LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MSUTM DENGAN METODA KONSTRUKTIVISME PADA KELAS X TITL A SMK NEGERI 1 PADANG

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MSUTM DENGAN METODA KONSTRUKTIVISME PADA KELAS X TITL A
SMK NEGERI 1 PADANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Praktek Lapangan Kependidikan FT UNP
Semester Januari-Juni 2013

KURNIADI LISMAN
97654 – 2009

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, serta permohonan ampun marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Salawat beriring salam yang seikhlas-ikhlasnya kita ucapkan pula kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang atas izin dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini
Pembuatan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan syarat untuk menyelesaikan Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) dan merupakan bukti tertulis dari pelaksanaan Program Lapangan Kependidikan, serta untuk melengkapi salah satu mata kuliah jenjang program studi S1 Pendidikan Teknik Elektro.
Dalam pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Drs. Ganefri, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
2. Bapak Drs.Syofrizal B,MT selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Padang.
3. Bapak Drs. Jamin Sembiring selaku dosen pembimbing di FT UNP.
4. Bapak Masrial ST selaku Kaprodi ketenagalistrikan di SMK Negeri 1 Padang
5. Bapak Ansaswita, S. ST, selaku guru pamong di SMK Negeri 1 Padang.
6. Guru-guru serta seluruh karyawan SMK Negeri 1 Padang.
7. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dorongan baik moril maupun materil serta adik-adik dan seluruh keluarga.
8. Rekan-rekan mahasiswa selama melaksanakan PLK di SMK Negeri 1 Padang
9. Seluruh Siswa dan Siswi kelas X TITL A SMK Negeri 1 Padang

Sebagai manusia tak luput dari kesalahan dan kekurangan, penulis menyadari bahwa Penelitian / Studi Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, karenanya penulis tidak menutup diri atas kritikan dan saran yang sifatnya membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga bimbingan, bantuan, petunjuk dan sumbangan pikiran yang telah diberikan itu dapat menjadi amal pahala di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan bagi kita semua. Wassalammu’alaikum Warramatullahi Wabarakatuh.

Padang, Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Pembatasan Masalah 4
D. Rumusan Masalah 4
E. Tujuan 4
F. Manfaat Penelitian 5
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Motivasi Belajar 6
1. Motivasi 6
2. Belajar 8
B. Kemampuan Guru 9
C. Metode Konstruksivisme 11
D. Penelitian Tindakan Kelas 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 20
B. Perencanaan Penelitian 20
C. Rencana Tindakan 20
D. Teknik Pemantauan 23
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan 23
F. Teknik Analisis Data 24
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian 26
B. Pembahasan 27
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 33
B. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 35

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bentuk satuan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswanya agar dapat bekerja baik secara mandiri dalam dunia usaha dan industri sesuai dengan program keahlian yang dimiliki. Oleh karena itu SMK memuat program produktif yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi atau kemampuan pada suatu pekerjaan atau keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja. Program produktif berbasis kompetensi yang menekankan pada pembekalan penguasaan kompetensi kepada siswa yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan tata nilai secara tuntas dan utuh.
Salah satu program produktif pada bidang keahlian Teknik Elektro / Teknik Instalasi Tenaga Listrik yaitu mata pelajaran Memahami Dasar-Dasar Elektronika (MDDE), dengan mempelajari MDDE ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan ilmunya di dunia usaha dan industri di masa yang akan datang.
Berdasarkan pengamatan penulis dan konsultasi dengan guru-guru yang mengajar di kelas X TITL A SMK N 1 Padang diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran banyak guru yang mengeluhkan siswa kurang bergairah mengikuti pelajaran, sering mengantuk, dan malas membuat tugas. Siswa kurang aktif dan bila ditanya sangat sedikit yang berani menjawabnya. Siswa kurang termotivasi mengeluarkan pendapatnya di kelas serta sering keluar kelas.
Dalam proses pembelajaran, siswa lebih cenderung mencatat dan menyalin dari pada memahami materi yang diajarkan. Dalam mengerjakan tugas besar MDDE kebanyakan siswa menyalin dan mencontoh pekerjaan temannya yang pandai tanpa mengetahui proses untuk mendapatkan jawabannya, siswa hanya giat belajar jika diberikan ulangan harian saja tanpa mau mengulanginya setiap hari, siswa tidak berani bertanya dengan alasan mereka takut dan malu dikatakan bodoh, sehingga tugas yang diberikan guru banyak yang tidak dikerjakan dan siswa yang mendapat nilai rendah merasa tidak punya beban sehingga kurang peduli terhadap hasil yang diperolehnya.
Tabel 1: Persentase Nilai Ujian Mid Semester Kelas X. TITL A Semester 2 20012/2013 SMK Negeri 1 Padang
No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1. 0 – 49 0
2. 50 – 59 1 4,5
3. 60 – 69 9 41,5
4. 70 – 79 7 31,5
5. 80 – 100 5 22,5
JUMLAH 22 100
Sumber: Rekapitulasi Nilai Guru Mata Pelajaran
Data di atas menggambarkan bahwa hasil belajar MDDE siswa kelas X TITL A masih banyak yang belum memenuhi harapan dan tuntutan sesuai dengan nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yaitu 80.
Melihat hal demikian penulis memfokuskan penelitian ini bagaimana meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode konstruktivisme.
Metode konstruktivisme merupakan metode yang tidak sepenuhnya terpusat kepada guru (teacher center), metode ini menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar, dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga menjadikan situasi belajar yang tidak monoton dan memupuk siswa untuk termotivasi dan semakin aktif belajar.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis melakukan penelitian dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MSUTM DENGAN METODA KONSTRUKTIVISME PADA KELAS X TITL A SMK NEGERI 1 PADANG”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi siswa belajar MDDE dalam mengerjakan tugas.
2. Siswa kurang aktif dan tidak berani mengeluarkan pendapat.
3. Siswa cenderung hanya mencatat di saat proses pembelajaran berlangsung.
4. Dalam mengerjakan tugas, siswa menyalin dan mencontoh pekerjaan temannya.
5. Siswa cepat bosan, kurang serius, dan tidak jarang dalam proses pembelajaran siswa mengantuk.
6. Hasil belajar siswa masih rendah.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan, dana dan waktu yang penulis miliki, serta agar terpusatnya tindakan dalam penelitian ini maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Cara meningkatkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas.
2. Cara meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah motivasi siswa kelas X TITL A SMK N 1 Padang dapat meningkat dengan metode konstruktivisme?
2. Apakah hasil belajar siswa kelas X TITL A SMK N 1 Padang dapat meningkat dengan metode konstruktivisme?

