Jamur Tiram Putih
Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah, berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau benang-benang bercabang dengan dinding dari selulosa atau kitin. Jamur tergolong dalam organisme heterotrof karena tidak dapat menyediakan makanannya sendiri dengan cara fotosintesis sehingga menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.ex Fr.) Kummer) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang bisa dikonsumsi. Jamur tiram putih sangat populer dan banyak dibudidayakan diseluruh dunia terutama di Asia dan Eropa karena dapat dilakukan dengan teknologi sederhana dan biaya produksi rendah Jamur tiram putih termasuk jenis jamur perombak kayu yang dapat tumbuh pada media serbuk gergaji, limbah kapas, jerami, limbah daun teh, ampas tebu, limbah kertas dan limbah pertanian maupun limbah industri lain yang mengandung bahan lignoselulosa.
Jamur tiram putih memiliki tudung menyerupai cangkang tiram dengan diameter tudung 5-15 cm atau lebih, mula-mula bentuk tudung bulat lengkung berkembang cembung melebar, bahkan agak melengkung keatas. Lamela berada tepat dibagian bawah tudung jamur, bentuknya seperti insang, lunak, dan berwarna putih. Pada lamela terdapat spora yang berwarna putih berukuran 8-12 x 3-4 µm.
Bagian penting tubuh jamur adalah hifa, karena hifa berfungsi menyerap nutrien dari lingkungan serta membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa adalah suatu struktur jamur menyerupai seuntai benang panjang yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia. Kumpulan hifa yang bercabang-cabang membentuk suatu jala dan berwarna putih dinamakan miselium . Pada jamur terdapat hifa yang bersepta dan hifa yang tidak bersepta atau disebut hifa senositik (coenocytic). Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan nukleus berulang-ulang tanpa diikuti oleh pembelahan sitoplasmik.
Miselium dapat bersifat vegetatif (somatik) atau reproduktif. Beberapa hifa dari miselium somatik menembus ke dalam medium untuk mendapat zat makanan sedangkan miselium reproduksi bertanggung jawab untuk pembentukan spora. Adapun klasifikasi jamur tiram putih sebagai berikut :
Kingdom Mycetae
Divisio Amastigomycota
Classis Basidiomycetes
Ordo Agaricales
Familia Tricholomataceae
Genus Pleurotus
Species Pleurotus ostreatus (Jacq.ex Fr.) Kummer
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur pelapuk putih (white rot fungus) yang termasuk dalam kelompok Basidiomisetes yang mampu merombak selulosa dan lignin. Jamur pelapuk putih yang hidup pada bahan organik lignoselulosa mengeluarkan enzim ekstraselular yang bisa mendegradasi bahan tersebut sebagai nutrisinya, terutama lignin, sehingga disebut enzim ligninolitik . Sistem degradasi lignin pada jamur pelapuk putih melibatkan kerja enzim ekstraseluler yang diproduksi sendiri oleh jamur tersebut. Ada tiga jenis enzim ekstraseluler yang diproduksi oleh jamur pelapuk putih yang bersifat tidak selektif namun efektif dalam menyerang lignin. Enzim-enzim tersebut ialah lignin peroksidase (LiP), mangan peroksidase (MnP) dan lakase (Lac) dan dikenal sebagai lignin modifying enzymes (LMEs).
Reproduksi Jamur Tiram Putih
Reproduksi pada jamur tiram putih dapat terjadi secara seksual ataupun aseksual. Reproduksi seksual melalui 3 fase, yaitu plasmogami, kariogami, dan meiosis. Mula-mula basidiokarp dibentuk oleh miselium dikariotik (n+n) yang terjadi antara dua hifa haploid yang berlawanan, sehingga mengalami plasmogami. Hifa akan membentuk basidium, lalu sepasang nukleus dalam basidium akan bersatu (kariogami) dan diikuti oleh pembelahan meiosis, sehingga membentuk empat nukleus haploid (n) yang mempunyai jenis kelamin berbeda. Pada ujung basidium terdapat empat penjuluran (sterigma) dan satu nukleus haploid yang kemudian nukeus haploid tersebut masuk ke dalam masing-masing penjuluran dan berkembang menjadi basidiospora dengan ujung bulat atau lonjong. Ketika sudah matang, basidiospora tersebut didorong perlahan ke lamela. Setelah spora itu jatuh di lamella, maka selanjutnya akan disebarkan oleh angin.
Reproduksi aseksual dengan cara fragmentasi, pembelahan sel (fision), penguncupan (budding), dan pembentukan spora. Reproduksi aseksualnya terjadi melalui pembentukan spora yang terjadi secara endogen pada kantung spora atau sporangium, spora aseksualnya disebut konidiospora yang terbentuk dalam konidium.
Fisiologi Jamur Tiram Putih
Jamur tidak dapat memproduksi makanannya sendiri sehingga jamur harus memperoleh energi dari bahan – bahan organik lainnya melalui membran sel. Jamur mencerna dan menyerap makanan secara ekstraseluler . Miselium secara keseluruhan mempunyai kekuatan untuk mengabsorbsi nutrien. Miselium berhubungan langsung dengan substrat dan mengeluarkan enzim yang dapat memecah komponen organik kompleks menjadi komponen sederhana yang akhirnya dapat diserap secara difusi melalui dinding miselium. Molekul kompleks ini diuraikan secara bertahap dan melibatkan enzim yang berbeda sampai menjadi molekul yang sederhana (gula, asam lemak, asam amino) sehinga dapat diserap langsung oleh jamur.
