segenap kemampuan yang terbatas dan sederhana mungkin.
Terima kasih yang tidak terhingga kepada Dosen Pembimbing dan seluruh pihak yang telah ikut berpatisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Dengan selesainya penyusunan makalah ini, saya berharap agar makalah ini dapat dikritik yang membangun dan hasilnya dapat bermanfaat bagi saya dan orang lain.
Banda Aceh, 29 Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Pengertian Perencanaan Proses Pembelajaran yang Efektif 6
2.2 Teori-Teori Perencanaan Proses Pembelajaran yang Efektif 8
2.3 Beberapa Hal Yang Perlu DIperhatikan dalam Perencanaan Program Pengajaran Yang Efektif 13
2.4 Menyusun Skenario Perencanaan Pembelajaran 14
2.5 Metode Perencanaan Proses Pembelajaran Yang Efektif 18
2.6 Manfaat Adanya Perencanaan Proses Pembelajaran Yang Efektif 26
BAB III PENUTUP 29
A. Kesimpulan 29
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
Makalah :
PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN
YANG EFEKTIF
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
T. MURHADI
NIM. 1009200050102
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor yang amat penting dan strategis bagi siapa saja. Pemerintah, keluarga dan individu dalam kapasitasnya masing-masing selalu memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan. Untuk itu perencanaan pendidikan harus betul-betul menyerap dan mengakomodasikan aspirasi pendidikan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai totalitas dari kelompok-kelompok individu maupun keluarga.
Peran seorang guru sangat penting dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu memotivasi siswa dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, karena inti suatu pembelajaran terletak pada interaksi guru dengan siswa. Dimana guru melakukan kegiatan mengajar sedang siswa melakukan kegiatan belajar. Sehingga interaksi guru dengan siswa disebut juga proses belajar mengajar. Oleh karena itu, adalah Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi para siswa.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, salah satu diantaranya adalah proses perencanaan dalam pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik, di pengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Berikut akan dikemukakan pendapat Banghart dan Albert Trull (Educational planning,1983) dalam Harjanto (Perencanaan pengajaran,1997 hal 3), mereka tidak memberikan batasan perencanaan pengajaran secara ekslusif, melainkan mengatakan bahwa dalam rangka mengerti makna perencanaan pengajaran dapat dilihat dari 3 dimensi, yakni karakteristik, perencanaan pengajaran, berusaha menggambarkan sifat-sifat aktivitas perencanaan pengajaran.
Banyak Ungkapan yang sering dilontarkan melalui berbagai pertemuan atau media massa tentang rendahnya kualitas pendidikan kita dewasa ini, bukan saja kualitas pendidikan sebagai dampak langsung yang dilihat melalui hasil belajar siswa, tetapi sampai pada dampak pengiring pun dianggap kurang berhasil dibentuk melalui bebagai aksi yang dilakukan siswa bahkan mahasiswa yang tidak sesuai dengan martabat bangsa. Indikasi ketidakberhasilan ini jika dilihat dari aspek pembelajaran salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya perhatian guru atau dosen dalam merencanakan kegiatan pembelajaran.
Itulah sebabnya di Lembaga Pendidikan diupayakan satu mata kuliah Perencanaan pembelajaran atau esain Instruksional yang diikuti oleh mahasiswa semester empat dan lima. Di universitas lain perencanaan pembelajaran diberikan kepada dosen dalam bentuk Penataran Pendidikan Keterampilan Instruksional yang salah satu materinya adalah Perencanaan pembelajaran.
Banyak siswa dan mahasiswa mereasa frustrasi dengan hasil belajar mereka. Mereka merasa sudah belajar dengan baik tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan. Apanya yang salah? Banyak faktor yang mungkin menjadi penyebabnya. Salah satunya adalah karena mereka tidak merencanakan belajarnya dengan baik. Tanpa perencanaan yang baik, apapun yang Anda lakukan mungkin tidak akan memberikan hasil seperti yang semula Anda inginkan. Dalam bahasa Inggris ada pepatah yang berbunyi ‘Failing to plan is planning to fail’ (Gagal dalam membuat perencanaan yang baik sama dengan merencanaka suatu kegagalan). Tentunya tidak ada orang yang meencanakan kegagalan, bukan?
Sebelum mengetahui makna dari pencanaan pembelajaran, tentu kita harus mengetahui dulu apa itu perencanaan.Ada beberapa pendapat menurut para ahli, diantaranya:
Herbert Simon- (1996)
Perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan.