E. Tujuan
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata diklat MDDE di kelas X. TITL A SMK Negeri 1 Padang dengan metode Konstruktivisme.

F. Manfaat
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Siswa
a. Menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga siswa akan belajar lebih tekun, giat dan lebih bersemangat.
b. Meningkatkan minat siswa dalam memahami pelajaran Memahami Dasar-Dasar Elektronika (MDDE)
c. Menciptakan suasana belajar yang berada di dalam suasana interaksi sosial dan kondusif.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri
2. Bagi Guru
a. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.
b. Memperbaiki kinerja guru.
c. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah.
d. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Motivasi Belajar
1. Motivasi
Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya. Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Suciati dalam Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984). Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.
Dalam proses belajar motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalaui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Dari berbagai motivasi yang berkembang Suciati dalam Keller (1983) telah menyususn seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS (Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction).
a. Perhatian (Attention).
Perhatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan. Sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama proses pemelajaran bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui hal-hal yang baru, aneh, lain dari yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Apabila hal ini dapat diterapkan dalam proses pemelajaran akan dapat menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun perlu diingatkan agar stimulus tersebut digunakan tidak berlebihan., sebab akan menjadikan stimulus hal biasa dan kehilangan keefektifannya.
b. Relevansi (Relevance)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kebutuhan, kondisi dan kehidupan siswa. Motivasi akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
c. Kepercayaan Diri (Confidence)
Apabila merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Percaya diri merupakan konsep yang berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan antara pengalaman sukses dengan motivasi. Motivasi ini dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi) dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.
d. Kepuasan (Satisfaction)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan. Ini akan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima baik yang berasal dari dalam maupun dari luar siswa.
Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian ketepatan, dsb.

2. Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih, dsb) supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 )
Belajar lebih dari sekedar mengingat, tapi belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan bermacam-macam kegiatan. Menurut Dymiati dan Mudjiono (1999) belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sedangkan menurut Dewi Rahmad H (1998) belajar merupakan susatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Belajar tidak lagi ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan saja, namun diartikan sebagai perubahan dalam diri seseorang berupa adanya pola baru yang dapat dilihat pada perubahan aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Ciri-ciri penting belajar adalah perubahan bersifat fungsional, perbuatan yang di sadari malalui pengalaman yang bersifat individual, menyeluru dan terintegrasi kearah yang lebih kompleks.

