LAPORAN STUDI LAPANGAN PSIKOLOGI BELAJAR

LAPORAN STUDI LAPANGAN PSIKOLOGI BELAJAR
SEMESTER GANJIL 2010/2011

DI SUSUN OLEH :
1. LOLLA PURPITA SARI 80 2009 103
2. KRISTINDA P.V 80 2009 114
3. KEZIA DEBBRE 80 2009 126
4. BELINDA S.R.W 80 2009 132

KELAS :
PI 211 A

DOSEN PEMBIMBING :
MARIA A. TOBING, S.Psi

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS PSIKOLOGI

Kata Penghantar
Puji serta syukur hanya kepadaMu Tuhan, atas kasih setiaMu akhirnya penyusun bisa menyelesaikan tugas Studi Lapangan ini dengan baik. Tanpa penyertaanMu penyusun tidak ada apa-apanya.
Laporan ini dibuat agar para pembaca bisa mengetahui Cara Pembelajaran yang diterapkan di setiap pusat sekolah dikota Salatiga khususnya Sekolah Luar Biasa Bina Putra. Laporan ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari penyusun sendiri maupun dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan pertolongan Tuhan, akhirnya Laporan ini dapat selesai.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Ibu Maria A. Tobing, S.Psi yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti bagaimana caranya melakukan Studi Lapangan dengan benar.
Semoga Laporan Studi Lapangan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Meskipun Laporan ini memiliki kelemahan dan kelebihan. Penyusun mohon untuk saran serta kritikanya. Terima kasih.

Salatiga, November 2010

penyusun

DAFTAR ISI
Kata penghantar
Daftar isi

BAB I ORIENTASI LAPANGAN
BAB II PROSES BELAJAR MENGAJAR
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I ORIENTASI LAPANGAN
1. NAMA :
SEKOLAH LUAR BIASA BINA PUTRA

2. ALAMAT :
Jalan Diponegoro No.48a

3. LATAR BELAKANG :
– Pada tahun 1990, diSalatiga belum ada Sekolah lanjutan untuk Sekolah Luar Biasa. Yayasan Bina Putra berinisiatif tahun 1991 (atas desakan orang tua murid) Sd LB Mangunsari mendirikan SMP LB, dan pada tahun 2000, atas desakan orang tua murid, Yayasan kembali mendirikan SMA LB untuk menampung para murid yang dari SMP. Kemudian pada Juni 2002, izin operasional oleh dinas pendidikan Kebudayaan Jawa Tengah berubah menjadi Sekolah Luar Biasa, Diharapan dengan adanya SLB Bina Putra ini anak-anak berkebutuhan khusus diSalatiga bisa terjaring dan mengenyam pendidikan yang dibutuhkan. Lokasi SLB Bina Putra di jalan Hasanudin Banjaran, namun itu hanya untuk SMP dan SMA LB, berhubung letak tidak mencukupi maka SD LB digabung dengan Yayasan.

4. VISI :
– Mengembangkan peserta didik agar menjadi insan yang berakhlak mulia, bertakwa, berilmu, cakap, mandiri dan bertanggung jawab

MISI :
– Mengembangkan peserta didik agar menjadi insan yang berakhlak mulia dan bertakwa.
– Memberi pelayanan bagi anak tunagrahita agar menjadi manusia yang berilmu
– Mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai minat dan bakat, agar menjadi cakap, sesuai bakat dan keterampilannya agar mampu hidup mandiri.
– Menjadikan peserta didik peduli terhadap lingkungannya, serta dapat berpartisipasi aktif di masyarakat dan bertanggung jawab

TUJUAN :
– Mengantarkan peserta didik itu untuk memiliki jiwa toleransi antara umat beragama, sesuai dengan agama yang dianutnya
– Mengoptimalkan proses pembelajaran
– Meraih kejuaraan dalam beberapa cabang olahraga tingat kabupaten, provinsi dan nasional
– Menjadikan peserta didik memiliki kesadaran terhadap kelestarian hidup
5. SASARAN :
– Anak Tunagrahita ringan dengan IQ 70-90 (anak lambat belajar)
– Anak Tunagrahita sedang dengan IQ 51-59 ( anak mampu didik)
– Anak mampu Latih IQ < 50 tidak diterima
– Tuna Runguwicara = mengalami gangguan pendengarah dan bicara
– Tuna Ganda
– Anak Autis

6. PROGRAM :
– Bina Komunikasi persepsi Bunyi dan Irama anak Tuna Runguwicara
– Bina Diri / Kemampuan untuk Menolong Diri sendiri Tuna Grahita
– Bina Gerak untuk anak Tuna Daksa

7. STRUKTUR ORGANISASI :

BAB II PROSES BELAJAR MENGAJAR
Menurut W.S Winkel belajar merupakan suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Selain definisi belajar diatas, masih banyak definisi lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Intinya, belajar merupakan sebuah perubahan. Dimana ada sebuah usaha dari individu dalam mencapai tujuan peningkatan diri, mengalami perubahan diri melalui latihan dan pengulangan dan perubahan tersebut terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.
PROSES BELAJAR MENGAJAR SD LB BINA PUTRA
Proses belajar mengajar yang dilakukan sekolah ini untuk anak usia dini. Pemberian materi dibedakan untuk tiap kelas, sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.
Sebelum guru kelas memiliki keahlian tersebut, kolaborasi dengan guru pendidikan luar biasa menjadi keharusan untuk mengurangi resiko, disamping dengan diadakannya pelatihan rutin untuk guru inklusi mengenai manajemen kelas inklusi. Council for Exceptional Children US (2001) mengidentifikasi keterampilan yang diperlukan guru dalam mengajar anak dengan gangguan emosi dan perilaku (Weiss dalam Hallahan dan Kauffmann, 2006), yakni :