Gordon Rowland- (1993)
Perencanan bukan hanya membantu untuk mencipkan solusi tapi juga membantu untuk lebih memahami permasalahan itu sendiri,
jadi sebuah usulan lebih diutamakan dibanding informasi awal. Proses perencaan menggiring kita untuk berfikir kembali atau merangkai masalah kembali.
See Sabon- (1987)
Perencanaan membantu kita melihat masalah dalam pemikiran yang baru, pandangan yang berbeda dari yang lain, dan lebih baik dalam memahami masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana.
Cristoper Clark- (1995)
Baginya guru adalah perencana, jadi guru yang profesional, aktif, siap untuk memberikan pembelajaran dan dengan cara penyampaian yang unik adalah guru yang punya perencanaan baik.
Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil dari pendapat para ahli diatas adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses pemecahan masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berikut definisi tentang perencanaan pembelajaran:
Branch- (2002)
Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliable.
Ritchy-
Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok.
Smith & Ragan-(1993)
Proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran.(1999) Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan evaluasi.
Zook- (2000)
Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar)
Definisi lain mengenai Perencanaan Pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan.
Philip Commbs
Mengatakan dalam arti yang luas, perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efesien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.
1.2 Permasalah
Banyak permasalahan yang didapati ketika pembelajaran dilaksanakan itu dikarenakan kurangnya ada perencanaan yang dilakukan untuk memperoleh pembaljaran yang efektif jadi permasalahannya adalah sebagai berikut :
a) Kurangnya pengaturan waktu dalam melakukan pembelajaran, karena tidak ada perencanaan sebelumnya.
b) Kurang disiplinnya dalam pembelajaran karena sebelumnya tidak adanya perencanaan yang dilakukan.
c) Kurang tersedianya waktu untuk belajar karena tidak ada perencanaan yang dilakukan.
d) Tidak adanya perencanaan dalam melakukan proses pembelajaran baik itu siswa maupun guru sehingga tidak di temukannya pembelajaran yang begitu efektif di dalam kelas.
Jadi dari adanya permasalahan-permasalah diatas maka penulis mengambil sebuah judul pada makalah ini yaitu Perencanaan Proses Pembelajaran Yang Efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perencanaan Proses Pembelajaran yang efektif
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari ( Bari Djamarah, 1994: 21). Menurut James O. Wittaker belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. sedangkan menurut Cronbach belajar yang efektif adalah melalui penglaman. Dan menurut Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan (Dalyono, 2006: 104). Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan 2 unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pengertian prestasi dan belajar tersebut maka dapat diambil kesimpulan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan. Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu :
a) Aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan eterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
b) Aspek efektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran.
c) Aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. (Daradjat, 1995: 197) Prestasi belajar siswa yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar disekolah dapat dilihat dan diketahui dari nilai hasil ujian semester, yang kemudian dituangkan dalam daftar nilai raport.
Nilai tersebut merupakan nilai yang dapat dijadikan acuan berhasil tidaknya siswa belajar serta dijadikan acuan berhasil tidaknya proses belajar mengajar di kelas. Penilaian prestasi siswa yang dicantumkan dalam rapot, bisa berbentuk anka jiga berbentuk huruf. Prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang telah dipelajarinya, akan tetapi juga keberhasilan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan di tempat dia belajar.
Dalam Proses belajar mengajar perencanaan yang sistematis sangat diperlukan agar terjadi suatu proses belajar yang optimal sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Namun pada kenyataan, banyak guru tidak memandang proses perencanaan sebagai suatu sistem yang integral melainkan berorientasi pada penyampaian materi (mengajarkan suatu materi tanpa merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin di capai) akibatnya sukar untuk menentukan metode dan pendekatan apa yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
Beberapa pendapat tentang perencanaan pengajaran yang berkaitan tugas guru: Menurut Hamzah (2006:2) Perencanaan Pengajaran adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan berjalan dengan baik disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perencanaan Pengajaran adalah langkah awal dari suatu manajemen pengajaran yang berisi kebijakan strategi tentang pelaksanaan pengajaran yang akan dilakukan dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan (tujuan, metode, bahan, teknik media, alat evaluasi dan penjadualan setiap langkah kegiatan). Philip Commbs mengatakan dalam arti yang luas, perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.
