MAKALAH DENTAL HIGIENIS II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES
PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat.Sampai saat ini,karies masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara-negara berkembang.Perkembangan karies antara satu orang dengan orang lain atau pada satu populasi dengan populasi yang lain dapat berbeda-beda. Di Indonesia karies gigi menyerang 90,90% penduduk dengan DMF-T sebesar 6,44 dan 73,50% penduduk Indonesia menderita penyakit periodontal (Depkes RI,1999).
Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu host (pejamu),agent (penyebab),environment (lingkungan) dan time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak dapat pulih kembali yaitu email,dentin,dan sementum. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi yang disertai dengan terjadinya kerusakan bahan organiknya.Hal ini akan menyebabkan invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.Perkembangan karies gigi dapat terjadi jika 3 kondisi terjadi secara simultan harus ada gigi yang rentan dan pejamu,mikroorganisme yang kariogenik harus ada dalam jumlah yang cukup,serta harus ada konsumsi karbohidrat yang banyak.Intervensi atau penghilangan salah satu faktor mungkin dapat mencegah semua atau sebagian penyakit.
Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak. Dengan mempelajari faktor-faktor penyebab terjadinya karies gigi ini, diharapakan para dental hygienist bisa memberikan edukasi kepada para orang tua pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar bisa mengurangi terjadinya prevalensi karies gigi pada anak-anak dan masyarakat.
ISI
Definisi Karies
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri (agent),turunnya resisten pejamu,diet karbohidrat untuk pejamu (environtment) dan diperlukan waktu untuk terjadinya kavitas (Jong,1993;Hariss,2004).
Karies adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email, karena terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh produk asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteri). Kemudian timbul destruksi komponen-komponen organik dan akhirnya terjadi kavitasi. (A. H. B. Schuurs, dkk., 1988)
Karies adalah suatu proses patologis dan kerusakan jaringan gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Karies merupakan suatu penyakit multifaktorial dimana terdapat keterlibatan empat faktor yang mendasar yaitu host yang terdiri dari jaringan gigi dan saliva, agent, yaitu mikroflora, dan environment serta sebagai dimensi keempatnya dalam pembentukan karies terhadap peranan waktu.
Proses ini mempengaruhi jaringan mineral gigi seperti email, dentin, dan sementum. Walaupun demikian, progresifitas lesi pada dentin, dapat menghasilkan invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal yang menyebabkan nyeri.
Faktor penyebab terjadinya karies
1. Faktor Host (Tuan Rumah)
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan resistensi gigi terhadap karies meliputi usia gigi, kandungan fluoride pada email gigi, morfologi gigi, faktor nutrisi yang telah terlibat dalam perkembangan benih gigi, dan pemeliharaan yang dilakukan oleh individu secara keseluruhan, serta mikronutrien yang mungkin terlibat dalam perkembangan gigi.Plak yang mengandung bakteri merupakan awal terbentuknya karies. Oleh karena itu daerah gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies.
a) Gigi
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kerentanan gigi terhadap karies antara lain adalah morfologi dan lengkung gigi geligi, serta komposisi dari gigi tersebut. Adanya irregularitas pada lengkung gigi geligi, gigi berjejal, dan gigi bertumpuk, juga sangat berpengaruh pada sering terjadinya retensi makanan, sehingga faktor ini menjadi salah satu yang meningkatkan kerentanan gigi terhadap karies.Pada observasi klinis, telah dibuktikan bahwa area pit dan fisura pada gigi posterior adalah area yang paling rentan terhadap karies. Makanan dan debris dapat dengan mudah menyelip fisura, hal ini berhubungan dengan kedalaman fisura.Terdapatnya perbedaan tingkat karies pada permukaan yang bervariasi pada satu gigi dipengaruhi oleh morfologinya, yang disebabkan adanya kedalaman pit dan fisura.Permukaan email lebih keras dibandingkan lapisan di bawahnya. Pada permukaannya terdapat lebih banyak mineral dan bahan organik, tetapi kandungan airnya lebih sedikit.Perubahan pada struktur email, misalnya penurunan densitas dan peningkatan nitrogen serta fluoride, yang muncul seiring dengan pertambahan usia. Hal ini menjadi bagian dari maturasi post – eruptive, dimana gigi lebih resisten terhadap karies seiring waktu.
b) Saliva
Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak tergantung kepada lingkungannya maka peran saliva sangat besar sekali.Saliva mempunyai pH alkali yang sangat tinggi, berperan dalam menurunkan akumulasi plak, membantu pembersihan dari sisa-sisa makanan, sebagai reservoir ion kalsium, fosfat, dan fluoride yang mebantu dalam proses remineralisasi, dan mempunyai sifat antibakterial karena kandungan IgA, lisozim, laktoferin, dan laktoperoksida. Oleh sebab itu, jika aliran saliva berkurang, maka karies akan lebih progresif menyerang gigi.