1. Mengetahui strategi pencegahan dan intervensi bagi individu yang beresiko mengalami
gangguan emosi dan perilaku.
2. Menggunakan variasi teknik yang tidak kaku dan keras untuk mengontrol tingkah laku target
dan menjaga atensi dalam pembelajaran.
3. Menjaga rutinitas pembelajaran dengan konsisten, dan terampil dalam problem solving dan
mengatasi konflik.
4. Merencanakan dan mengimplementasikan reinforcement secara individual dan modifikasi
lingkungan dengan level yang sesuai dengan tingkat perilaku.
5. Mengintegrasikan proses belajar mengajar (akademik), pendidikan afektif, dan manajeman
perilaku baik secara individual maupun kelompok.
6. Melakukan asesmen atas tingkah laku sosial yang sesuai dan problematik pada siswa secara

Guru sangat berperan dalam keseluruhan proses belajar mengajar didalam kelas. Kepribadian guru seolah-olah telah terbagi menjadi 2 bagian, disatu pihak bersikap empatik, dilain pihak bersikap kritis, disatu pihak menerima dilain pihak menolak. Dalam proses belajar mengajar ini, guru melakukan pendekatan secara individual. Dimana guru berdialog dengan siswanya, guru mendorong terjadinya interaksi antara anak-anak, guru mengupayakan agar kelas menjadi menyenangkan, guru juga menyiapkan tugas/ materi untuk para siswa sesuai dengan materi yang sudah di tentukan. Dalam khasus ABK ini, beberapa materi yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan murid, murid seringkali bosan dengan materi yang diberikan, terutama mereka masih dalam usia dini, mereka terkadang masih asik dengan kesibukannya sendiri.

Adapun dampak negatif bagi ABK yang mendapatkan soal yang tidak relevan dengan kompetensinya adalah sebagai berikut:
• Motivasi dan semangat mereka untuk mengikuti ujian menjadi menurun karena mendapat soal ujian yang belum dipahami.
• Mereka memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menyesuaikan diri dengan soal-soal yang baru dikenalinya.
• 3. Konsentrasi, atensi, dan rasa percaya diri mereka menjadi berkurang, sehingga potensi dan kemampuan belajar yang telah dikuasainya tidak dapat diwujudkan secara optimal.
• Peluang ABK untuk mencapai standar kelulusan relatif kecil.

SD LB BINA PUTRA melakukan aktifitas belajar mengajar mulai pukul 07.15 s/d 11.00 WIB, tetapi terkadang, siswa datang terlambat lantaran lokasi rumah yang sangat jauh. Hal ini membuat siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar menjadi kurang semangat. Murid-murid dibagi menjadi 7 kelas. Pembagian tiap kelas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Masalah akademik lain adalah underachiever, mereka tidak mampu memenuhi prestasi sesuai dengan usia mental mereka. Anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang berat biasanya kurang dalam kemampuan membaca dasar dan keterampilan matematika (Hallahan dan Kauffman, 2006). Hal itu utamanya disebabkan karena gangguan emosi dan perilaku yang merusak atensi mereka dalam menerima pelajaran, padahal atensi merupakan faktor penting dalam proses belajar. Peran guru sangat berarti dalam BELUMM INI???

Hambatan dalam proses belajar mengajar di SD LB Bina Putra
Tidak semua siswa aktif didalam kelas, terkadang para siswa tidak focus dengan pelajaran yang diberikan dan biasanya konsentrasi mereka mudah teralihkan. Misalnya, saat kemarin kelompok melakukan pengambilan gambar (foto) para siswa lebih cenderung tertarik untuk berfoto daripada memperhatikan pelajaran. Bahkan emosi anak yang kadang-kadang labil (teriak-teriak dikelas, mengamuk tanpa sebab, dan suka menangis tiba-tiba), faktor kurangnya komunikasi yang intensif antara orang tua, anak dan guru.
Para siswa banyak yang tidak hadir karena berbagai alasan, seperti dari keluarga yang brokenhome, orang tua yang cenderung sibuk dengan pekerjaan serta tidak ada yang mengantar ke sekolah.
Kemudian guru juga membawa hambatan dalam proses belajar mengajar seperti; kurang memahami kondisi siswa, kurang fokus dalam mengajar (ketika konsentrasi murid teralihkan, guru malah ikut lepas fokus).
Dari sekolah belum ada kerjasama dengan lembaga untuk pemeriksaan Inteligensi dan Pendengaran sehingga menyulitkan pihak sekolah dalam menempatkan kelas, kurangnya fasilitas yang memadai di sekolah seperti; ruang kelas, dan lapangan olahraga.
Orang tua juga dapat menjadi factor penghambat, seperti; tidak mau mengeluarkan biaya untuk menunjang fasilitas disekolah, kurangnya pengetahuan orang tua tentang aktifitas anak-anaknya diluar sekolah, sehingga menyebabkan semua biaya ditanggung oleh sekolah.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Hidayat, 199-. Model dan Strategi Pembelajaran ABK dalam Setting Pendidikan Inklusif
—————, (2004). Pendidikan Inklusi Untuk Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku (TUNALARAS)

LAMPIRAN