2.2 Teori-Teori Perencanaan Proses Pembelajaran yang Efektif
Dalam pembelajaran guru perlu memahami kondisi siswa, karena mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan murid. Sehingga guru dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi siswa. Agar seorang pendidik dapat memberikan perlakuan mendidik yang diharapkan, digunakan beberapa prinsip dalam pengajaran. Prinsip pengajaran yang diberikan, biasanya mengacu pada teori-teori belajar atau konsep psikologi tertentu.
Dalam uraian ini, akan memuat beberapa aliran psikologi saja dalam hubungannya dengan teori belajar, yaitu :
a) Pandangan Psikologi Daya (Wolff,Tetens dan Kant)
Psikologi daya menganalogikan jiwa dengan jasmani. Psikologi daya berpandangan bahwa inti belajar terletak pada ulangan.
Daya-daya jiwa menurut psikologi daya haruslah sama halnya seperti daya-daya jasmani, yakni untuk memperkuat daya-daya harus melatihnya pula dengan cara mengerjakan sesuatu secara berulang-ulang. Daya pikir misalnya, akan meningkat kalau pikiran itu berulang-ulang dilatih memecahkan soal. Jadi, teori ini memberikan pengertian bahwa belajar adalah ulangan terus-menerus.
b) Psikologi Naturalisme Romantik (Jean J. Rousseau)
Teori ini menyatakan bahwa setiap anak memilik potensi atau kekuatan yang masih terpendam, yaitu potensi berpikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya. Melalui berbagai bentuk kegiatan dan usaha belajar anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Rousseau berpendapat bahwa anak tidak perlu banyak diatur dan diberi, biarkan mereka mencari dan menemukan dirinya sendiri, sebab anak dapat berkembang sendiri.
Bagi teori ini, tugas guru tidak jauh berbeda dengan tugas seorang petani dalam mengembangkan tanaman. Tanaman telah mempunyai potensi-potensi sendiri, tugas petani hanya menyediakan tanah yang gembur, air dan cahaya yang cukup, diberi pupuk dan dihindarkan dari serangan hama. Tanaman akan tumbuh, berdaun, berbunga dan berbuah sendiri, tidak perlu dipaksa.
Dalam proses pembelajaran guru tidak perlu memaksa anak. Tugas guru menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan minat anak sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberi motivasi dan bimbingan sesuai dengan sifat dan kebutuhan anak. Dengan cara seperti ini anak akan berkembang secara optimal. Konsep pembelajaran yang mengaktifkan siswa misalnya, CBSA, belajar inkuiri Diskaveri, Pemecahan masalah CTL dan sebagainya.
c) Psikologi Asosiasi (Edward L. Thorndike)
Psikologi asosiasi atau koneksionisme merupakan rumpun behaviorisme. Menurut Psikologi ini tingkah laku individu tidak lain dari suatu hubungan antara rangsangan dengan jawaban atau stimulus respon. Teori ini berpendapat belajar pada binatang juga berlaku pada manusia adalah trial and error, ataU belajar coba-coba. Dalam teori ini mengemukakan tiga prinsip atau hukum utama belajar. Pertama, Law of edginess atau hukum kesiapan, yang menyatakan bahwa belajar akan berhasil apabila siswa atau individu yang belajar telah memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Seorang anak akan bisa belajar berjalan, apabila dalam perkembangannya ia telah memiliki kesiapan atau kematangan untuk berjalan. Anak yang belum siap berjalan, kalaupun dipaksa dilatih berjalan tidak akan membawa hasil, malah mungkin akan merusakkannya. Prinsip kedua adalah law of exercise atau hukum latihan, yang menyatakan bahwa belajar memerlukan banyak latihan atau ulangan-ulangan. Suatu kecakapan atau keterampilan akan dikuasai apabila banyak dilatih. Seorang siswa yang ingin pandai bermain piano harus banyak berlatih main piano. Semakin banyak dan intensif latihan yang dilakukan oleh seseorang akan semakin tinggi tingkat penguasaannya. Prinsip yang ketiga adalah law off effect, atau hukum mengetahui hasil. Belajar akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik dapat merupakan umpan balik yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Dalam mengajar, guru dianjurkan untuk segera memeriksa semua hasil pekerjaan siswa, memberi nilai dan segera mengembalikannya kepada siswa. Dengan cara itu siswa mengetahui hasil dari usaha belajarnya, dan akan meningkatkan semangat untuk belajar selanjutnya.
d) Psikologi Conditioning (Petrovtich Pavlov)
Teori ini disebut teori conditioning karena menyatakan bahwa belajar terjadi karena “persyaratan”. Perbuatan belajar adalah perbuatan yang berwujud rentetan response atau gerakan reflex yang sifatnya mekanistis.
Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur pada anjing. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaan Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makan pada anjing. Setelah di ulang berkali-kali ternyata, air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Hasil dari penelitian ini ternyata dapat diterapkan pada manusia, seperti para siswa berbaris dan masuk kelas kalau lonceng berbunyi. Menurut teori ini belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, kebiasaan belajar, bekerja, bertegur sapa dengan orang lain dan lain sebagainya terbentuk karena pengkondisian. Mengajar menurut teori ini adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Pembiasaan ini perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi bias juga oleh stimulus penyerta.
e) Psikologi kognitif Gestalt (Kohler, Kurt Koffka, Kurt Lewin, dsb)
Teori ini lebih menekankan pada proses mengetaui (knowing), yaitu menemukan cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat dalam upaya mencari dan menemukan pengetahuan. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak memiliki kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, membuat interpretasi serta menarik kesimpulan.
Pengajaran yang berdasarkan teori kognitif, menekankan proses belajar aktif, terutama aktif secara mental (melakukan proses mental atau proses berpikir), didalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Berbagai bentuk metode belajar aktif seperti metode : pemecahan masalah, penelitian, pengamatan, diskusi, deduktif, induktif dan lain-lain merupakan metode-metode yang khas dari teori ini.
Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan, yang merupakan karakteristik perencanaan pengajaran adalah :
a) Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
b) Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
c) Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
d) Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah manajemennya.
Batasan lain yang dikemukakan adalah pendapat Philip Commbs (1982) dalam Harjanto (Perencanaan Pengajaran 1997, hal 6), mengatakan perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.
Dalam kenyataan perencanaan pengajaran di Indonesia tidak jauh berbeda dengan perencanaan di sektor lain yang kesemuanya menginduk kepada pola perencanaan Bappenas. Perencanaan pengajaran di Indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional. Definisi ini memperlihatkan suatu tanggung jawab pendidikan yang besar sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.
Suatu perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Dalam perencanaan pembelajaran, guru harus menentukan skenario atau strategi atau biasa disebut langkah-langkah pembelajaran dengan baik sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswa.
Agar pelaksanaan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien maka diperlukan suatu perencanaan yang tersusun secara sistematis. Agar terjadi keaktifan peserta didik dalam pembelajaran diperlukan proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan dirancang dalam suatu skenario yang jelas.
Banyak cara atau bentuk pembelajaran yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di kelas, misalnya dengan menekankan latihan, hafalan, pengulangan, pemahaman dan sebagainya. Cara atau bentuk pembelajaran yang dilakukan guru tersebut sebenarnya mengacu pada suatu teori atau konsep psikologi tertentu.
2.3 Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan Program Pengajaran Yang Efektif
Penyusunan program pengajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik. Kurikulum, terutama perangkat pembelajarannya menjadi acuan utama di dalam penyusunan atau perencanaan suatu program pengajaran, namun kondisi sekolah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal-hal penting yang juga perlu diperhatikan.
1. Kurikulum
Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kurikulum terutama perangkat pembelajarannya. Dalam perangkat pembelajaran telah tercantum Standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, tujuan pembelajaran, indikator serta alokasi waktu untuk mengajar materi tersebut. Dalam penyusunan program semester, rincian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diberikan, perlu juga memperhatikan waktu yang tersedia. Jika waktu yang tersedia cukup banyak maka indikator yang akan disampaikan dapat lebih banyak, tetapi jika waktu sedikit maka indikator yang akan diberikan dibatasi. Demikian juga pada waktu menyusun bahan ajar dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), luasnya bahan dan banyaknya aktivitas belajar perlu disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
2. Kondisi Sekolah
Perencanaan program pengajaran juga perlu memperhatikan keadaan sekolah, terutama tersedianya sarana-prasarana dan alat bantu pelajaran, karena keduanya menjadi pendukung terlaksananya berbagai aktivitas belajar siswa.