B. Kemampuan Guru
Mengapa masalah dalam kegiatan belajar mengajar seperti uraian pendahuluan dapat terjadi, kalau kita introspeksi pada diri kita boleh jadi kita (guru) yang bermasalah. Salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru yang baik adalah memiliki kemampuan dasar dan sikap serta terampil (Dikmenum, 2003 : 12) antara lain: menguasai kurikulum yang berlaku, menguasai materi pelajaran, menguasai metode, menguasai teknik evaluasi, memiliki komitmen terhadap tugas, disiplin dalam pengertian luas. Mana metode yang tepat untuk mengajar. Paradigma pendidikan masa depan menyatakan: ”Guru tidak harus didikte dan diberi berbagai arahan serta instruksi, yang penting adalah perlu disusun standar profesionalisme guru yang dijadikan acuan pengembangan mutu guru ” (Zamroni, 2003 : 34).
Dari paparan tersebut metode atau strategi yang dipikirkan guru, berpijak pada atmosfir kelas dan kondisi siswa, tidak lagi atas dasar petunjuk dari atasan atau atas dasar kesukaan kita dalam pembelajaran. Banyak metode atau strategi mengajar seperti: Ceramah, diskusi informasi, cerita, tanya jawab, debat, sosio- drama, demonstrasi dan eksperimen serta metode belajar lainnya. Sifat pelajaran Biologi yang mengutamakan proses ilmiah dan menyadari bahwa kita belajar menurut Sheal, Pater (1989) dalam Depdiknas, (2004 : 23) mengatakan :
1. 10 % dari apa yang kita baca
2. 20 % dari apa yang kita dengar
3. 30 % dari apa yang kita lihat
4. 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar
5. 70 % dari apa yang kita katakan
6. 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Tertarik akan masalah di atas penulis berupaya untuk mencoba mencari jalan keluar dari masalah ini. Penulis menerapkan metode pembelajaran baru yaitu menggunakan metode konstruktivisme dengan maksud siswa tertantang, motivasinya meningkat sehingga pada akhir pembelajaran siswa mampu mengunakan konsep yang telah dipelajarinya agar konsep MDDE tersebut dapat meningkatkan pemahamannya dan yang terpenting pelajaran MDDE menjadi lebih bermakna bagi siswa.

C. Metode Konstruktivisme
Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah: “Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi Pembelajaran itu dan membentuk makna melalui pengalaman nyata. (Depdiknas, 2003:11).
Satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002:8).
Sehubungan dengan itu, maka menurut pandangan konstruktivisme, ada beberapa karakteristik dalam kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu:
1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal
4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas
5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Oleh sebab itu maka untuk mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center). Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (Quantum learning) sehingga siswa dapat bekerjasama secara gotong royong (cooperative learning). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam rangka menciptakan pembelajaran seperti yang disebutkan di atas yaitu:
1. Guru harus menguasai beberapa macam metode mengajar yang inovatif serta menggunakan metode tersebut pada waktu mengajar, variasi metode mengajar mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, sehingga kelas menjadi hidup dan interaktif. Metode pembelajaran yang selalu sama (monoton) setiap mengajar tanpa adanya variasi akan membuat siswa cepat bosan dan jenuh.
2. Menumbuhkan motivasi belajar siswa, hal ini sangat berperan pada kemajuan dan perkembangan siswa. Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi guru tepat dan mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas maka siswa akan belajar lebih tekun, giat dan lebih bersemangat.
3. Menggunakan media pembelajaran, sebab menurut hasil penelitian bahwa belajar dengan media akan lebih memudahkan siswa menyerap, memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh gurunya. Karena dengan media siswa akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang substansi materi yang dipelajarinya.
4. Mempunyai referensi dan informasi yang lengkap tentang materi yang akan dipelajari, sebab kalau hanya dengan bekal informasi yang terbatas, maka ada kemungkinan guru mengalami kesulitan.
Untuk menciptakan kelas menjadi lingkungan yang konstruktivistik, Guru perlu melakukan perubahan pandangan terhadap tujuan pendidikan. Knuth dan Kunningham (1993), menyatakan ada 7 (tujuh) kondisi yang dapat diciptakan oleh Guru dalam mewujudkan kelas konstruktivistik:
1. Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk mencari pengalaman pada saat proses pembentukan pengetahuan berlangsung. Guru perlu menumbuhkan sikap bertanggung-jawab pada diri murid dengan mendorong mereka mengembangkan topik dan sub-topik yang sesuai dengan minat mereka masing-masing.
2. Guru melatih murid berpengalaman dan membiasakan mereka menghargai kondisi dari perspektif yang berbeda, karena keadaan yang nyata jarang sekali memiliki perspektif tunggal.
3. Menghubungkan belajar dengan konteks yang realistis dan relevan. Guru harus dapat membawa murid untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata yang dimiliki oleh murid.
4. Melatih murid menghargai pendapat dan temuannya sendiri. Untuk itu, Guru mendorong murid untuk berani menetapkan apa yang akan dipelajari, isu apa yang menarik, cara apa yang akan ditempuh, bagaimana mereka merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
5. Ciptakan suasana belajar yang berada di dalam suasana interaksi sosial.
6. Doronglah murid untuk berani menggunakan bentuk penyajian yang berbeda.
7. Doronglah anak didik untuk senantiasa menyadari proses terbentuknya pemahaman dan pengetahuan dalam diri mereka.
Kemudian dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme tersebut, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dalam teori konstrukvisme, terdapat tiga pandangan tentang bagaimana pembelajar bisa merancang bangunan ilmu pengetahuannya.Tiga pandangan tersebut adalah:
1. Pembelajaran personal. Siswa bisa belajar secara optimal dengan kemampuan dasar yang dimilikinya. Guru dan lingkungan sekolah merupakan stimulator dan stimulan yang mendorong siswa bermotivasi untuk menggali dan mengumpulkan informasi yang kemudian dirancang ulang agar menjadi miliknya secara pribadi. Dalam hal bisa dipastikan bahwa konsrtuk keilmuan dari masing-masing orang akan berlainan dan bisa jadi bertentangan.
2. Pembelajaran sosial. Konstruk keilmuan yang secara personal berlainan bukan menjadi suatu titik akhir dalam kegiatan pembelajaran. Pada pandangan kedua, pembelajaran sosial, masing-masing individu mengambil suatu posisi tertentu dalam sebuah komunitas belajar dan kemudian mencoba permainan baru bersama para pembelajar yang lain. Metode share, compare, relate, dan correlate menjadi inti kegiatan dalam komunitas ini. Selanjutnya secara berkolaborasi para anggota dalam komunitas belajar itupun merancang ulang konstruk pengetahuan mereka bersama. Hasil dari proses pembelajaran ini dimanfaatkan sesuai dengan kesepakatan. Tidak ada yang lebih dominan dalam komunitas ini, sebab semua orang memiliki peranan yang seimbang dan sama-sama dihargai.
3. Rekayasa akademik. Pandangan ini merupakan posisi standar ilmu pengetahuan yang sudah banyak diyakini oleh berbagai kalangan. Proses penggalian informasi dilakukan metode-metode baku yang hendaknya digunakan pembelajar supaya nilai keilmuan yang dimiliki bisa dibuktikan kebenarannya.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar kontruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Selanjutnya, Dahar (dikutip Hamzah 2006:4) menegaskan, pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseimbangan.Tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda–beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Dahar dikutip Hamzah 2006:4).
Jadi prinsip utama dalam pembelajaran dengan metode pendekatan belajar kontruktivisme adalah pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa dan fungsi kognitif bersifat adatif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Metode konstruktivisme menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses belajar dengan pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Seseorang akan lebih muda mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar itu sendiri

D. Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan ini didefinisikan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, (1988:35) adalah: ”Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penyelidikan melalui cara mawas diri secara kolektif, yang dilakukan oleh para peserta dalam suatu situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan/memperbaiki rasionalitas dan keselarasan benar dan adilnya dari praktek-praktek pendidikan sosial sendiri, juga dengan tujuan meningkatkan pemahaman atas praktek-praktek itu, serta situasi-situasi tempat dilaksanakannya praktek itu”
Penelitian ini adalah penelitian tindakan, dimana siswa dalam proses belajar mengajar disuguhkan materi pelajaran dan cara pengajaran yang menarik sehingga nantinya akan memotivasi siswa dalam belajar dan akhirnya dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam materi RAB. Sudarsono (1982: 24) memberikan batasan tentang PTK yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Secara umum setiap siklus perbaikan mutu dengan PTK terdiri dari:
a. Rencana yaitu: membuat rencana tindakan untuk melakukan perbaikan mutu atau pemecahan masalah.
b. Tindakan yaitu: mengimplementasikan tindakan tersebut sesuai dengan rencana
c. Observasi yaitu: melakukan pengamatan terhadap efek dari tindakan yang diberikan.
d. Refleksi yaitu: mereflesikan hasil tindakan tersebut, sebagai dasar perencanaan berikutnya.
Setelah pembelajaran atau tindakan pada siklus I berakhir, guru, kolaborator dan siswa mengadakan diskusi dan refleksi untuk menemukan berbagai kelemahan ataupun kelebihan. Temuan pada siklus I dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki rancangan pembelajaran Siklus II. Untuk lebih memahami dengan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Skema Penelitian Tindakan Kelas
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan metode konstruktivisme dapat meningkatkan motivasi belajar MDDE di kelas X TITL A SMK Negeri 1 Padang

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian.
Kegiatan penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Padang, Sumatera Barat. Sekolah ini berlokasi di Jalan M.Yunus Kampung Kalawi.). Kegiatan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X. TITL A dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa SMK Negeri 1 Padang Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian/studi kasus ini dilakukan 2 siklus yang terdiri dari 2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit

B. Perencanaan Penelitian.
Perencanaan penelitian dibuat agar meningkatkan motivasi siswa dan strategi pembelajarannya dibuat semenarik mungkin yaitu dengan menggunakan metode konstruktivisme agar nantinya siswa dapat termotivasi mengembangkan pengetahuannya dan pada akhirnya menyukai pelajaran MDDE pada umumnya Penelitiannya ini dilaksanakan selama 1 bulan terakhir di semester Januari-Juni 2013.