Reaksi perombakan protein pada media pertumbuhan jamur tiram putih dimulai dengan protein yang diubah menjadi asam amino menggunakan enzim protease. Kemudian asam amino tersebut diubah manjadi NH3 dengan bantuan deaminasi. Deaminasi adalah suatu reaksi kimiawi pada metabolisme yang melepaskan gugus amina dari molekul senyawa asam amino. Dalam proses nitrifikasi, ammonia (NH3) atau ion NH4+ dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat. Reaksi perubahan protein menjadi asam amino sebagai berikut.
Protein Proteinase Asam Amino
Struktur dasar molekul selulosa adalah suatu polimer yang tersusun dari 8 sampai 12 ribu unit glukosa yang masing-masing diikat oleh β-1,4-glikosidik . Ikatan glikosidik tersebut pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer glukosa. Proses pengubahannya dilakukan dengan cara hidrolisis asam atau secara biologis melalui aktivitas enzim selulase. Reaksi perubahan selulosa menjadi glukosa sebagai berikut.
Selulosa Selulase Glukosa
Enzim amilase cukup berperan dalam proses awal metabolisme jamur tiram. Enzim amilase dapat menghidrolisis pati pada ikatan 1,4-glikosidik menjadi monosakarida dan disakarida. Monosakarida berfungsi sebagai sumber karbon bagi metabolisme jamur tiram pada awal pertumbuhannya.
Pati Amilase, Glukoamilase Glukosa
Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih
Jamur tiram putih kaya akan sumber protein, mineral (Ca, P, Fe, K dan Na), vitamin C, vitamin B, asam folat dan asam amino esensial. Hasil analisis proksimat jamur tiram putih dan komposisi asam amino tertera pada Tabel dan Tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel Analisis proksimat jamur tiram putih dalam 100 gr
Kandungan | Jumlah |
Protein | 30,4 % |
Lemak | 2,2 % |
Karbohidrat | 57,6 % |
Kalori | 345 Kkal |
Serat | 8,7 % |
Abu | 9,8 % |
Thiamin | 4,8 mg |
Riboflavin | 4,7 mg |
Niacin | 108,7 mg |
Ca | 33 mg |
Posfor | 1348 mg |
Fe | 15,2 mg |
Na | 837 mg |
K | 3793 mg |
Tabel Komposisi Asam Amino Jamur Tiram Putih
Jenis
Asam amino |
Komposisi
(mg) |
Jenis
Asam amino |
Komposisi
(mg) |
Isoleusin | 267 | Triptofan | 87 |
Leusin | 610 | Valin | 326 |
Lisin | 287 | Arginin | 334 |
Metionin | 97 | Histidin | 107 |
Sistein | 29 | Alanin | 403 |
Fenilalanin | 233 | Asam aspartat | 570 |
Tirosin | 189 | Asam glutamat | 1041 |
Treonin | 290 | Glisin | 281 |
Serin | 309 | Prolin | 287 |
Manfaat Jamur Tiram Putih
Masyarakat sudah lama mengenal jamur tiram putih sebagai konsumsi yang mempunyai cita rasa lezat. Selain rasanya yang lezat, aspek lain yang cukup membuat jamur ini populer adalah dampak positifnya bagi kesehatan manusia. Hasil studi Gunde-Cimerman, 1999 menunjukan bahwa Pleurotus ostreatus dan spesies lainnya yang berdekatan secara alami memproduksi isomer lovastatin yang merupakan obat untuk mengobati kolesterol tinggi dalam darah (Tjokrokusumo, 2008). Bobek and Galbany (2001) telah mengidentifikasi beta-glucan dan pleuran keduanya mempunyai efek antioksidan dan dapat mencegah kanker. Menurut Piraino dan Brandt (1999) telah mengidentifikasi senyawa ubiquitin dari Pleurotus ostreatus yang berguna sebagai antiviral. Selain itu kandungan asam folat dalam jamur tiram baik untuk menyembuhkan penyakit anemia.
Bibit Jamur Tiram
Bibit jamur adalah cikal bakal jamur yang akan ditanam dalam media produksi dan nantinya akan tumbuh menjadi jamur yang siap panen. Bibit jamur disini ialah miselium jamur (berupa benang-benang halus) yang tumbuh pada media yang cocok. Bibit induk adalah bibit yang diperoleh dari inokulasi kultur murni dan dipergunakan sebagai inokulan (bibit yang akan diinokulasi) dalam pembuatan bibit semai (siap tanam). Bahan yang sering digunakan untuk membuat media bibit induk ialah biji-bijian karena bahan ini kaya akan nutrisi dan pertumbuhan miselium jamur pada media ini relatif cepat. Jenis biji-bijian yang dapat digunakan seperti jagung, gandum, sorgum, millet,dan rye .
Syarat biji-bijian yang dapat digunakan sebagai media bibit, yaitu :
- Biji yang pecah, terkena penyakit, dan tercampur dengan kotoran jangan dipilih sebagai substrat media.
- Biji yang dipilih untuk media harus diperhatikan jangan sampai tercampur dengan biji-bijian lain, terlebih biji yang beracun bagi pertumbuhan miselium jamur.
- Biji yang beracun dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur atau bahkan mematikan.
- Biji-bijan yang digunakan juga harus bebas dari perlakuan pestisida.
Media dasar yang mendukung dalam pembuatan bibit dan budidaya jamur tiram putih diantaranya adalah :
- Kalsium karbonat (CaCO3)
Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca). Selain itu, kapur juga digunakan untuk mengatur derajat keasaman (pH) media. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya.
- Bekatul
Bekatul diperlukan baik dalam pembuatan bibit maupun media tanam jamur sebagai tambahan sumber karbohidrat atau karbon dan mineral. Karbon dibutuhkan oleh miselium jamur sumber energi untuk pertumbuhannya.