Guru tidak mungkin melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam praktek menggunakan komputer apabila di sekolah itu tidak tersedia computer. Demikian juga halnya guru tidak mungkin menyuruh siswa-siswa mengadakan pengamatan terhadap tanaman, jika di sekolah/sekitar sekolah tidak ada taman
3. Kemampuan dan perkembangan siswa
Dalam program pengajaran, baik program semester maupun program mingguan/harian dapat dipandang sebagai suatu skenario tentang apa yang harus dipelajari siswa dan bagaimana mempelajarinya. Agar materi dan cara belajar ini sesuai dengan kondisi siswa, maka penyusunan program rencana pembelajaran perlu disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Keluasan dan kedalaman materi pelajaran serta aktivitas belajar yang direncanakan guru perlu disesuikan dengan kemampuan dan perkembangan siswa. Secara umum, siswa dalam satu kelas terbagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok pandai atau cepat belajar, sedang dan kelompok kurang atau lambat belajar. Bagian yang terbanyak adalah yang kelompok sedang, maka penyusunan materi hendaknya menggunakan kriteria sedang ini. Untuk mengatasi variasi pengetahuan siswa, maka guru perlu menggunakan metode atau strategi mengajar yang bervariasi pula.
4. Keadaan Guru
Guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan dengan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Kalau pada suatu saat seorang guru memiliki kekurangan, maka ia dituntut untuk segera belajar/meningkatkan kemampuan dirinya. Bagi guru-guru yang masih sangat sedikit pengalaman mengajarnya, perlu mendapat perhatian dengan diikutkan dalam pelatihan-pelatihan sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan.
2.4 Menyusun Skenario Perencanaan Pembelajaran
Menyusun Skenario pembelajaran adalah salah satu untuk meningkatkan pembelajaran yang efektik seperti contoh pada scenario berikut ini :
A. Skenario Pembelajaran
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan sosial
Kelas/Semester : IX/I
Standar Kompetensi : Memahami Perubahan Sosial Budaya
Alokasi Waktu : 2X40 menit
1. Kompetensi Dasar
3.1. Mendeskripsikan perubahan sosial budaya pada masyarakat.
2. Indikator
1) Memberi contoh terjadinya perubahan sosial budaya.
2) Menguraikan faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial budaya.
3. Materi Pelajaran
1) Bentuk-bentuk perubahan sosial budaya.
2) Faktor-faktor pendorong perubahan sosial masyarakat.
4. Langkah-langkah Pembelajaran
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Melakukan absensi
b) Sebagai apersepsi, guru menunjukan dua buah gambar tentang cara berpakaian dan transportasi.
c) Guru mengajak siswa untuk membandingkan cara berpakaian dan transportasi pada zaman dahulu dan sekarang.
d) Guru menanyakan kepada siswa mengapa perubahan itu terjadi.
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi perlunya mengetahui sebab-sebab perubahan sosial budaya.
2) Kegiatan Inti
a) Guru membentuk kelompok diskusi. Setiap kelompok mendiskusikan sebab-sebab perubahan sosial budaya baik dari dalam maupun dari luar masyarakat, serta memilah-milahnya.
b) Guru meminta salah seorang dari salah satu kelompok diskusi untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
c) Guru meminta anggota kelompok lain memberikan tanggapan atas materi yang dipresentasikan tersebut.
3) Kegiatan Penutup
a) Guru menyimpulkan pelajaran dan mengajak siswa untuk merefleksikan sebab-sebab perubahan sosial budaya.
b) Guru memberi tugas rumah (PR), tentang sebab-sebab perubahan sosial budaya yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya.
B. Penerapan Teori Belajar Dalam Skenario Pembelajaran.
Dari Skenario pembelajaran diatas dapat dilihat adanya beberapa teori-teori atau konsep psikologi pembelajaran yang dipergunakan, antara lain :
1. Pada Pendahuluan.
1) Guru melaksanakan absensi siswa. Ini menunjukkan usaha guru untuk merespon terhadap situasi dan kondisi sehingga menjadi suatu kebiasaan, hal ini sesuai dengan teori Psikologi conditioning.
2) Kegiatan guru sebagai apersepsi dengan memperlihatkan gambar,serta melakukan tanya jawab dan memberi motivasi perlunya mengetahui sebab-sebab perubahan sosial budaya, menunjukkan usaha guru mengkondisikan siswa untuk memiliki kesiapan dalam belajar dengan memberikan stimulus –respon/rangsangan berupa gambar-gambar sehingga perhatian siswa menjadi terfokus dan dapat berkonsentrasi pada pelajaran. Hal ini memperlihatkan adanya penerapan Psikologi Asosiasi, yaitu hubungan antara stimulus dan respon serta salah satu prinsip utama belajar yakni law of ediness atau hukum kesiapan.