Berikut ini adalah beberapa peranan dari komponen yang terkandung di dalam saliva terhadap terjadinya karies gigi :
1) Musin
• Tissue coating
Berperan dalam pembentukan acquired pellicle
Sebagai molekul anti mikrobial di permukaan mukosa
• Lubrikasi
2) Imunoglobulin
• Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen antibakteri.
• Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA sekretorik (SIgA) dan
• sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA yang terdapat dalam
• mukosa mulut bersifat mukus dan bersifat melekat dengan kuat, sehingga
• antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SIgA. Bakteri mulut yang diselubungi oleh SIgA lebih mudah difagositosis oleh leukosit (Amerongen,1991; Rensburg, 1995).
3) Protein Kaya Prolin
• Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi
• penting yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam saliva agar tetap
• konstan yang menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi (Amerongen, 1991).
4) Mukus Glikoprotein
• Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang berfungsi dalam lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur interaksi antara epitel
• permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap bakteri.
5) Lisozim
• Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan aktif menghancurkan dinding sel bakteri Gram positif dan sangat efektif dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual (Bradley,1995).
6) Sistem Peroksidase
• Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir padakelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan laktoproksidase (Rensburg, 1995).
• Sistem ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan bakteri streptokokus dan laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri (Grant, et al., 1988).
7) Laktoferin
• Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMN yang mempunyai efek bakterisid yang merupakan salah satu fungsi proteksi terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia (Roth dan Calmes,1981).
• Laktoferin juga mengikat ion ion Fe³+, yang diperlukan bagi pertumbuhan bakteri (Amerongen, 1991).
2. Substrat
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki karies gigi. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan dekstran atau EPSs (Extracelluler Polisacarides) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Oleh karena itu sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik.
Pengaruh EPSs pada perkembangan karies :
EPSs menyediakan tempat untuk substrat
EPSs bertujuan untuk mempermudah perlekatan
EPSs tidak larut dalam air, berfungsi sebagai barrier difusi ,sehingga asam akan tetap terjebak pada gigi
EPSs akan meningkatkan ketebalan dari plak
Hata and Mayanagi menyimpulkan bahwa glukan yang tidak larut dalam air dapat mempermudah perlekatan dari S. Mutans pada permukaan gigi.
Shellis and Dibdin and Wiater et al menyimpulkan bahwa peran utama EPS dalam potensial kariogenik dari S. Mutans adalah peningkatan kemampuan perlekatan.
3. Mikroorganisme
Streptococcus Mutans dan Streptococcus Sobrinus mempunyai peranan pusat pada etiologi karies gigi karena kedua bakteri ini mempunyai kemampuan untuk melekat pada pelikel saliva enamel dan dengan bakteri plak yang lainnya. Streptococcus Mutans dan Lactobacilllus adalah penghasil asam yang kuat dan menimbulkan lingkungan asam yang merupakan faktor resiko karies. S.Mutans ada pada gigi pada umur sekitar 6-24 bulan. S.Mutans dan S. Sobrinus adalah bakteri asidogenik yang dapat membentuk extracellular polisacaride (EPS) dengan adanya sukrosa, fruktosa, maupun glukosa dalam rongga mulut. EPS adalah polimer rantai panjang yang mempunyai berat molekul tinggi. Energi yang tinggi dari ikatan glikosidik antar glukosa dan fruktosa dapat menyediakan energi untuk pembentukan EPS.EPS yang dihasilkan adalah dalam bentuk Homopolisakarida glukosa disebut glukan sedangkan homopolisakarida fruktosa disebut fruktan.Glukan diproduksi oleh glukosil transferase sedangkan fruktan diproduksi oleh fruktosiltransferase. Produksi dari EPS ini akan mempengaruhi kariogenisitas dari S.Mutans.
4. Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan silih berganti. Karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.