C. Rencana Tindakan
Persiapan penelitian ini dilakukan sejak penulis melaksanakan PPLK di SMK Negeri 1 Padang semester Januari-Juni 2013. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus selama 4 minggu (4 kali pertemuan tatap muka, satu kali pertemuan 2 x 45 menit). Siklus pertama dilakukan pada tanggal 3 dan 10 Mei 2013 sedangkan siklus II tanggal 17 dan 24 Mei 2013.
Adapun batas–batas tindakan yang akan diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Strategi pembelajaran yang direncanakan berintikan pada upaya mengoptimalkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam segala aspek pembelajaran yang dilaksanakan di kelas di bawah bimbingan guru.
2. Seperangkat tindakan yang dipilih adalah :
Persiapan:
a. Kurikulum atau silabus
b. RPP dan Handout
c. Sistem penilaian
d. Persiapan buku pegangan siswa
e. Persiapan buku pegangan guru
f. Persiapan soal-soal evaluasi
g. Merencanakan waktu untuk pelaksanaan tindakan
h. Menyusun serangkaian tindakan kegiatan secara menyeluruh
i. Menyiapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian

Pelaksanaan:
Siklus I.
a. Menjelaskan uraian pekerjaan pemasangan trafo tiang tegangan menengah
b. Pelaksanaan di kelas dengan cara memberikan tugas membuat gambar pengamatan peralatan yang dipasang pada trafo tiang, siswa diharapkan memahami tata cara pemasangan trafo tiang tegangan menengah beserta perlengkapannnya.
c. Siswa mengetahui kegunaan dari masing-masing perlengkapan pemasangan trafo tiang
d. Untuk mempertajam konsep, guru memberikan penjelasan sehubungan dengan kesalahan-kesalahan yang banyak dijumpai pada saat mengerjakan tugas.
e. Melakukan diskusi dengan soal–soal aplikasi dan kehidupan sehari-hari.
f. Penarikan kesimpulan, ringkasan atau rangkuman.
g. Refleksi I, kegiatan ini peneliti lakukan untuk mendapatkan tingkat pemahaman siswa rata–rata dimana sebagai dasar untuk tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II (dua).
Siklus II
a. Melanjutkan materi tata cara pemasangan trafo tiang dengan pokok bahasan yang sama yaitu peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk memasang trafo tiang lanjutan dari siklus I
b. Pada siklus II ini seluruh siswa melakukan diskusi bersama dalam kelompok dengan anggota 5 siswa. Kegiatan yang dilakukan Mempersentasekan, mendiskusikan, dan mempertahankan pendapat kelompoknya mengenai perlengkapan yang digunakan pada trafo tiang
c. Peran guru dalam siklus dua ini sebagai motivator dan moderator.
d. Memberikan arahan pemahaman konsep secara individu dan memantau tugas yang dikerjakan siswa.
e. Melakukan evaluasi berdasarkan format pemantauan. Tujuannya untuk mengetahui efektifitas keberhasilan dan hambatan terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Refleksi II, dilakukan peneliti untuk mendapatkan nilai pemahaman rata–rata siswa setelah sejumlah tindakan dilakukan apakah tindakan ini bisa meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.

D. Teknik Pemantauan
Ada beberapa teknik pemantauan yang diterapkan pada PTK ini, yaitu:
1. Pengamatan partisipatif, yaitu dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan satu orang kolaborator, pengamatan ini dilakukan untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Teknik wawancara secara bebas, dilakukan untuk mengungkap data yang diungkapkan dengan kata-kata secara lisan tentang sikap, pendapat, wawasan maupun kolaborator mengenai baik buruknya proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Teknik pemanfaatan data dokumen meliputi: silabus dan sistem penilaian, catatan guru, hasil nilai unjuk kerja dan hasil tugas siswa

E. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Untuk memudahkan pemantauan, analisis dan pengambilan kesimpulan terhadap keberhasilan tindakan yang dilakukan, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan tindakan. Untuk itu peneliti menentukan kriteria sebagai berikut:
1. Peningkatan motivasi belajar siswa dengan indikator:
a. Adanya peningkatan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Adanya peningkatan kerjasama antarsiswa dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran
2. Peningkatan hasil belajar siswa dengan indikator:
a. adanya peningkatan perasaan puas pada siswa
b. adanya peningkatan kompetensi psikomotor, afektif dan kognitif siswa dalam pembelajaran ini