2. Pada kegiatan Inti
1) Guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan diskusi dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya, sedangkan kelompok yang lain memberi tanggapan. Pada pelaksanaan pembelajaran ini, guru menggunakan teori Psikologi Naturalisme Romantik yang menyatakan anak memiliki potensi atau kekuatan yang masih terpendam, baik potensi berpikir, berperasaan, berkemauan, keterampilan, berkembang, mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukannya.
2) Guru mempersilahkan murid untuk memberi tanggapan dari hasil presentasi materi, kegiatan ini menunjukkan usaha guru untuk memahami bahwa setiap anak atau individu memiliki sejumlah daya atau kekuatan seperti daya: mengindra, mengenal, mengingat, menanggap, mengkhayal, berpikir, merasakan, menilai dan berbuat, yang dapat dikembangkan melalui latihan. Hal ini sesuai dengan teori Psikologi Daya/ Faculty Psychology . Pembelajaran ini juga sesuai dengan teori Psikologi Tanggapan, dimana setiap anak dapat belajar dari pengalaman, apakah yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, peradaban, dibaca, dipikirkan, dilakukan dan sebagainya, agar terbentuk tanggapan yang jelas sebanyak mungkin serta ada kaitan antara satu tanggapan dengan yang lainnya.
3. Pada Kegiatan Penutup
Guru memberi tugas rumah kepada siswa. Kegiatan ini menekankan pada proses belajar aktif, terutama aktif secara mental dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya.
2.5 Metode Perencanaan Pembelajaran Efektif
1) Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
2) Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
a. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
b. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
c. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
d. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
3) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
a) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
4) Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
5) Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Seleksi topic
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b) Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c) Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d) Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e) Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f) Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
6) Metode Pembelajaran Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
7) Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
a. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
d. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
8) Model Pembelajaran Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
2.6 Manfaat Adanya Perencanaan Proses Pembelajaran yang efektif.
Manfaat Adanya Perencanaan Proses Pembelajaran yang efektif adalah sebagi berikut :
a) Menghemat waktu
Tanpa adanya suatu rencana, waktu Anda akan banyak yang terbuang sia-sia. Anda bisa merasa masih punyai banyak waktu tetapi tiba-tiba Anda menyadari bahwa waktu Anda sudah tidak banyak lagi. Ternyata, masih banyak hal yang harus Anda selesaikan. Apalagi kalau mendadak ada kejadian yang tak terduga.
b) Mencegah Anda menyimpang dari jalur yang seharusnya Anda tempuh.
Rencana belajar yang baik telah menentukan kegiatan dan alokasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan itu. Dengan adanya rencana itu, Anda akan segera tahu apakah Anda bekerja sesuai rencana atau menyimpang dari rencana semula. Rencana itu juga dapat memberi tahu Anda di mana ada waktu yang dapat Anda gunakan atau alihkan penggunaannya.
c) Memanfaatkan setiap jam yang tersedia
Rencana belajar yang baik memungkinkan Anda memanfaatkan setiap waktu yang tersedia. Anda tidak akan menyia-nyiakan waktu.
Rencana belajar tidak hanya berisi jam-jam kapan Anda harus belajar. Rencana belajar itu harus juga memperhitungkan kapan Anda tidur, shalat, mandi, nonton TV, makan, bergaul dengan teman, berolah raga, hadir di kelas, praktikum di lab, dsb. Pendeknya, semuanya deh! Bahkan dalam me yusun rencana belajar itu, Anda harus terlebih dahulu memasukkan hal-hal yang ‘wajib’ seperti mandi, shalat, makan, tidur, bergaul dengan teman itu. Hal-hal yang tidak boleh Anda tinggalkan.