Faktor eksternal penyebab karies gigi
1. Umur
Terdapat tiga fase umur yang dilihat dari sudut gigi geligi, yaitu:
a. Periode gigi campuran, dan gigi molar 1 paling sering terkena karies
b. Periode pubertas (remaja) umur antara 14-20 tahun pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga.
c. Umur antara 40-50 tahun, pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi, sehingga sisa-sisa makanan lebih sukar dibersihkan.
Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak satu setengah tahun, dengan kisaran 6 bulan ke atas dan ke bawah. Pada anak-anak, kemunduran berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini menurut
Schuurs et.al. (1992) disebabkan :
a. Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum
selesai marturasi setelah erupsi yang berlangsung terutama satu tahun
setelah erupsi.
b. Remineralisasi yang tidak memadai bagi anak bukan karena perubahan
fisiologis tetapi sebagai akibat pola makanannya.
c. Lebar tumbuh pada anak –anak mungkin menyokong terjadinya
sklerotisasi yang tidak memadai
2. Letak geografis
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan ini kemungkinan karena perbedaan lama dan intensitas cahaya matahari, suhu, cuaca, air, keadaan tanah dan jarak dari laut. Telah dibuktikan bahwa kandungan fluor sekitar 1 ppm air akan berpengaruh terhadap penurunan karies.
a. Pengetahuan, sikap dan perilaku
Karies gigi yang banyak dialami oleh anank usia prasekolah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perilaku mengkonsumsi makanan kariogenik. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket, dan mudah hancur di dalam mulut. Proses karies selain ditentukan oleh jenis karbohidrat juga tergantung pada frekuensi dan bentuk fisik karbohidrat tersebut. Hampir semua anak meyukai makanan minuman kariogenik yang merupakan faktor resiko terhadap karies yang dimakan diantara dua waktu makan (Siswono, 2007).
Faktor lain penyebab karies gigi pada anak usia prasekolah adalah karena kebiasaan mereka dalam menggosok gigi yang tidak sesuai dengan prosedur. Pada anak usia prasekolah biasanya sudah bisa menyikat gigi sendiri tetapi orang tua masih harus tetap terlibat untuk membimbing dan mengawasi agar mereka teratur menyikat gigi dua kali sehari dengan cara yang benar (Jajak Lawalangy, 2006). Tidak jarang, orang dewasapun masih tidak menyikat gigi secara teratur sebanyak dua kali sehari.
Penanganan masalah kesehatan gigi anak usia sekolah dasar masih bergantung pada pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi. Penyakit gigi yang sering diderita oleh anak-anak adalah karies gigi. Akibat dari karies gigi, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu dalam upaya pencegahan terhadap karies gigi anak, memerlukan peranan ibu yang cukup besar dalam mendidik dan mengajarkan cara hidup sehat bagi anak-anaknya, sebab seorang anak akan memperoleh pengetahuan dan pendidikan tentang segala hal pertamakali dari ibunya.
3. Kultur sosial penduduk
Faktor yang dapat mempengaruhi adalah tingkat sosial ekonomi yang nantinya berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain.
Tingkat sosial ekonomi mempengaruhi keluarga untuk mencukupi kebutuhan gizi, pemilihan macam makanan tambahan, kebiasaan hidup sehat, dan lain-lain.
Kaitannya dengan karies gigi, diet merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Diet yang dimaksudkan adalah diet sukrosa yang sifatnya sangat kariogenik.
KESIMPULAN
• Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh faktor internal yang terdiri dari bakteri (agent),host, environment, dan time
• Faktor eksternal seperti letak geografis, pengetahuan, sikap dan perilaku, suku bangsa, dan kultur sosial penduduk juga menjadi faktor penyebab terjadinya karies gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Marsh Philip, Martin Michael V. 1999. Oral Microbiology. Liverpool : Department of Clinical Dental Sciences University of Liverpool.
Sundoro, E.H. 2005. Serba-Serbi Ilmu Konservasi Gigi. Universitas Indonesia : Jakarta.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7445 diunduh melalui google chrome pada tanggal 27 april 2012
Forssten Sofia D, Björklund Marika and Ouwehand Arthur C.2010. Streptococcus mutans, Caries and Simulation Models. Journal Nutrient. Vol 2. 290-298.
Keyes PH. 1960. The infection and transmissible nature of experimental dental caries. Arch Oral Biol;Vol 1 :304–20.