F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar berupa analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Adapun data yang bersifat kuantitatif seperti nilai unjuk kerja (hasil diskusi dan tugas) akan dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif sederhana, yakni dengan membandingkan nilai rerata.
Analisis data yang akan dilakukan meliputi empat tahap. Tahap pertama, data yang terkumpul dari berbagai instrumen seperti lembar pengamatan, catatan guru, catatan hasil kegiatan wawancara, dan hasil tes unjuk kerja dikelompokkan menurut pokok permasalahan yang sejenis. Tahap kedua, data tersebut disajikan secara deskriptif kualitatif. Tahap ketiga adalah inferensi, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel atau diagram. Tahap keempat adalah penarikan kesimpulan secara induktif, yaitu menafsirkan data yang sudah dikelompokkan.
Dari hasil analisis data diatas, akan ditarik kesimpulan secara keseluruhan dengan menyatakan kebenaran hipotesis tindakan yang telah ditetapkan. (instrumen pengumpulan data terlampir) Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Sebelum dianalisis data di tabulasi dan diinterpretasikan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peningkatan Motivasi Belajar MDDE Setelah Menggunakan Metode Konstruktivisme
Setelah diterapkannya metode konstruktivisme pada pembelajaran MDDE, terdapat peningkatan motivasi siswa pada saat proses pembelajaran. Peningkatan tersebut meliputi :
1. Peningkatan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Sebelum dilakukan tindakan, pembelajaran MDDE kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan diskusi di kelas. Guru lebih banyak berperan dalam memberikan teori mengenai pembelajaran MDDE.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, berdasarkan hasil pemantauan peneliti dan kolaborator, serta hasil refleksi siswa, siswa lebih banyak terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa secara langsung mengamati pemasangan trafo tiang tegangan menengah di lapangan, kemudian siswa dari kelompok lain membandingkan hasil pengamatan tersebut dan berusaha untuk mempertahankan pendapatnya. Hal ini membuat siswa aktif di kelas dan terlibat langsung pada proses pembelajaran.
Setelah rancangan pembelajaran diperbaiki pada siklus II, keaktifan dan keterlibatan siswa semakin meningkat dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I.
2. Peningkatan Kerja Sama Antarsiswa dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran siklus I, guru memberikan tugas membuat gambar pengamatan trafo tiang tegangan menengah yang mereka perlu pahami sehingga dalam suatu kelompok timbul kerjasama yang sangat erat yaitu jika ada 1 orang yang belum memahami materi tertentu secara otomatis teman satu kelompoknya menjelaskan sampai temannya paham materi tersebut.
Pada siklus II, kerjasama antarsiswa dalam pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran lebih meningkat. Pada siklus II ini peran aktif siswa yang lebih “mampu” berupaya untuk mendampingi siswa yang “belum mampu” dalam menguasai materi, karena mereka menganggap keberhasilan bukanlah ditentukan oleh individu sendiri.

B. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada pembelajaran MDDE Setelah Diterapkannya Metode Konstruktivisme
Setelah diterapkannya metode konstruktivisme pada pembelajaran RAB ada peningkatan kualitas hasil pembelajaran. Peningkatan tersebut meliputi :
1. Peningkatan Perasaan Puas pada Siswa
Setelah tindakan dilakukan pada siklus I, ada peningkatan rasa puas pada diri siswa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, peningkatan rasa puas siswa dapat dilihat dari ekpresi wajah dan reaksi spontan siswa seperti tertawa ataupun bertepuk tangan. Siswa juga terlihat lebih senang dalam mengikuti proses pembelajaran.
Disamping itu, berdasarkan hasil refleksi baik secara tertulis maupun lisan, sebagian besar siswa menyatakan senang mengikuti proses pembelajaran. Pada pembelajaran siklus II, dari hasil refleksi, hampir semua siswa menyatakan lebih senang mengikuti proses pembelajaran siklus kedua. Siswa juga menyatakan lebih puas dengan hasil pembelajaran yang dicapainya.
2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Mengacu pada penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) hasil
belajar yang diambil meliputi tiga penilaian yaitu: (1) penilaian Psikomotorik (unjuk kerja); (2) Penilaian Afektif (minat); dan (3) penilaian Kognitif (pemahaman dan pengetahuan). Untuk lebih jelasnya tentang hasil belajar tersebut penulis uraikan sebagai berikut:
a. Penilaian Psikomotorik
Penilaian psikomotorik ini dilakukan 2 kali penilaian yaitu pada materi pengamatan pemasangan trafo tiang (siklus I) dan diskusi mengenai pemasangan trafo tiang antar kelompok (siklus II), penilaian ini dilihat dari aspek kegiatan keaktifan dalam memberikan pertanyaan dan mengerjakan tugas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2. Hasil Nilai Psikomotor Pada Siklus I
No. Nilai Jumlah Anak Persentase (%)
1. 0 – 49 – –
2. 50 – 59 2 6
3. 60 – 69 18 56
4. 70 – 79 10 32
5. 80 – 100 2 6
Jumlah 32 100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa persentase siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar 50 – 59 berjumlah 6 %, untuk nilai yang berkisar 60 – 69 berjumlah 56 %, 70 – 79 berjumlah 32 % dan untuk nilai yang berkisar 80 – 100 berjumlah 6 %., ini menunjukkan bahwa pada siklus I siswa belum optimal dan serius dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk itu guru melakukan refleksi diri dalam mengatasi permasalahan ini, dari hasil refleksi tersebut guru melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus II.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, maka diperolehlah data hasil penilaian psikomotor untuk materi yang berbeda. Penilaian hasil psikomotorik pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3 Hasil Nilai Psikomotor Pada Siklus II
No. Nilai Jumlah Anak Persentase (%)
1. 0 – 49 – –
2. 50 – 59 – –
3. 60 – 69 – –
4. 70 – 79 18 64
5. 80 – 100 14 36
Jumlah 32 100

Pada siklus II ini mengalami peningkatan yang sangat drastis, nilai yang diperoleh adalah berkisar antara nilai 70 sampai nilai 100, untuk nilai 61 sampai 69 bahkan tidak ada sama sekali, ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mengikuti model pembelajaran konstruktivisme, yang semakin menambah antusisme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Penilaian Afektif
Penilaian afektif ini untuk mengetahui minat belajar siswa pada materi MDDE. Penilaian afektif ini dinilai selama rentang waktu kegiatan belajar mengajar pada materi tersebut. Adapun rekapitulasi penilaian afektif dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4 Hasil Penilaian Afektif Siswa
No. Nilai Jumlah Anak Persentase (%)
1. A 11 50
2. B 6 27
3. C 5 23
4. D – –
5. E – –