Empat hal yang harus dilakukan pada setiap satuan pendidikan agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Keempat hal itu adalah perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pendidik, pelaksanaan proses pembelajaran oleh pendidik, penilaian proses dan hasil pembelajaran oleh kepala satuan pendidikan dan pendidik. Sedangkan pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas sekolah. Hal itu sesuai dengan yang diamatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kondisi ril pada satuan pendidikan memperlihatkan. Perencanaan proses pembelajaran telah ada (meskipun kadang-kadang hasil contekan), pelaksanaan telah berlangsung (meskipun masih perlu diperbaiki), penilaian sudah berjalan (meskipun masih perlu ditingkatkan). Akan tetapi, “Apakah pengawasan sudah dilaksanakan secara intensif oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas sekolah?” Inilah yang didiskusikan secara “hangat” oleh sejawat pengawas sekolah kabupaten/ kota dan provinsi Sumatera Barat dalam acara tersebut.
Ada lima hal yang harus dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas sekolah dalam pengawasan proses pembelajaran. Kelima hal itu adalah pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut. Objek yang diawasi adalah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran. Hal ini mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses. Diskusi diakhiri menjelang Asar yang berlangung lebih kurang delapan jam pelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, salah satu diantaranya adalah proses pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Suatu perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang harus dilakukan. Dalam perencanaan pembelajaran, guru harus menentukan skenario atau strategi atau biasa disebut langkah-langkah pembelajaran dengan baik sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswa.
Dalam pembelajaran, guru perlu memahami kondisi siswa dengan memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi siswa. Agar seorang guru dapat memberikan perlakuan mendidik yang diharapkan, digunakan beberapa prinsip dalam pengajaran. Prinsip pengajaran yang diberikan biasanya mengacu pada teori-teori belajar atau konsep psikologi tertentu.
Perencanaan Pengajaran adalah langkah awal dari suatu manajemen pengajaran yang berisi kebijakan strategi tentang pelaksanaan pengajaran yang akan dilakukan dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan (tujuan, metode, bahan, teknik media, alat evaluasi dan penjadualan setiap langkah kegiatan). Philip Commbs mengatakan dalam arti yang luas, perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.
Dalam perencanaan program pengajaran, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan pengajaran dapat berjalan lebih lancar dan hasilnya dapat lebih baik, yaitu : Kurikulum, kondisi sekolah, kemampuan dan perkembangan siswa serta keadaan guru. Apabila hal-hal tersebut diperhatikan dan dilaksanakan maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Kesimpulan yang dapat saya rangkum Perencanaan Pengajaran adalah Langkah awal untuk memikirkan tentang komponen pembelajaran (tujuan, bahan, metode, teknik media, alat evaluasi dan penjadualan setiap langkah kegiatan) untuk membantu para guru melaksanakan program pengajaran secara efektif dan efisien sesuai dengan pelaksanaan kurikulum untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.2 Saran
Adapun yang dapat disarankan dalam melakukan dalam perencanaan proses pembelajaran yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Bagilah waktu dalam satu hari itu menjadi 24 blok yang masing-masing terdiri atas satu jam.
2. Masukkan kegiatan ‘wajib’ yang tidak boleh Anda tinggalkan. Masukkan juga kapan kewajiban itu harus dilaksanakan dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakannya.
3. Lihatlah berapa waktu yang tersisa dalam satu hari itu. Itulah waktu yang dapat Anda gunakan untuk belajar di luar kelas.
4. Buatlah penetapan waktu belajar.
5. Pelajarilah bahan yang akan dilaksanakan.
6. Persiapkan presentasi di dalam kelas.
7. Janganlah takut mengubah rencana belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Daeng Sudirwo. 2002. Kurikulum Pembelajaran dalam Otonomi Daerah. Bandung: Andira
Harjanto, 1997, Perencanaan Pengajaran, Jakarta. Rineka Cipta
Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2003, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta, Rineka Cipta
Masnur Muslich. 2007. KTSP, Dasar Pengembangan Dan Pengembangan
Nana Syaodih S, Ayi Novi J., dan Ahman. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen). Bandung: Penerbit Rafika Aditama.
Oemar Hamalik. 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Bumi Aksara
Sanusi, A. 1998. Pendidikan Alternatif. Bandung: PT Grafindo Media Pratama
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia
Sudjana, Nana. 1989. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Mandar Madju
Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Quantum Teaching
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wahjosumidjo. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers
http://www.pendidikanislam.net/index.php/untuk-siswa-a-mahasiswa/37-trampil-belajar/51-membuat-rencana-belajar-yang-efektif
http://zulkarnaini.net/2010/04/apa-yang-harus-dilakukan-pada-satuan-pendidikan-agar-pembelajaran-berlangsung-efektif-dan-efisien.htm