Meskipun keterampilan menyimak dan berbicara diperoleh dari pendengaran, untuk berbahasa tulis anak memperkaya pembendaharaan bahasa dengan berbagai informasi yang ditangkap kemudian ada proses berpikir dan nalar.
Akhadiah, dkk (1997 :1.16) menyatakan bahwa menulis sebagai kegiatan menyampaikan pesan (gagasan, perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain (pembaca). Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainya. Apa yang diperoleh dari menyimak, membaca, dan berbicara akan memberinya masukan berharga untuk kegiatan menulis. Meskipun demikian, menulis sebagai suatu aktivitas berbahasa tulis memiliki perbedaan terutama dengan kegiatan berbahasa lisan. Perbedaan itu menyangkut cara serta konteks dan hubungan antar unsure yang terlibat, yang berimplikasi pada ragam bahasa yang digunakan. Dan ketika penulis melakukan aktivitas menulisnya dia memiliki tujuan dan sesuatu yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Hal ini akan menentukan corak wacana yang digunakan, misalnya: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Karena hubungannya yang resiprokal, maka pemilihan ragam wacana itupun akan mempengaruhi isi, pengorganisasian ide-ide dan penyajian karangan.
Penggunaan paragraf sangat berperan dalam membuat suatu karangan atau wacana sebab paragraf adalah rangkaian kalimat yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan yang di dalamnya terdapat gagasan utama serta beberapa gagasan penjelas. Paragraf merupakan satuan bahasa yang lebih besar dari pada kalimat. Meskipun demikian, paragraf masih merupakan bagian dari satuan bahasa lainnya, yang disebut wacana. Suatu wacana umumnya dibentuk lebih dari satu paragraf. (Kosasih, 2007 :135)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa. Upaya yang dilakukan adalah memantapkan perencanaan pengajaran dalam konsep dan memaksimalkan prosedur pelaksanaan pengajaran dengan menggunakan media/ stimulus yang efektif. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukan bahwa keterampilan dan kemampuan menulis siswa masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hambatan, baik yang bersifat psikologis maupun metodologis. Hambatan psikologis dapat dilihat dari sikap siswa yang menganggap menulis sebagai beban, kurang penting, dan sulit tampa mau mencobanya. Sebaliknya hambatan metodologis dapat berupa metode pengajaran yang digunakan cenderung tidak profesional atau guru kurang menguasai metode yang digunakan. Penjelasan tersebut, tampak bahwa hambatan menulis terletak pada penerapan metode dan teknik pengajaran yang kurang tepat dan penyampainnya kurang variatif.
Hasil dalam berbagai pertemuan, diklat, dan pelatihan-pelatihan resmi, mengemukakan bahwa setiap keterampilan menulis siswa harus ditingkatkan. Hambatan yang ada pada siswa antara lain yang bersifat internal maupun eksternal, hambatan psikologis dan metodelogis. Hambatan metodelogis yang nampak adalah dalam pemberian jam (waktu) praktek dan teori latihan menulis atau mengarang tidak seimbang. Dalam pelajaran menulis atau mengarang, siswa dibiasakan untuk mengungkapkan buah pikiranya. Siswa dibimbing untuk belajar menyusun kalimat sehingga menjadi paragraf yang padu. Dengan hal tersebut siswa dapat mengasah kemampuannya dalam keterampilan menulis paragraf .
Kegiatan menulis lanjut atau mengarang itu pada dasarnya mengkomunikasikan (menyampaikan dan mengekspresikan) sesuatu (pengindraan, pikiran, khayalan, kehendak, dan sebagainya) dalam bahasa tulis, maka tujuan utama pengajaran menulis adalah siswa memiliki kemapuan menulis dengan bahasa Indonesia, sedangkan pengetahuan tentang hal ihwa menulis (teori menulis) harus diperlakukan sebagai penunjang bagi kemampuan menulis itu.
Upaya utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa adalah dengan pembenahan dalam lingkup metode dan teknik pembelajaran, terutama teknik menulis itu sendiri. Pembenahan harus mecangkup konsepsi dalam perencanaan dan akulturasi konsep secara efektif dan efesien dengan mendayagunakan interelasi fungsional antara pendekatan, strategi,metode, dan teknik belajar mengajar.
Kosasih, E. 2007. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya
Akhadih, Sabarti, dkk. 1997. Menulis 1. Jakarta : Departement Pendididkan dan Kebuyaan