Dari tabel diatas menunjukkan tingginya minat belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Sikap ini tercermin pada tingginya nilai afektif siswa pada materi sistem pentanahan jaringan distribusi listrik tegangan menengah. Secara kuantitatif, suasana pembelajaran dirasakan lebih kondusif dibandingkan sebelum dilakukannya tindakan. Hal ini dirasakan baik oleh siswa maupun guru yang dipantau dari observasi KBM. Suasana pembelajaran yang lebih kondusif terlihat pada hubungan kerjasama antar personal siswa dalam kelompok, spontanitas siswa dan diskusi berkembang sehingga hambatan komunikasi antara guru dan siswa berkurang. Suasana pembelajaran yang kondusif menunjang terciptanya iklim belajar yang lebih baik di lingkungan sekolah serta memberikan motivasi pada rekan guru lain untuk lebih terbuka dengan siswa, kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran, lebih bersahabat dengan siswa tanpa meninggalkan wibawa guru.
c. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif ini dapat dibagi menjadi penilaian individu dan penilaian kelompok. Penilaian inidvidu didasarkan atas nilai ulangan harian yang diberikan sedangkan nilai kelompok didasarkan atas nilai ulangan individu yang dikonversi untuk:
1). Penilaian Individu
Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode konstruktivisme pada materi Reproduksi pada siklus I, diperoleh hasil penilaian kuis/ulangan untuk per individu seperti tergambar pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Hasil Nilai Ulangan Harian Pada Siklus I
No. Nilai Jumlah Anak Persentase (%)
1. 0 – 49 – –
2. 50 – 59 5 22,7
3. 60 – 69 7 31,8
4. 70 – 79 6 27,27
5. 80 – 100 4 18,18
Jumlah 22 100

Dari tabel diatas terlihat bahwa persentase anak yang mendapatkan
nilai yang berkisar antara 0 – 50 tidak ada, sedangkan nilai yang berkisar antara 51 – 59 berjumlah 22,7 %, nilai yang berkisar antara 60 – 69 berjumlah 31,8 % dan nilai yang berkisar 70 – 79 berjumlah 27,27 %. 80-100 berjumlah 18,18 %, Berdasarkan nilai standar yang telah ditentukan yaitu standar KKM nya adalah 70 maka, dari hasil penilaian pada siklus I ini dapat dilihat bahwa 54,5 % siswa dinilai kurang berhasil. Setelah dilakukan refleksi oleh guru dan siswa kesalahan pada siklus I ini akan diperbaiki pada siklus II.
Pada siklus ke II dapat ditampilkan tabel hasil nilai ulangan harian dibawah ini:
Tabel 6. Hasil Nilai Ujian Siklus II
No. Nilai Jumlah Anak Persentase (%)
1. 0 – 50 – –
2. 51 – 60 – –
3. 61 – 69 – –
4. 70 – 79 17 77
5. 80 – 100 5 23
Jumlah 22 100

Pada penilaian siklus II ini terlihat adanya peningkatan yang cukup
signifikan jika dibandingkan pada siklus II, ini dapat ditunjukkan dari nilai ulangan harian yang ditampilkan pada tabel diatas yaitu nilai yang diperoleh tidak ada yang dibawah SKM (Standar Ketuntasan Minimal) = 70. Nilai siswa yang memperoleh 70 – 79 berjumlah 77 % dan nilai 80 – 100 berjumlah 23 % sedangkan untuk nilai yang berkisar. Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan nilai kognitif pada siswa.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dilakukan selama penelitian, dapat disimpulkan hal-hal berikut :
1. Penerapan metode konstruktivisme dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas X. TITL A SMK Negeri 1 Padang pada pelajaran MDDE. Hal ini ditandai dengan semakin berkualitasnya aktifitas dan respon siswa dalam memecahkan persoalan yang diberikan oleh guru, meningkatnya kemampuan komunikasi dan kerjasama siswa serta hasil belajar yang diperoleh siswa. Peningkatan tersebut meliputi: (a) meningkatnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (b) meningkatnya kerja sama siswa dalam proses pembelajaran. Secara umum, peningkatan kualitas proses belajar siswa tampak pada munculnya kegairahan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2. Dengan metode konstruktivisme guru mendapatkan kemudahan dalam berkreasi dan berinovasi pada pembelajarannya, lebih efektif dan efisien waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran, berpikir secara efektif dalam menyelesaikan masalah sederhana berhubungan dengan masalah–masalah MDDE secara kualitatif, melakukan analisis kuantitatif menggunakan data pengamatan pada siswa, sebagai fasilitator dan observer yang baik dan berhasil merangsang kemampuan bernalar siswa dan lebih berhasil menanamkan sikap-sikap positif kepada siswa.
3. Peningkatan kualitas proses pembelajaran, setelah diterapkan metode konstruktivisme, kualitas hasil belajar siswa juga meningkat. Peningkatan tersebut meliputi: (a) meningkatnya perasaan puas pada siswa dan (b) meningkatnya nilai psikomotor, afektif serta koognitif pada diri siswa

B. Saran
Berdasarkan temuan selama penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Penerapan metode konstruktivisme dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru yang mengajar pelajaran MDDE untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar di kelasnya.
2. Sebaiknya guru menyiapkan beberapa alternatif media dan metode pembelajaran yang menarik yang akan digunakan dalam proses pembelajarannya agar siswa tertarik untuk belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Sariadi. 1999. Jaringan Distribusi Listrik. Bandung: Angkasa.

Indrawati, 2008. Penilaian Berbasis Kelas. Bandung : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam Depdiknas

Nasution. 1992. Berbagai pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta; Bumi Aksara.

Suciati. 1995. Teori Motivasi dan Penerapannya dalam Proses Belajar Mengajar (ARCS- Model). Jakarta: Depdikbud

Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

LEMBAR OBSERVASI GURU DALAM PBM
Nama Sekolah : SMKN 1 Padang
Nama Guru PLK : Randika Putra
Mata Pelajaran : Memasang Saluran Udara Tegangan Menengah (MSUTM)
Kelas/Semester : XII TDTL / 1

No. Perilaku Guru Ya Tidak Ket/Komentar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

12.

13.
14.
15. Memberi tugas pendahuluan
Menanyakan prasyarat pengetahuan
Mereviw PR
Memberi penjelasan tentang materi
Membagi kelompok dan mengatur duduk
Guru sebagai moderator / inspirator
Membimbing siswa mendapat data
Menuliskan judul, tujuan di papan tulis
Menjelaskan langkah kerja dan waktunya
Memberi kesempatan kelompok diskusi
Mempersilahkan tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Memberi kesempatan kepada kelompok
lain untuk menanggapi.
Bersama siswa menarik kesimpulan
Memberi post test dan angket
Pemberian tugas rumah

LEMBAR OBSERVASI GURU DALAM PBM
Nama Sekolah : SMKN 1 Padang
Nama Guru PLK : Randika Putra
Mata Pelajaran : Memasang Saluran Udara Tegangan Menengah (MSUTM)
Kelas/Semester : XII TDTL / 1
Jumlah siswa : 22 orang

No. Perilaku Siswa dalam PBM Jumlah Persentase Ket/Komentar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

14.
15.
16.
17.
18. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas
Interaksi dengan teman
Mencatat penjelasan guiru
Bermotivasi kerja
Berdisiplin kerja
Bertanggung jawab
Bercanda/bermain-main di kelas
Keluar masuk kelas
Tidak memperhatikan penjelasan
Tidak mengunakan buku sumber
Tidak mengajukan pertanyaan
Tidak menjawab pertannyaan
Tidak memberikan tanggapan/
komentar
Mengantuk/melamun
Berjalan-jalan di kelas
Datang terlambat
Acuh tak acuh dalam kelompok
Mengeluh ingin cepat pulang

ANGKET SISWA
LEMBAR PERILAKU SISWA DALAM PBM

Nama Sekolah : SMKN 1 Padang
Nama Guru PLK : M. Teguh Verdian
Mata Pelajaran : Memasang Saluran Udara Tegangan Menengah (MSUTM)
Kelas/Semester : XII TDTL / 1
Jumlah siswa : 22 orang

Jawab pertanyaan di bawah dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang kamu anggap cocok, tanpa menulis nama. Isilah saran untuk kebaikan kita bersama.

No Pertanyaan Ya Tidak
1.
2.

3.

4.

5.

6.
7.

8. Apakah belajar seperti ini kamu senangi
Apakah belajar seperti ini memotivasi kamu untuk belajar MSUTM?
Apakah kamu lebih mengerti dengan konsep yang dipelajari?
Apakah kamu mendapat kesempatan memberi ide/pendapat?
Apakah dengan belajar seperti ini nilai MSUTM jadi meningkat?
Bahasa yang digunakan guru mudah dipahami
Apakah kamu dalam mengerjakan tugas mengalami kesulitan?
Apakah tugas PR dikerjakan di rumah?

REKAPITULASI DATA ANGKET SISWA

Nama Sekolah : SMKN 1 Padang
Nama Guru PLK : Randika Putra
Mata Pelajaran : Memasang Saluran Udara Tegangan Menengah (MSUTM)
Kelas/Semester : XII TDTL / 1
Jumlah siswa : 22 orang

No Indikator Siklus I Siklus II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. Senang dengan metode belajar ini
Motivasi belajar MSUTM meningkat
Mengerti dengan konsep yang dipelajari
Mendapat kesempatan memberi ide/pendapat
Nilai MSUTM jadi meningkat
Paham dengan Bahasa yang digunakan guru
Mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas PR di rumah 12
12
10
17
14
17
14
4 17
17
17
17
17
17
2
16